jpnn.com, BOGOR - Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor menjadi sorotan menyusul beredarnya percakapan grup WhatsApp mahasiswanya, yang berisi dugaan pemaksaan mengikuti Reuni 212.
Keikutsertaan mahasiswa dalam acara di Monas pada 2 Desember nanti kabarnya bakal ditukar dengan jaminan nilai A di ujian tengah semester (UTS).
BACA JUGA: Rumah Pak RW jadi Satu-satunya Sekolah di Atas Bukit Enut
Dalam percakapan itu ada penekanan agar mahasiswa ikut dalam Reuni 212. “Assalamualaikum diumumkan untuk uts pak Dahlan diganti menjadi mengikuti aksi 212 pada 2 Desember 2018, wajib ikut soalnya disana nanti ada pak Dahlannya. Wajib, kalo gaikut gadapat nilai,” begitu bunyi percakapan yang beredar di medsos.
Dari hasil penelusuran Metropolitan, dugaan tukar guling nilai UTS yang dilakukan seorang dosen bernama Dahlan memang benar adanya.
BACA JUGA: MUI Jabar Imbau Masyarakat Tidak Usah Ikut Reuni 212
Berdasarkan keterangan dari mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) UIKA Bogor, kejadian itu bermula saat salah satu dosen mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP, Dahlan, hendak menggelar UTS beberapa waktu lalu.
Lantaran rendahnya intensitas tatap muka dengan mahasiswa PAI semester V, Dahlan memberi pilihan kepada mahasiswanya untuk mengganti nilai UTS. Menurut mahasiwa semester V yang enggan disebutkan namanya itu, Dahlan memberi pilihan agar mahasiswanya ikut Reuni Aksi 212.
BACA JUGA: Fahri Pengin Jokowi-Maruf & Prabowo-Sandi Hadiri Reuni 212
“Ya sudah, UTS diganti jadi datang ke Reuni Aksi 212. Yang datang ke Reuni Aksi 212 bapak kasih nilai A. Yang tidak datang nggak dapat nilai,” tutur salah satu mahasiswi menirukan ucapan Dahlan.
Tak hanya sampai di situ, wanita yang juga duduk di kelas PAI 5 D itu mengaku kendati tidak mengutarakan wajib atau tidaknya hadir dalam Reuni Aksi 212 secara langsung, Dahlan seolah memberi intimidasi dan penekanan berlebih kepada mahasiswa yang tidak mengikuti atau tidak hadir dalam Reuni 212.
“Pak Dahlan bilang kayak gini, nanti juga bakal kelihatan kok yang datang dengan tidak datang. Yang datang nanti dapat nilai A, dengan syarat menyerahkan foto atau ketemu langsung dengan saya di sana,” ujar mahasiswi itu.
Mahasiswa lainnya juga mengatakan bahwa ujian sebenarnya baru dilaksanakan Senin pekan depan. Meskipun dari jadwal kampus, UTS dijadwalkan 5-17 November. Sebab, dosen tersebut diketahui jarang masuk. “Memang sudah (lewat jadwal UTS, red) tapi dia kan belum karena enggak pernah masuk dosennya. Makanya Minggu pekan depan. Aturan Senin-nya karena hari Minggu-nya ada aksi, lalu jadi opsi, jadi aksi saja,” sebutnya.
Sementara Ketua Kelas PAI Semester V D Fatah membenarkan adanya kejadian tersebut. Dia menceritakan kejadian berawal saat Dahlan memberi pilihan pengganti UTS, antara mengerjakan tugas dengan pergi ke Reuni Aksi 212.
“Awalnya kami diberi dua pilihan. Pak Dahlan memberi pilihan, mau mengerjakan tugas soal atau pergi ke 212,” tutur Fatah saat dikonfirmasi.
Saat disinggung soal keterkaitan mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI di SMP dengan Reuni Aksi 212, Fatah mengaku tidak mengetahui alasan sang dosen. “Kalau soal itu saya kurang tahu,” singkatnya.
Menyikapi hal itu, Humas UIKA Bogor Nurdin Al Aziez mewakili pihak universitas buka suara. Nurdin membantah adanya instruksi dosen untuk ikut Aksi 212. Dia pun menjelaskan bahwa kronologis mencuatnya informasi itu setelah ada satu mahasiswa yang bertanya apakah boleh mengikuti Reuni 212. Itu dijawab si dosen dengan ‘silakan’.
Kemudian tanpa sepengetahuannya, ketua kelas (komti) menyampaikan setiap mahasiswa di kelas tersebut wajib ikut Reuni 212 melalui grup WhatsApp.
“Padahal tidak ada instruksi ataupun imbauan apa pun. Apalagi mewajibkan mahasiswanya untuk ikut aksi. Jika ada, itu pun hak mereka. Sekali lagi, tidak ada dosen yang mewajibkan mahasiswanya untuk ikut Aksi 212 sebagaimana yang diinformasikan,” ungkapnya.
Di UIKA, sambungnya, UTS sudah terjadwal dan nilainya pun harus sudah masuk maksimal seminggu setelah UTS berlangsung. Dari jadwal sesuai kalender akademik, UTS semester ini berlangsung 5-17 November.
Artinya nilai ujian dari dosen wajib masuk maksimal 24 November. Jika tidak, maka sistem akademik akan memberi teguran pada dosen terkait. “Sementara yang kami tahu Aksi 212 kan baru digelar 2 Desember, jadi enggak mungkin bisa nilai UTS digantikan dengan kehadiran aksi,” ucapnya.
Kegaduhan yang terjadi di kampus UIKA hingga menyebar ke medsos pun sampai ke telinga orang nomor satu di kampus.
Rektor UIKA Bogor Bahrudin menjelaskan, UIKA sebagai institusi pendidikan tidak mengimbau, apalagi sampai mewajibkan civitas akademikanya mengikuti atau menghadiri Reuni 212. Dia menjelaskan, UTS diselenggarakan 5-17 November dan nilai harus sudah masuk seminggu setelah pelaksanaan. “Sehingga tidak rasional kalau nilai UTS dikaitkan denga Reuni 212, 2 Desember 2018 yang baru akan dilaksanakan,” katanya.
Meski begitu, adanya jadwal ujian UTS yang akan dilangsungkan lewat dari jadwal, apalagi isu diganti kehadiran di Aksi 212 sebagai pengganti nilai UTS, secara akademis bisa dikatakan sebagai penyimpangan. “Sesungguhnya perkuliahan, UTS, UAS dan nilai ujian, sudah sistemik. Jadi itu penyimpangan. Kalau UTS baru dilaksanakan Senin depan juga tidak masuk sistem nilai,” tegasnya.
Sementara itu, dosen yang diduga meminta mahasiswanya ikut dalam aksi, Dahlan, tidak memberi jawaban apa pun terkait berita yang jadi viral itu. (ryn/ogi/yos/d/feb/run)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panitia Reuni 212 Siapkan Area Khusus Nonmuslim
Redaktur & Reporter : Adek