Benarkah Autisme Berhubungan dengan Konsumsi Air Galon? Simak Penjelasan Para Pakar

Sabtu, 15 April 2023 – 11:58 WIB
Air galon kemasan. Foto: dok pri

jpnn.com, JAKARTA - Mengonsumsi air galon berbahan polikarbonat atau galon guna ulang masih dinarasikan negatif, bahkan belakangan disebut bisa menyebabkan autisme.

Narasi negatif tersebut telah dibantah oleh pakar pendidikan dan pakar kesehatan. Menurut mereka, autisme tidak ada hubungannya dengan konsumsi air galon berbahan polikarbonat. 

BACA JUGA: Publik Kritisi Pelarangan Truk Sumbu Tiga, Distribusi Air Galon Jadi Alasan

Namun, risiko terjadinya gangguan autisme dapat meningkat apabila terdapat faktor genetik dan lingkungan. Misalnya, asap rokok, infeksi, efek samping obat-obatan, serta gaya hidup tidak sehat selama hamil. 

Pakar pendidikan autisme, Dr Imaculata Umiyati M.Si., mengatakan penyebab anak menjadi autis masih multifactor. Dia juga membantah berita yang menguatkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat.

BACA JUGA: Pakar Tegaskan Tidak Ada Hubungan Autisme dengan Konsumsi Air Galon Polikarbonat

Menurutnya selama air minum dalam kemasan (AMDK) sudah mendapatkan izin berarti aman kalau tempat atau wadahnya aman dan minuman tidak mengandung gula maupun warna.

“Waktu itu kami bicara tentang wadah yang berasal dari plastik, bukan isinya yang ada di dalam wadah tersebut. Penyebab autisme masih multi faktor,” kata Umiyati dalam keterangannya, Sabtu (15/4)

BACA JUGA: Pakar Beber Fakta Mengejutkan di Balik Penderita Autisme di Indonesia

Dokter spesialis anak dan Konsultan Tumbuh Kembang Anak, dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH menegaskan bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengonsumsi air galon guna ulang.

dr. Bernie menambahkan penyebab pastinya anak autis ini masih belum diketahui hingga kini. Yang baru diketahui adalah anak autis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu, seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.

Ada yang mengatakan autis itu hasil kombinasi genetik dan lingkungan, tetapi penyebab pasti sampai saat ini belum jelas. 

"Yang mengatakan autis itu karena ibunya waktu hamil terlalu banyak meminum air galon guna ulang itu jelas salah. Tidak ada hubungannya itu,” tegasnya.

Pemerhati autisme, Dr. dr. Y Handojo MPH, dalam bukunya yang berjudul "Autisme: pada anak", mengatakan, ada beberapa faktor diperkirakan yang menjadi penyebab terjadinya autism.

Di antaranya adalah materi genetik yang dimiliki orang tua, adanya infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), maupun obat-obatan lainnya.

Para ahli tidak tahu persis apa yang menyebabkan austi. Namun, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), autisme disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. 

Penelitian terbaru mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat memengaruhi seseorang terhadap autisme. Beberapa gen telah terlibat. Autisme sering kali dikaitkan dengan keterlibatan beberapa gen yang diturunkan. Autisme juga bisa menurun dalam keluarga.

Hal itu juga diperkuat Centre for Disease Control and Preventions (CDC), penyebab ASD tidak hanya satu. Ada banyak faktor berbeda yang telah diidentifikasi yang dapat membuat seorang anak lebih mungkin menderita ASD, termasuk faktor lingkungan, biologis, dan genetik. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler