DAMASKUS – Tak mudah bagi PBB untuk membantu penyelesaian krisis politik di Syria yang telah berlangsung selama sekitar 13 bulan terakhir. Tim pemantau gencatan senjata yang tiba di Kota Damaskus pada Minggu malam waktu setempat (15/4) pun mengaku kesulitan menghadapi pasukan pemerintah Syria dan oposisi yang berseteru.
Hingga memasuki hari keenam kemarin (17/4), gencatan senjata yang diprakarsai oleh Utusan Khusus PBB dan Liga Arab Kofi Annan itu masih berlaku. Kendati demikian, bentrok di beberapa lokasi yang terpisah sempat menodai gencatan tersebut. Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa kontak senjata di antara dua kubu merenggut sedikitnya lima nyawa. Serangan sporadis itu juga mengakibatkan belasan warga sipil terluka.
’’Tiga penduduk sipil tewas ketika pasukan pemerintah melancarkan serangan ke Provinsi Idlib, yang berada di perbatasan Syria-Turki. Dua lainnya tewas di Distrik Basr al-Harir, Provinsi Daraa,’’ terang organisasi HAM yang bermarkas di London, Inggris, tersebut. Selain menyerang dua kawasan tersebut, militer Syria juga membombardir Distrik Khaldiyeh dan Distrik Bayada di Kota Homs.
Desing peluru dan suara ledakan yang masih terdengar hingga kemarin menuai keprihatinan dari tim pemantau gencatan senjata. Kolonel Ahmed Himmiche, pimpinan tim inti yang sengaja dikirim lebih awal untuk mengevaluasi kondisi Syria, mengakui bahwa tugasnya tidak mudah. ’’Ini misi yang tidak mudah dan membutuhkan koordinasi serta perencanaan matang,’’ ujarnya kemarin.
Dia menyatakan bahwa misi damai yang dia usung sulit diwujudkan karena secara de facto gencatan senjata telah berakhir. Padahal, proses politik yang merupakan langkah kedua setelah gencatan senjata belum terlaksana. ”Ini akan menjadi tugas yang paling sulit bagi PBB. Tapi, kami akan menunaikan tugas dan berusaha menciptakan perbaikan sedikit demi sedikit,’’ tuturnya.
Himmiche bersama lima anggota tim lainnya mendarat di negara yang terletak di tepi Laut Mediterania tersebut pada Minggu malam. Sebagai pemimpin tim inti, pejabat militer Maroko itu bertugas untuk mempersiapkan situasi kondusif bagi seluruh anggota tim. Nantinya, tim pemantau gencatan senjata yang bertugas di Syria itu akan terdiri dari 30 orang.
Sejauh ini, Annan dan para pemimpin Barat serta Arab masih optimistis solusi damai bisa tercipta di Syria. ’’Kami masih mengharapkan yang terbaik. Tetapi, kami juga akan merumuskan opsi lain jika gencatan senjata ternyata gagal mendatangkan solusi damai,’’ terang Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton. Dia juga mendesak Presiden Bashar al-Assad dan jajaran pemerintahannya menahan seluruh serangan. (AFP/AP/RTR/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jagal Norwegia Akui Pembantaian
Redaktur : Tim Redaksi