jpnn.com - Makin banyaknya kasus positif COVID-19 di dunia membuat para ahli medis dan peneliti terus mencari tahu bagaimana penyebaran ini berlangsung cepat.
Selama ini, orang yang dianggap berisiko terinfeksi virus corona adalah lansia. Setelah dipelajari lebih dalam, ternyata semua umur berpotensi untuk terinfeksi.
BACA JUGA: Ini Kebiasaan di Akhir Pekan yang Bisa Meningkatkan Risiko Obesitas
Lalu, ada lagi hasil penelitian terbaru mengatakan bahwa orang obesitas berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus corona. Benarkah demikian?
Tingkat Obesitas di AS Lebih Tinggi dari Tiongkok
BACA JUGA: Deddy Corbuzier Puji Najwa Shihab Cantik, Warganet: Pepet Terus
Meski jadi negara pertama yang memiliki kasus COVID-19, kini jumlah orang yang terinfeksi di Tiongkok jauh lebih rendah ketimbang di Eropa dan Amerika.
Hal itu sebenarnya sudah lama meresahkan masyarakat. Mereka berpikir, “Kok, bisa justru negara lain yang lebih parah?”
BACA JUGA: Ketahuilah! Makanan Olahan Bisa Menyebabkan Obesitas
Namun, Kepala Epidemiologi Prancis, Professor Jean-Francois Delfraissy mengatakan obesitaslah yang menjadi faktor risiko bagi mereka untuk terinfeksi coronavirus.
Hingga saat ini, 42,4 persen populasi Amerika Serikat (AS) mengalami obesitas, sedangkan di Tiongkok tidak sebanyak itu. Alhasil, jumlah kasus positif dan kematian di AS lebih banyak dibanding di Tiongkok.
Prof. Delfraissy mengungkapkan orang dengan obesitas umumnya memiliki penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi (disadari atau tidak).
Dua faktor tersebut, menurutnya, sangat bisa menghasilkan gejala yang lebih buruk pada penderita COVID-19 dan meningkatkan risiko kematian.
Mengapa Orang Obesitas Lebih Rentan Terkena Coronavirus?
Selama influenza A (H1N1) atau pandemi virus flu babi pada 2009, ada penelitian yang menunjukkan bahwa obesitas adalah faktor risiko untuk peningkatan kematian pascainfeksi.
Selain itu, penelitian di Tiongkok terkait COVID-19 juga berpendapat, korban meninggal dari kasus positif di sana juga didominasi oleh mereka yang obesitas.
Lantas, bagaimana tanggapan dokter mengenai hal tersebut? Nah, dr. Alvin Nursalim, Sp.PD mengungkapkan sebenarnya tak bisa kita langsung mengiyakan bahwa obesitas adalah faktor risiko utama dari infeksi COVID-19.
Pasalnya, tak semua orang gemuk memiliki penyakit penyerta. Itu hanya kecenderungan yang belum pasti. Obesitas bisa dihubungkan dengan COVID-19 bila memang sudah ada penyakit penyerta.
“Untuk memastikannya, orang yang obesitas perlu di-skrining untuk mengetahui apakah dia punya diabetes, gangguan ginjal, atau hipertensi. Kalau ternyata tak punya penyakit itu, maka tak bisa dikatakan bahwa dia berisiko tinggi untuk mengalami perburukan kondisi,” jelas dr. Alvin.
“Setelah diperiksa kemudian ada penyakit penyerta? Barulah orang tersebut harus mendapatkan perawatan yang jauh lebih intensif. Sebab, risiko perburukan memang lebih tinggi pada orang yang punya penyakit penyerta, misalnya diabetes. Jadi, tidak benar kalau kita langsung memukul rata bahwa semua orang obesitas berisiko tinggi terinfeksi virus corona dan akan kritis,” dr. Alvin melengkapi.
Hal senada juga diungkapkan oleh dr. Devia Irine Putri. Dia berpendapat, obesitas biasanya tidak berdiri sendiri.
Kondisi tersebut akan membuat parah infeksi COVID-19 bila semisal pasien punya penyakit penyerta, seperti kadar kolesterol tinggi atau penyakit jantung.
“Kalau memang terbukti ada, baru dia berisiko. Karena, orang obesitas yang punya penyakit penyerta akan mengalami reaksi inflamasi pada sel-sel tubuhnya. Alhasil, ini bisa memengaruhi sistem imunitas tubuhnya,” dr. Devia menambahkan.
Jadi, penelitian-penelitian yang sudah ada tersebut hanya bisa kita anggap sebagai kecenderungan.
Tidak semua orang obesitas berisiko terinfeksi virus corona dan alami kondisi kritis. Akan menjadi begitu kalau dia sedari awal punya penyakit penyerta, seperti yang telah dibahas di atas.(klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy