Benarkah Fasting Diet Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes?

Senin, 23 Juli 2018 – 13:58 WIB
Diet. Ilustrasi. Foto IST

jpnn.com - Meskipun kurang bukti, fasting diet atau diet dengan berpuasa telah dipuji sebagai obat mujarab untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan yang baik dalam beberapa tahun terakhir.

Sekarang, sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa diet puasa justru meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes.

BACA JUGA: Kiat Menjaga Kesehatan Rongga Mulut Penderita Diabetes

Sebuah tim ilmuwan yang berbasis di Brasil telah memperingatkan bahwa puasa setiap hari bisa memengaruhi bagaimana tubuh melepaskan insulin, hormon yang membantu tubuh untuk memproses gula bisa meningkatkan risiko diabetes.

Tim peneliti tersebut mempresentasikan temuan mereka di pertemuan tahunan European Society of Endocrinology.

BACA JUGA: Penderita Diabetes Mellitus Gampang Alami Sakit Gigi?

Diet puasa populer termasuk 5:2, di mana kalori dibatasi selama dua hari seminggu, bergantian hari di mana individu makan biasanya setiap hari dan 16: 8, di mana makanan dikonsumsi dalam jendela delapan jam setiap hari.

Pola makan semacam itu telah dikaitkan dengan penurunan berat badan, peningkatan harapan hidup, tekanan darah yang lebih rendah dan peningkatan efisiensi pankreas, organ yang menghasilkan insulin.

BACA JUGA: Bagi Penderita Diabetes, Jangan Sepelekan Tidur Cukup

Namun, ada bukti yang bertentangan tentang manfaat dari diet tersebut dan mereka juga telah dikaitkan dengan produk radikal bebas yang telah dikaitkan dengan kanker dan penuaan.

The American Heart Association, misalnya, baru-baru ini mengatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten memiliki manfaat jantung jangka pendek, seperti halnya makan dengan ukuran porsi lebih namun sering sepanjang hari. Tetapi efek jangka panjang belum sepenuhnya diselidiki.

Untuk mempelajari puasa intermiten, para peneliti di Brazil membuat tikus menjalankan diet berpuasa dan mengukur berat badan mereka, tingkat insulin dan keberadaan radikal bebas dalam tubuh mereka selama tiga bulan.

Sementara tikus kehilangan berat badan secara keseluruhan, mereka mengembangkan jaringan lemak di sekitar perut mereka dan sel pankreas mereka menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

Tim peneliti juga menemukan penanda resistensi insulin dalam darah mereka dan tingkat radikal bebas yang lebih tinggi.

"Penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa, meskipun bisa menurunankan berat badan, puasa intermiten bisa merusak pankreas dan memengaruhi fungsi insulin pada individu yang sehat dan bisa menyebabkan diabetes dan masalah kesehatan yang serius lainnya," kata penulis utama studi di Universitas Sao Paulo, Brasil, Ana Bonassa, seperti dilansir laman MSN, Senin (23/7).

Para ilmuwan juga menyatakan keprihatinan mereka mengenai efek jangka panjang yang tidak diketahui dari puasa, terutama pada individu dengan masalah metabolisme.

"Kita harus mempertimbangkan bahwa orang yang kelebihan berat badan atau obesitas yang memilih diet puasa intermiten mungkin telah memiliki resistensi insulin, jadi meskipun diet ini bisa menyebabkan penurunan berat badan secara cepat dandalam jangka panjang, namun bisa ada efek merusak yang berpotensi serius bagi kesehatan mereka, seperti perkembangan diabetes tipe 2," jelas Bonassa.

Bonassa mengatakan bahwa sampai kita sepenuhnya memahami konsekuensi dari puasa intermiten dan menyadari jika ada risiko pada manusia, mungkin ada strategi yang lebih baik untuk menurunkan berat badan, seperti pembatasan kalori.

Karena diet yang baik adalah diet yang bisa Anda pertahankan seumur hidup dan sehat dalam jangka panjang.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Ajak Masyarakat Hindari Susu Kental Manis


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler