Benny Susetyo: Anak Muda Bertindak Lokal, Berpikir Global

Selasa, 21 Juni 2022 – 08:58 WIB
Peserta kegiatan Wolosambi Youth Day IV yang dilaksanakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Joanne Baptista Wolosambi di Wolosambi, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Minggu (19/6/2022). Foto: Dok. BPIP

jpnn.com, NAGEKEO - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyerukan kepada pemuda di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk membuat konten-konten tentang kearifan lokal, dalam rangka mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Romo Benny Susetyo mengungkapkan hal itu dalam Wolosambi Youth Day IV yang dilaksanakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Joanne Baptista Wolosambi di Wolosambi, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Minggu (19/6/2022).

BACA JUGA: Lewat Pesan Manokwari, Y20 Mendorong Peningkatan Kesadaran Anak Muda

Kegiatan ini mengangkat tema “OMK Dalam Bingkai Agama dan Budaya: Sebuah Panggilan untuk Terlibat Dalam Pastoral Tata Dunia.”

Tampak hadir dalam acara ini, di antaranya sejumlah anggota DPRD Kabupaten Nagekeo, unsur kepolisian setempat, dan juga tokoh-tokoh agama dan masyarakat Wolosambi. Selain itu, masyarakat sebagai peserta yang berjumlah sekitar 1.000 orang.

BACA JUGA: Badko INSPIRA DKI Jakarta Gelar Simposium Kebangsaan, Soroti Peran Anak Muda

Benny, sapaan akrabnya, dalam paparannya mengatakan Pancasila adalah buah perenungan dari masyarakat Indonesia.

“(Pancasila) adalah kecanggihan berpikir pendiri bangsa yang merupakan representasi identitas kebangsaan Indonesia. Itulah keunggulan Pancasila: lahir dari bangsa Indonesia, dan Flores adalah rahim Pancasila," ujarnya.

BACA JUGA: Menag Yaqut Berencana Undang 2 Tokoh Agama Dunia, Romo Benny Merespons, Simak

Stafsus Ketua DP BPIP tersebut menunjuk pada keadaan terkini, yaitu terjadinya krisis karakter, terutama dalam kaum muda.

"Tantangan kita saat ini tidak mudah. Hoaks, kebohongan, dan kehilangan kesadaran pritis dan literasi media, sehingga (anak muda) mudah dipengaruhi manipulasi kebenaran, dan muncul situasi tidak menyenangkan," jelasnya.

Benny menunjuk pada Pancasila yang hanya dijadikan hafalan oleh banyak orang.

"Pancasila tidak hanya menjadi hafalan, tetapi harus menjadi living dan working ideology. Living artinya hidup dalam kehidupan, dan working artinya benar-benar terwujud dalam setiap aspek kehidupan."

"Untuk anak muda, saya meminta agar dapat menguasai tiga hal, yaitu ilmu pengetahuan, komunikasi, dan politik. Dengan tiga hal itulah, anak muda bisa menjaga Pancasila," katanya.

"Anak muda harus kreatif, misalnya membuat konten tentang budaya, tarian, makanan tradisional, kerajinan. Kemas itu semua dengan teknologi, serukan kearifan lokal dengan kemajuan teknologi. Anak muda bertindak lokal dan berpikir global," serunya.

Benny menyebutkan tantangan yang dihadapi anak muda untuk menyebarkan konten-konten kearifan lokal.

"Tantangan era digital tidak mudah. Siapapun yang menguasai ilmu pengetahuan, dialah yang menguasai semua. Kita jangan hanya jadi penonton. Olah sumber daya alam yang dimiliki daerah, bukan hanya barang mentah. Mental kita jangan hanya menjadi mental inlander, penjajah, mudah tergantung dan dipengaruhi konsumerisme, dan tidak menghargai kearifan lokal kita."

Benny pun menutup dengan sebuah seruan.

"Pancasila bukan dihapalkan, tetapi aplikasikan dalam karya nyata. Saatnya kita menilai diri kita, "apa yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan, bangsa, dan gereja? Pegang teguh Pancasila untuk menjaga keutuhan hidup," ujar Benny.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler