Bentrok Antar Desa, 88 Rumah Dibakar

Rabu, 03 Oktober 2012 – 10:49 WIB
BIMA-Ratusan warga Desa Samili Kecamatan Woha melakukan penyerangan ke Dusun Godo, Selasa (2/10) siang. Mereka melakukan pembakaran rumah warga setempat. Tidak tanggung-tanggung 88 rumah hangus dibakar. Dusun Godo pun dengan tanah. Untungnya tidak ada korban jiwa yang jatuh dari insiden tersebut.

Pembumihangusan terhadap rumah warga di Dusun Godo diduga kuat terkait dengan kasus pembunuhan Burhan, warga RT 16 Dusun Godo Desa Dadibou Kecamatan Woha oleh warga dusun setempat Selasa dinihari kemarin. Setelah pria asal Desa Samili ini di kebumikan di pekuburan umum Desa Samili, sekitar pukul 13.00 Wita, warga menyerang Dusun Godo. Mereka datang dengan bersenjatakan tombak, parang, panah, bambu runcing dan senjata lainnya. Warga Desa Samili ini leluasa masuk ke Dusun Godo, tanpa mendapat perlawanan dari warga setempat. Praktis, mereka dengan leluasa melakukan pengerusakan dan pembakaran terhadap rumah warga Dusun Godo.

Sebelum aksi pembakaran berlangsung,  warga dusun setempat sudah memprediksikan bakal terjadi aksi balas dendam. Mereka kemudian mengungsikan anak-anak dan kaum wanita ke tempat lain. Sedangkan kaum laki-laki yang jumlahnya hanya puluhan orang, sempat berniat menjaga kampungnya dari penyerangan warga Desa Samili. Namun melihat penyerang yang datang jumlahnya ratusan, mereka terpaksa menyingkir keluar kampung.

Aksi pembakaran rumah warga Dusun Godo dimulai dari arah Selatan. Aksi itu berlanjut hingga ke bagian Utara, diseberang jalan lintas Bima Dompu.  Massa tidak mempedulikan aparat polisi yang berjaga-jaga di pertigaan Godo maupun di sebelah Timur Dusun Godo yang  berjumlah sekitar 250 orang.

Awalnya warga yang melakukan penyerangan membakar beberapa rumah di bagian utara dusun tersebut. Hanya dalam kurun waktu sekitar 30 menit, sejumlah rumah lainnya, yang kebanyakan rumah panggung, hangus di lalap jago merah. Apalagi saat itu tiupan angin dari arah Selatan begitu kencang. Data sementara yang diperoleh Koran ini, jumlah rumah yang terbakar di Dusun Godo sekitar 88 unit.

Satu unit mobil pemadam kebakaran sempat mendekat di lokasi kejadian. Namun, karena situasi yang mencekam, mobil pemadam yang datang dari Kecamatan Woha tersebut  tidak berani masuk.

Setelah api yang membakar puluhan rumah warga mulai mereda, warga penyerang dari Desa Samili mulai mundur. Sejumlah warga dari Desa Talabiu yang memiliki keluarga di Lingkungan Godo kemudian masuk ke dalam desa, berusaha  menyelamatkan barang milik keluarganya yang masih tersisa. Mereka sempat berupaya memadamkan api dengan air yang ada di sekitar dusun itu.

Karena warga Desa Samili sudah kembali ke kampungnya, mobil pemadam kebakaran dari Kecamatan Woha baru berani masuk. Upaya petugas pemadam bersama warga Desa Talabiu untuk memadamkan api tidak berarti, karena  semua rumah warga sudah terbakar.  Mobil pemadam hanya memadamkan sisa api yang masih membara dan berusaha menghalangi kebakaran merembet ke rumah lainnya.

‘’Saya ingin melihat kondisi rumah saudara di Dusun Godo, tapi rumah itu sudah jadi arang,’’ kata Idris, warga Desa Talabiu di lokasi kejadian.

Dia mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Apalagi korban aksi balas dendam ini tidak hanya warga Dusun Godo yang terlibat dalam pembunuhan Burhan.  ‘’Saya heran, kenapa orang-orang bisa berbuat seperti ini, tanpa sedikitpun punya rasa kemanusian,’’ sesalnya.

Selain warga Desa Talabiu, sejumlah warga lainnya dari Desa Donggo Bolo juga datang ke Dusun Godo. Mereka juga ingin melihat kondisi rumah keluarga mereka yang ada di Godo dan memastikan keadaanya. 

‘’Rumah saudari saya Rahma juga ikut terbakar,’’ kata Ahmad, salah seorang warga Desa Donggo Bolo.

Dampak lain dari pembakaran rumah warga di Dusun Godo, jalur lalu lintas dari arah Kabupaten Dompu  dan sebaliknya lumpuh total. Sejumlah kendaraan terpaksa mengambil jalan lain, melalui Cabang Donggo Bolo, menuju Tente.

Karo OPS Polda NTB Kombes  Pujiyono D ditemui di TKP kemarin mengaku, pihaknya mendatangkan sejumlah pasukan  Brimob dan Dalmas dari Polres Dompu, Polres Kota Bima maupun Polres Sumbawa,  untuk membantu pengamanan yang dilakukan Polres Kabupaten Bima. Namun karena pengamanan yang lakukan, tidak hanya di wilayah Godo, personil yang diterjunkan tidak terlalu banyak. Seperti diberitakan koran ini, konflik antar kampung juga masih terjadi antara warga Desa Roi Kecamatan Palibelo dan Desa Roka Kecamatan Belo  .

 ‘’Sebenarnya kami berupaya maksimal melakukan pengamanan. Namun jumlah warga yang datang begitu banyak sehingga membuat kami kesulitan,’’ ungkapnya.

Terhadap warga yang rumahnya terbakar dan tidak memiliki tempat tinggal, Pujiono mengaku telah mengkoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat. Bagi warga yang rumah terbakar, akan dibangunkan tenda darurat. Mereka juga akan dijamin kebutuhan makan dan minumnya.

Terpisah Kapolres Kabupaten Bima AKBP Dede Alamsyah mengaku saat ini pihaknya lebih mengedepankan tindakan pencegahan agar kasus tersebut tidak meluas.  Dia bahkan memastikan akan menambah personil yang akan mengamankan dusun tersebut

Dia mengungkapkan, saat ini satu Kompi Pasukan Brimob dari Mataram dalam perjalanan ke Bima. Demikian halnya dengan dua pelton pasukan Brimob dari Sumbawa. Pasukan tambahan ini akan membantu pengamanan di sejumlah daerah konflik di Bima, termasuk Dusun Godo maupun perbatasan Desa Roi dan Desa Roka.
‘’Mudah-mudahan dengan tambahan pasukan ini, kondisi keamanan bisa lebih terjamin,’’ katanya.

Dia mengaku terkejut dengan cepatnya reaksi yang dilakukan warga Desa Samili atas pembunuhan Burhan. Padahal di saat bersamaan, pihaknya masih berkonsentrasi menangani kasus bentrokan antara warga Desa Roi dan Roka.  ‘’Kita sayangkan kejadian ini,’’ tandasnya.

Sementara itu anggota DPRD Kabupaten Bima Wahyudin SAg ditemui di Dusun Godo kemarin, mengaku prihatin dengan kejadian itu. Dia menyesalkan sikap warga yang mengendepan emosional dalam menyelesaikan persoalan. Padahal kasus pembunuhan korban Burhan sedang ditangani pihak kepolisian.

Di sisi lain anggota dewan dari Partai Golkar ini menyesalkan lambannya antisipasi polisi dalam mencegah kasus tersebut. Dia menilai, aparat kepolisian kurang sigap, sehingga kasus penyerangan dan pembakaran tersebut terjadi tanpa bisa dicegah.

‘’Polisi mestinya bisa lebih awal melakukan antisipasi, sehingga kasus ini bisa dicegah,’’ tukasnya.

Menyikapi banyaknya kasus kekerasan yang muncul di Bima Wahyudin menghimbau warga untuk bersabar. Dia meminta warga mempercayakan penanganan kasus hukum oleh aparat penegak hukum, bukan sebaliknya bertindak main hakim sendiri. (gun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Separoh Lahan Tol Medan-Kualanamu Belum Dibebaskan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler