jpnn.com - Putus cinta pada umumnya akan menimbulkan dua reaksi yang berbeda. Yang pertama, orang akan bersemangat untuk melakukan banyak kegiatan demi melupakan patah hatinya. Kedua, mereka tidak ingin melakukan apa pun dan cenderung tidak produktif. Bahkan, orang yang tadinya rajin olahraga bisa berubah 180 derajat ketika sedang putus cinta. Lalu, benarkah ada kaitan antara perubahan status hubungan dan malas olahraga?
Malas berolahraga terkait dengan sosial-ekonomi
BACA JUGA: Bakar Kalori Setelah Natal dengan 5 Olahraga Ini
Dilansir dari Medical News Today, benar bahwa perubahan dalam hubungan akan berpengaruh pada perubahan aktivitas fisik. Menariknya, menurut Kasper Salin, seorang peneliti dari Fakultas Ilmu Olahraga dan Kesehatan University of Jyväskylä, Finlandia, hal itu juga berkaitan dengan jenis kelamin orang yang baru putus hubungan.
Selama empat tahun meneliti, terungkap bahwa pria yang baru saja bercerai biasanya akan mengalami peningkatan aktivitas fisik. Sementara itu, pada wanita yang bercerai umumnya mengalami penurunan aktivitas fisik ketimbang wanita yang masih berada dalam hubungan yang stabil.
BACA JUGA: Bela Negara Generasi Milenial Bisa via Olahraga
Dengan kata lain, pria lebih memilih untuk melakukan banyak aktivitas, termasuk olahraga, untuk menyembunyikan dan menyembuhkan suasana hatinya. Sebaliknya, wanita yang sedang patah hati cenderung akan memberikan reaksi yang lebih lesu dan malas untuk berolahraga.
Meski begitu, ternyata persoalan malas olahraga saat putus cinta juga dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi penderitanya. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Scandinavian Journal of Public Health, pria dan wanita yang tingkat sosial ekonominya tinggi lebih punya keinginan untuk beraktivitas fisik saat mengalami patah hati, daripada mereka yang tingkat sosial ekonominya biasa-biasa aja. Namun sayangnya, tidak dijelaskan secara gamblang mengapa hal tersebut bisa terjadi.
BACA JUGA: Mana Lebih Penting di Akhir Minggu, Tidur atau Olahraga?
Akan tetapi, terlepas dari tingkat sosial ekonomi dan gender, meluapkan emosi sedih ataupun marah saat putus cinta dengan cara berolahraga jauh lebih baik, ketimbang hanya murung dan tidak melakukan apa pun. Sebab, kalau Anda terlalu larut dalam kesedihan pasca-putus hubungan, bisa-bisa Anda terkena sindrom patah hati!
Awas sindrom patah hati
Hal ini diungkapkan dr. Nadia Octavia dari KlikDokter. Menurut dr. Nadia, broken heart syndrome atau sindrom patah hati adalah suatu penyakit atau gangguan yang terjadi pada jantung, bersifat sementara, dan sering kali disebabkan oleh situasi stres akibat kehilangan orang yang dicintai atau putus cinta.
Gejala yang umum ditemui pada orang yang telanjur mengalami sindrom patah hati adalah nyeri dada (angina), sesak napas, dan gangguan irama jantung.
“Iya, karena gejalanya mirip dengan serangan jantung, kerap kali sindrom patah hati disalahartikan sebagai serangan jantung. Padahal, jika dilakukan pemeriksaan lebih detail, tidak ada sumbatan pada pembuluh darahnya,” tutur dr. Nadia.
Oleh karena itu, jangan biarkan putus cinta membuat Anda terjebak di dalam rutinitas tak sehat, seperti malas olahraga, khususnya pada wanita. Akan lebih baik, Anda meluapkan segala emosi dengan banyak beraktivitas fisik, tanpa mengabaikan waktu istirahat dan makan dengan gizi seimbang. Lagipula, dengan rutin berolahraga, bentuk tubuh akan terlihat makin ideal dan bisa meningkatkan kepercayaan diri. Anda pun akan siap untuk move on dan mencari pasangan yang baru.(HNS/RVS/klikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Basmi Lemak Perut dengan 4 Olahraga Sederhana ini
Redaktur & Reporter : Yessy