Benarkah Ibuprofen Bisa Perburuk Kondisi Pasien COVID-19?

Rabu, 25 Maret 2020 – 14:03 WIB
Ilustrasi sketsa virus Corona. Foto :TechCrunch

jpnn.com - WHO mengumumkan untuk menghindari penggunaan ibuprofen untuk penanganan gejala pada pasien infeksi SARS-CoV-2. Hal ini dilakukan setelah Prancis memberikan peringatkan bahwa obat anti-inflamasi seperti ibuprofen bisa memperburuk efek COVID-19.

Terkait imbauan ini, juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan bahwa para pakar kesehatan PBB sedang menyelidiki hal ini untuk kemudian membentuk panduan lebih lanjut.

BACA JUGA: Kondisi Sudah Membaik PascaPositif Corona, Dirjen Zulfikri Beri Imbauan

“Sementara (penyelidikan berjalan), kami merekomendasikan penggunaan parasetamol, dan jangan menggunakan ibuprofen sebagai pilihan pengobatan mandiri. Itu penting,” katanya.

Hanya saja, Lindmeier menambahkan jika ibuprofen telah diresepkan oleh para profesional kesehatan, maka itu diserahkan pada keputusan dokternya.

BACA JUGA: Cegah Corona, Provinsi Papua Tutup 14 Hari

Parasetamol dan ibuprofen bisa menurunkan suhu dan membantu gejala seperti flu. Tetapi kenapa ibuprofen dan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya (NSAID) tidak cocok untuk penanganan gejala pada pasien positif COVID-19?

Peringatan bahwa ibuprofen bisa memperburuk efek COVID-19

BACA JUGA: Sudah 144 Pasien Corona yang Dirawat di Wisma Atlet, Masyarakat Tidak Perlu Penasaran!

Sebelum peringatan WHO, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran baru-baru ini memerintahkan tenaga kesehatannya untuk menghindari penggunaan ibuprofen untuk menangani pasien COVID-19. 

Veran memperingatkan penggunaan ibuprofen dan obat anti-inflamasi serupa bisa menjadi faktor yang memberatkan pada pasien yang terinfeksi COVID-19.

Menurutnya obat anti-inflamasi seperti ibuprofen dapat memperburuk gejala penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2.

“Dalam kasus demam, minum parasetamol,” kata Veran dalam cuitan di akun Twitter-nya. Veran menekankan bahwa pasien yang sudah dirawat dengan obat anti-inflamasi harus meminta nasihat dari dokter mereka.

Peringatan Veran ini mengikuti sebuah studi dalam jurnal The Lancet yang berhipotesis bahwa suatu enzim yang dikuatkan oleh obat anti-inflamsi seperti ibuprofen dapat memperburuk efek dan infeksi COVID-19. 

Website The National Health Service (NHS) Inggris yang sebelumnya merekomendasikan penggunaan parasetamol dan ibuprofen mengatakan untuk sementara menggunakan parasetamol daripada ibuprofen. 

“Saat ini tidak ada bukti kuat bahwa ibuprofen dapat memperburuk coronavirus (Covid-19) sampai kami memiliki informasi lebih lanjut, gunakan parasetamol untuk mengobati gejala-gejala coronavirus. Kecuali jika dokter memberi tahu parasetamol tidak cocok untuk Anda,” tulisnya.

Pandemi COVID-19 yang telah menginfeksi lebih dari 210 ribu orang di seluruh dunia hanya menyebabkan gejala ringan pada kebanyakan orang. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan pneumonia atau penyakit parah yang menyebabkan kegagalan pada beberapa organ. 

Efek ibuprofen yang dapat perburuk kondisi pasien COVID-19

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apakah ibuprofen memiliki efek khusus pada tingkat keparahan gejala pasien COVID-19. Baik itu pada pasien yang sehat atau pada pasien yang memiliki penyakit penyerta. 

Meski begitu Dr. Charlotte Warren-Gash dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan sebelum adanya kejelasan lebih baik menghindari penggunaan ibuprofen.

“Terutama untuk pasien yang rentan, tampaknya masuk akal untuk menggunakan parasetamol (daripada ibuprofen) sebagai pilihan pertama,” katanya seperti dikutip dari BBC London.

Dr. Warren-Gash mengatakan bahwa ada beberapa bukti yang menghubungkan ibuprofen dan beberapa penyakit  infeksi pernapasan yang semakin parah. Walaupun belum benar-benar terbukti ibuprofen satu-satunya penyebab.

Paul Little, seorang profesor peneliti primary care research di University of Southampton mengatakan bahwa beberapa ahli percaya sifat anti-inflamasi ibuprofen dapat melemahkan respons kekebalan tubuh.

Prof. Parastou Donyai dari University of Reading mengatakan, “Ada banyak penelitian yang mengatakan penggunaan ibuprofen selama infeksi pernapasan dapat mengakibatkan memburuknya penyakit atau komplikasi lainnya.”

“Tapi, saya belum melihat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa ibuprofen memberikan efek tambahan dan risiko komplikasi pada pasien COVID-19 usia 25 tahun dan tanpa penyakit penyerta,” tuturnya.

Fungsi ibuprofen

Ibuprofen termasuk obat tanpa resep dokter yang paling banyak digunakan sama seperti parasetamol dan aspirin. 

Ibuprofen adalah obat penghilang rasa sakit harian untuk berbagai sakit dan nyeri, termasuk sakit punggung, kepala, gigi, dan nyeri haid. Ini juga mengobati peradangan seperti keseleo dan rasa sakit akibat radang sendi.

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan sirup untuk diminum ada juga dalam bentuk gel dan semprot untuk penggunaan luar. Ibuprofen yang tergolong dalam obat anti-inflamasi nonsteroid ini bekerja dengan cara yang berbeda dengan obat analgesik lainnya.

Ketika seseorang merasakan sakit, nyeri, atau mengalami peradangan, maka tubuh akan secara alami menghasilkan zat kimiawi yang disebut dengan prostaglandin. Sementara, ibuprofen mempunyai kemampuan untuk menghentikan prostaglandin dihasilkan oleh tubuh, sehingga rasa nyeri pun hilang.

Karena itu, untuk mengonsumsi ibuprofen, Anda perlu memperhatikan beberapa efek sampingnya.(HelloSehat)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler