JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendy Yusuf mengingatkan semua pihak agar menghindarkan penggunaan identitas primordial dan komunal untuk menyikapi berbagai persoalan sosial.
Apa yang terjadi di Pontianak dan Palangkaraya, tentang penolakan kehadiran Front Pembela Islam (FPI), dengan pengerahan massa dan simbol etnis, menurut Slamet sangat berbahaya bagi integrasi bangsa ini ke depan.
“Boleh saja kalau ada yang membenci FPI setengah mati, tapi menggunakan kekuatan berlatarbelakang etnis untuk menyalurkan kebencian dan penolakan adalah sebuah kesalahan besar,” kata Slamet Effendy Yusuf, di Jakarta, Senin (19/3).
Menurut Slamet, peristiwa di Pontianak dan Palangkaraya menunjukkan masih ada pihak yang belum menyadari kepekaan menggunakan kekuatan etnik untuk menyikapi perbedaan yang ada di masyarakat.
"Pro dan kontra FPI dengan menggunakan simbol etnik dan suku tertentu termasuk senjata dan pita kepala yang identik dengan suku tertentu, mudah memancing reaksi bagi etnik dan suku yang lain," ujarnya.
Bangsa Indonesia, lanjutnya, adalah bangsa yang sangat besar dan majemuk. Keberagaman dan kemajemukannya pun sangat tumpang-tindih. Ada suku tertentu sekaligus penganut agama tertentu, di situ terdapat sisi sensitifitas dari perbedaan yang sangat mudah disulut menjadi pemicu konflik horisontal.
Apalagi, masyarakat dewasa ini sangat rentan konflik akibat pertarungan politik, kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan hukum.
"Peristiwa di Pontianak dan Palangkaraya bisa segera diredam karena adanya kesigapan aparat kepolisian dan TNI yang bertindak cepat saat itu. Kalau sedikit saja lengah, pasti lain jalan ceritanya," tegas Slamet.
Selain memuji kesigapan aparat keamanan, lebih lanjut Slamet meminta kalangan nahdliyyin untuk terlibat aktif menjadi pendamai dan penengah dalam setiap peristiwa yang mengarah pada konflik sosial.
“Jangan berpangku tangan, dekati semua kelompok masyarakat dan ajak kembali kepada semangat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa Indonesia,” ujar mantan Ketua Umum PP GP Ansor itu. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Majelis Paksa Nazar Rawat Inap di RS Polri
Redaktur : Tim Redaksi