JAKARTA – Kementerian ESDM bergerak cepat membantah beredarnya isu yang mengatakan pemerintah berencana mencabut subsidi elpiji 3 kg, dan membuatnya menjadi produk umum. Dengan adanya bantahan itu, diharapkan tidak ada yang upaya menimbun tabung melon.
Dirjen Migas Wiratmaja Puja kemarin (11/1) menyatakan, hingga kini tidak ada perubahan rencana apa pun terhadap elpiji 3 kg. Harga yang disesuaikan dengan eceran tertinggi tiap daerah sampai kuota juga dipastikan tetap. ''Tenang saja, harga elpiji 3 kg masih sama,'' ujarnya.
Lebih lanjut Wiratmaja menjelaskan, dirinya bersama parlemen sudah banyak menyepakati gas dalam tabung hijau itu. Misalnya, kuota 5,7 juta metric ton serta statusnya yang masih subsidi. Kalau mau dicabut, pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri karena harus ada pembicaraan dengan Komisi VII DPR.
Pemerintah memastikan adanya elpiji bersubsidi. Sebab, pemerintah masih akan mendistribusikannya ke kawasan Indonesia timur. Selama ini masih banyak yang menggunakan minyak tanah di kawasan itu. ''Konversi dari minyak tanah ke elpiji akan diperluas ke timur. Daerahnya NTB, NTT, dan Maluku,'' jelas Wiratmaja.
Untuk membuktikan keseriusan pemerintah dalam melakukan konversi, akan dibangun depo elpiji baru di Wayame, Jayapura, dan NTT. Menurut Wiratmaja, anggaran pembangunannya menggunakan APBN. ''Targetnya 2017 sudah bisa beroperasi,'' tuturnya.
SVP Marketing Niaga Pertamina M. Iskandar menambahkan, isu pencabutan subsidi diharapkan tidak membuat warga panik. Apalagi sampai terjadi aksi penimbunan oleh pedagang maupun warga. Dia memastikan tidak ada kelangkaan elpiji karena stoknya aman untuk nasional.
''Sampai hari ini, stoknya sampai 17,9 hari. Jadi sangat aman,'' tegasnya. Pertamina, lanjut Iskandar, akan menjaga ritme stok pada 17 hari. Amannya stok juga tecermin dari proses distribusi. Meski cuaca sangat dinamis dan sempat gelombang tinggi, jalannya operasi distribusi tidak terganggu.
Perseroan pun memastikan stok elpiji tidak akan seperti bahan bakar minyak (BBM) yang sempat kosong pada hari pertama penurunan harga, Selasa (5/1). Untuk BBM, terutama premium dan solar, lanjut Iskandar, kejadian itu di luar perkiraan Pertamina. (dim/c15/tia/pda)
BACA JUGA: Zaman SBY, Fahri jadi Ayam Aduan, Era Jokowi, Siap Disembelih
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Markas Gafatar yang Berkedok Koperasi
Redaktur : Tim Redaksi