jpnn.com, JAKARTA - Terapi plasma darah atau konvalesen akan lebih diutamakan kepada pasien positif COVID-19 dengan gejala berat, kata dokter spesialis penyakit dalam dr. Robert Sinto Sp PD-KPTI.
"Secara hipotesis sebetulnya kalau bisa kita berikan di awal itu bisa lebih baik. Karena pada waktu awal itu kita bisa memberikannya untuk clearence virus lebih baik," kata anggota Tim Peneliti Plasma Konvalesen Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)di Jakarta, Selasa (5/5).
BACA JUGA: Update Corona 5 Mei: Kasus Pasien Meninggal Hari Ini Terendah Sepanjang Mei
Tapi, beberapa uji klinis yang dilakukan sejauh ini dilakukan kepada pasien COVID-19 dengan gejala berat dengan alasan bila diberikan kepada semua pasien positif dalam semua tingkatan gejala maka jumlah plasma tidak akan mencukupi.
Karena alasan tersebut maka terapi plasma darah difokuskan untuk membantu pasien dengan gejala berat untuk membantu pengobatan mereka.
BACA JUGA: Update Corona 5 Mei: Kasus Pasien Sembuh Hari Ini Tertinggi Sepanjang Mei dan April
Tapi, kata dia, secara teori terapi plasma darah itu bisa dilakukan dalam semua fase dari penyakit yang menyerang sistem pernapasan itu.
Menurut dokter spesialis hematologi dan onkologi Dr.dr. Lugyanti Sukrisman Sp PD-KHOM karena prinsipnya plasma konvalasen adalah pasif antibodi maka bisa diberikan ketika pasien terpapar.
BACA JUGA: Ini Syarat Petani Miskin yang Mendapat Bantuan dari Jokowi
"Kalau sebagai terapi harus diberikan kepada pasien yang sudah sakit tapi dengan kriteria terukur," kata dia.
Pemilihan pemberian terapi kepada pasien dengan gejala berat karena kebanyakan proses pengobatannya tidak mencukupi dengan terapi standar dan diperlukan tambahan. Jadi, tegas Lugyanti, dalam uji klinis di berbagai negara biasanya terapi plasma darah diberikan bersama dengan terapi standar lain. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan