PANGKEP -- Bendungan Tabo- tabo yang berada di Desa Tabo-tabo, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep jebol sepanjang 50 meter, Minggu (6/1). Akibatnya ribuan hektar sawah terancam gagal panen. Selain itu, jebolnya bendungan juga menyebabkan akses jalan antara Desa tabo-tabo dan Desa Mengilu terputus.
Jebolnya bendungan ini juga mengakibatkan ribuan rumah warga di 7 kecamatan daratan di Kabupaten diantara Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Minasatene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Segeri serta Kecamatan Mandalle sempat pula terendam air.
Kerusakan bendungan yang dibangun pada tahun 1978 ini diduga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Bendungan tak kuasa menahan debit air yang besar. Terjangan air berasal dari arah hulu pengunungan dan akibat Sungai Pangkajene yang meluap. 12 cabang sungai kecil diantaranya Sungai Bulo-bulo, Sungai Pujanantin, Sungai Salo, serta Sungai Mettie menjadi tempat bertemunya arus di Sungai Pangkajene, menambah kuat bobot arus yang menghantam bendungan Tabo-tabo.
Berdasarkan laporan FAJAR (JPNN Group) Senin (7/1), pintu air sebelah kiri bangunan utama jebol sepanjang 50 meter. Air bah berwarna coklat berhamburan mengikis sedikit demi sedikit sisi dinding bendungan. Semakin deras arus, maka kikisan dinding semakin lebar. Tanah yang ada disekitar bendungan pun menjadi labil dan gampang runtuh.
Tak hanya membawa air dengan debit besar, arus juga menghayutkan sejumlah material batu, serta pohon dari atas gunung. Hantaman material batu inilah yang diduga membuat dinding makin mudah dibobol air yang akhirnya jebol.
Penjaga Pintu Air, Bendungan Tabo-tabo, Muhammad Nurdin, 5O tahun mengungkapkan bendungan jebol pada pukul 14.00 wita, Sabtu, 5 Januari, diawali dengan suara gemuruh air bah. Selang beberapa detik kemudian, terjangan air membuat bendungan jebol. Tahir, yang pada saat itu tengah mengontrol ketinggian air di pintu utama bendungan, mengaku amat terkejut, ia pun menuturkan sempat memanggil beberapa rekannya. Namun demikian tak banyak yang bisa dilakukan Tahir bersama rekannya.
"Arus air sangat deras, awalnya yang jebol hanya sekira 20 meter, lambat laun makin melebar hingga keseluruhan dinding bendungan," ujarnya.
Menurut pria yang bekerja sebagai petugas penjaga pintu air di bendungan Tabo-tabo sejak tahun 1980 ini, sudah dua kali bendungan Tabo-tabo mengalami kebobolan. Kebobolan yang pertama terjadi sekira 5 tahun silam, dimana pintu air arah timur juga tergerus air berarus deras. Namun demikian, bobolnya bendungan yang terjadi saat ini merupakan yang terparah.
"Ini yang terparah selama kurun waktu 50 tahun belakangan ini. Bobolnya bendungan karena faktor alam" tukasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangkep, Ir Syafei Yasin saat ditemui FAJAR di lokasi bendungan, mengatakan amat khawatir dengan kondisi bendungan Tabo-tabo yang jebol itu. Ia pun menyerukan agar warga di tujuh Kecamatan, tetap siaga menghadapi bencana banjir. Untuk penanggulangan korban jiwa, Syafei menuturkan akan melakukan evakuasi warganya, jika kondisi jebolnya bendungan dan arus air di bendungan tersebut, makin parah. "Kami akan terus melakukan pemantauan di bendungan, jika sudah parah, maka seruan relokasi akan kami lakukan," pungkas Syafei.
Di tempat yang sama Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid Batara, mengungkapkan tak hanya musibah banjir yang dikhawatirkannya, namun pula dengan bobolnya salah satu pintu air di bendungan Tabo-tabo, maka ketersediaan cadangan air untuk persiapan menghadapi musim kemarau akan berkurang bahkan nyaris habis. Dengan demikian awal bulan Mei mendatang, Kabupaten Pangkep, diprediksi mengalami kekeringan.
"Jika dibiarkan terus begini, praktis Kabupaten Pangkep akan mengalami kekeringan pada musim kemarau mendatang," ujarnya. Syamsuddin berharap, jebolnya bendungan tersebut segera ditangani oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Bendungan Tabo-tabo mengairi sekira 8.615 hektare sawah yang berada di 4 kecamatan di Kabupaten Pangkep, diantaranya Kecamatan Minasatene, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang serta Kecamatan Ma'rang. Bendungan ini diresmikan pada 17 Juni tahun 1978 oleh Presiden Soeharto. Selama berdirinya bangunan bendungan ini, baru satu kali mengalami perbaikan, namun perbaikan itupun bukan konstruksi fisik bangunan utama, namun hanya pada perbaikan saluran tersiernya saja. (dya)
Jebolnya bendungan ini juga mengakibatkan ribuan rumah warga di 7 kecamatan daratan di Kabupaten diantara Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Minasatene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Segeri serta Kecamatan Mandalle sempat pula terendam air.
Kerusakan bendungan yang dibangun pada tahun 1978 ini diduga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Bendungan tak kuasa menahan debit air yang besar. Terjangan air berasal dari arah hulu pengunungan dan akibat Sungai Pangkajene yang meluap. 12 cabang sungai kecil diantaranya Sungai Bulo-bulo, Sungai Pujanantin, Sungai Salo, serta Sungai Mettie menjadi tempat bertemunya arus di Sungai Pangkajene, menambah kuat bobot arus yang menghantam bendungan Tabo-tabo.
Berdasarkan laporan FAJAR (JPNN Group) Senin (7/1), pintu air sebelah kiri bangunan utama jebol sepanjang 50 meter. Air bah berwarna coklat berhamburan mengikis sedikit demi sedikit sisi dinding bendungan. Semakin deras arus, maka kikisan dinding semakin lebar. Tanah yang ada disekitar bendungan pun menjadi labil dan gampang runtuh.
Tak hanya membawa air dengan debit besar, arus juga menghayutkan sejumlah material batu, serta pohon dari atas gunung. Hantaman material batu inilah yang diduga membuat dinding makin mudah dibobol air yang akhirnya jebol.
Penjaga Pintu Air, Bendungan Tabo-tabo, Muhammad Nurdin, 5O tahun mengungkapkan bendungan jebol pada pukul 14.00 wita, Sabtu, 5 Januari, diawali dengan suara gemuruh air bah. Selang beberapa detik kemudian, terjangan air membuat bendungan jebol. Tahir, yang pada saat itu tengah mengontrol ketinggian air di pintu utama bendungan, mengaku amat terkejut, ia pun menuturkan sempat memanggil beberapa rekannya. Namun demikian tak banyak yang bisa dilakukan Tahir bersama rekannya.
"Arus air sangat deras, awalnya yang jebol hanya sekira 20 meter, lambat laun makin melebar hingga keseluruhan dinding bendungan," ujarnya.
Menurut pria yang bekerja sebagai petugas penjaga pintu air di bendungan Tabo-tabo sejak tahun 1980 ini, sudah dua kali bendungan Tabo-tabo mengalami kebobolan. Kebobolan yang pertama terjadi sekira 5 tahun silam, dimana pintu air arah timur juga tergerus air berarus deras. Namun demikian, bobolnya bendungan yang terjadi saat ini merupakan yang terparah.
"Ini yang terparah selama kurun waktu 50 tahun belakangan ini. Bobolnya bendungan karena faktor alam" tukasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangkep, Ir Syafei Yasin saat ditemui FAJAR di lokasi bendungan, mengatakan amat khawatir dengan kondisi bendungan Tabo-tabo yang jebol itu. Ia pun menyerukan agar warga di tujuh Kecamatan, tetap siaga menghadapi bencana banjir. Untuk penanggulangan korban jiwa, Syafei menuturkan akan melakukan evakuasi warganya, jika kondisi jebolnya bendungan dan arus air di bendungan tersebut, makin parah. "Kami akan terus melakukan pemantauan di bendungan, jika sudah parah, maka seruan relokasi akan kami lakukan," pungkas Syafei.
Di tempat yang sama Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid Batara, mengungkapkan tak hanya musibah banjir yang dikhawatirkannya, namun pula dengan bobolnya salah satu pintu air di bendungan Tabo-tabo, maka ketersediaan cadangan air untuk persiapan menghadapi musim kemarau akan berkurang bahkan nyaris habis. Dengan demikian awal bulan Mei mendatang, Kabupaten Pangkep, diprediksi mengalami kekeringan.
"Jika dibiarkan terus begini, praktis Kabupaten Pangkep akan mengalami kekeringan pada musim kemarau mendatang," ujarnya. Syamsuddin berharap, jebolnya bendungan tersebut segera ditangani oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Bendungan Tabo-tabo mengairi sekira 8.615 hektare sawah yang berada di 4 kecamatan di Kabupaten Pangkep, diantaranya Kecamatan Minasatene, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang serta Kecamatan Ma'rang. Bendungan ini diresmikan pada 17 Juni tahun 1978 oleh Presiden Soeharto. Selama berdirinya bangunan bendungan ini, baru satu kali mengalami perbaikan, namun perbaikan itupun bukan konstruksi fisik bangunan utama, namun hanya pada perbaikan saluran tersiernya saja. (dya)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 150 Ribu Buruh Batal Naik Gaji
Redaktur : Tim Redaksi