jpnn.com - Tak sedikit orang yang menjadikan stres sebagai alasan mereka merokok. Anggapan bahwa rokok menghilangkan stres memang telah beredar luas di masyarakat.
Namun, tahukah Anda kalau merokok sebenarnya malah akan memperparah kondisi stres?
BACA JUGA: Struktur Tarif Cukai Rokok jadi Celah Pengusaha, KPK Minta Harus Lebih Sederhana dan Transparan
Hubungan stres dengan merokok terjalin akibat pada usia produktif tersebut, banyak orang yang mengalami tekanan dalam kehidupannya.
Pada akhirnya, mereka lari memburu rokok untuk menghilangkan stres. Padahal, bukannya menghilangkan stres, dampak merokok justru akan memperparah kondisi tersebut.
BACA JUGA: Cegah Obesitas, Ini 6 Kiat Agar Cukup Tidur
Rokok Tidak Menghilangkan Stres?
Banyak yang tidak menyadari bahwa ketika merokok, Anda malah akan mengalami stres jangka panjang. Mengapa ini bisa terjadi?
BACA JUGA: 7 Jenis Minuman ini Baik Untuk Kesehatan Jantung
Perlu Anda tahu, nikotin yang terkandung dalam rokok akan masuk ke pembuluh darah, menuju otak, dan melepaskan neurotransmiter yang disebut dopamin. Inilah yang menimbulkan perasaan nikmat sehingga dianggap dapat mengurangi stres.
Nikotin dalam rokok memang dapat mengalihkan stres, tetapi hanya dalam jangka waktu pendek. Oleh karena itu, cara menghilangkan stres dalam jangka panjang tidak bisa mengandalkan rokok.
Sayangnya, banyak orang memilih rokok untuk menghilangkan stres jangka panjang. Padahal, stres yang terjadi tidak akan hilang jika masalah penyebabnya tidak diatasi.
Banyak penelitian mengatakan bahwa tingkat stres pada perokok lebih tinggi ketimbang orang yang tidak merokok. Hal ini diakibatkan oleh kadar dopamin yang akan menurun di dalam otak pada saat tidak merokok.
Akibatnya, perasaan stres akan kembali muncul dan malah akan semakin berat. Dengan begitu, seorang perokok akan terus merokok untuk mengembalikan dopamin ke tingkat sebelumnya.
Hal di atas menjelaskan bahwa dampak merokok dapat memicu perasaan cemas, stres, atau bahkan depresi apabila perokok memberikan jeda untuk tidak merokok.
Di samping itu, stres akan menyebabkan tubuh meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, asam lambung, gula darah, dan kolesterol sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.(klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy