Benarkah Olahraga Hanya Baik Dilakukan di Luar Jam Kerja?

Senin, 30 Juli 2018 – 12:40 WIB
Ilustrasi Olahraga.

jpnn.com - Para peneliti di Belanda mengklaim “paradoks aktivitas fisik” olahraga baik untuk Anda jika itu dilakukan bukan dari bagian pekerjaan dan dilakukan di waktu luang.

Peran tenaga kerja manual seperti pekerja konstruksi sering diminta untuk aktif secara fisik sepanjang hari, namun, ini berarti mereka memiliki peningkatan risiko kematian dini.

BACA JUGA: Lakukan Hal ini sama dengan Anda Berolahraga 45 Menit

"Meskipun kami mengetahui aktivitas fisik waktu luang baik untuk Anda, kami menemukan bahwa aktivitas fisik pekerjaan memiliki 18 persen peningkatan risiko kematian dini untuk pria," kata Pieter Coenen, peneliti kesehatan masyarakat di pusat kesehatan Universitas VU di Amsterdam, seperti dilansir laman Independent, Minggu (29/7).

"Orang-orang ini sekarat lebih awal daripada mereka yang tidak aktif secara fisik dalam pekerjaan mereka," jelas Coenen.

BACA JUGA: 7 Tips Olahraga untuk Anda yang Pemalas

Tidak ada korelasi seperti yang diamati untuk perempuan, pada kenyataannya, yang terjadi adalah sebaliknya.

Menurut Coenen, "paradoks aktivitas fisik" adalah karena perbedaan jenis latihan yang biasanya dilakukan orang-orang dalam waktu luang dibandingkan dengan bagian dari karir yang menuntut secara fisik.

BACA JUGA: Cara Pernapasan yang Tepat Saat Olahraga

Selain itu, saat berolahraga selama waktu luang, Anda bebas untuk beristirahat saat Anda merasa memerlukannya.

"Namun, kemewahan seperti itu mungkin tidak selalu tersedia untuk Anda di tempat kerja, yang bisa memperburuk efek negatif," tambahnya.

Coenen menggunakan contoh untuk melakukan lari 30 menit di luar jam kerja.

"Hal itu meningkatkan detak jantung Anda dan Anda merasa baik setelahnya, tetapi ketika Anda aktif secara fisik di tempat kerja, itu adalah jenis aktivitas yang sangat berbeda," kata Coenen.

"Anda bekerja selama delapan jam sehari dan memiliki waktu istirahat yang terbatas. Anda mengangkat, melakukan gerakan berulang dan penanganan manual," jelas Coenen.

Coenen menjelaskan bahwa kegiatan berkelanjutan ini sebenarnya bisa menghambat fungsi sistem kardiovaskular seseorang daripada meningkatkannya.

Untuk mengumpulkan temuan mereka untuk penelitian, yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine, para peneliti menggabungkan hasil dari 17 studi yang berasal dari 1960 hingga 2010, mengumpulkan data pada hampir 200 ribu orang secara total.

Selain tingkat aktivitas fisik, mereka memeriksa faktor gaya hidup lain yang termasuk dalam berbagai studi, seperti alkohol dan merokok.

"Hasil tinjauan ini menunjukkan konsekuensi kesehatan yang merugikan terkait dengan aktivitas fisik kerja tingkat tinggi pada pria, bahkan ketika kami telah menyesuaikan untuk faktor yang relevan (seperti aktivitas fisik waktu luang)," para peneliti menyimpulkan.

Bukti ini menunjukkan bahwa panduan aktivitas fisik harus membedakan antara aktivitas fisik waktu kerja dan waktu luang.

Namun, para ahli dengan cepat menunjukkan bahwa penelitian ini terbatas dalam pertimbangan faktor sosial ekonomi.

"Pekerjaan yang tidak aktif dibandingkan dengan pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat sangat dirongrong oleh pendidikan, kelas sosial dan semua perilaku terkait lainnya," kata Profesor Kay-Tee Khaw, profesor gerontologi klinis di University of Cambridge, seperti dilansir laman Independent, Minggu (29/7).

"Mungkin juga bahwa pekerjaan ini mengarah ke tingkat kecelakaan yang lebih tinggi dan kematian dini tanpa aktivitas fisik itu sendiri menjadi faktor yang relevan, yang penulis diskusikan dan saya yakin bahwa kita perlu memahami hal ini dengan lebih baik," pungkas Tee Khaw.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang HUT Bhayangkara, Prajurit TNI-Polri Olahraga Bersama


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler