Selain korban jiwa, dua unit truk dan sembilan unit sepeda motor milik warga dibakar dalam bentrok tersebut. Konflik kedua desa sudah berlangsung hampir dua bulan terakhir. Selasa (13/11) pagi sekira pukul 08.00 Wita, sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, sekira 50 warga Lewonara menumpang dua truk memasang patok melewati Desa Lewobunga sebagai tanda batas tanah ulayat mereka.
Meski Pemkab Flotim dan aparat kemanan sudah meminta agar pemasangan patok tidak dilaksanakan mengingat situasi keamanan belum kondusif, warga Lewonara tetap memaksa dengan alasan mereka telah melakukan ritual adat "paha kemaha". Mereka menjamin, pemasangan patok tersebut berlangsung dalam suasana damai.
Seminggu sebelumnya sejumlah utusan Lewonara telah meminta Pemkab Flotim dan aparat keamanan mefasilitasinya demi Kamtibmas. "Mereka menyebut pemasangan patok ini sebagai pembuka jalan dalam upaya kita mendamaikan kedua pihak. Tapi kita minta untuk ditunda dulu," terang Bupati Flores Timur, Yosni Herin di Pulau Adonara, Senin (12/11).
Nasib malang menimpa mereka. Sekira pukul 09.30 Wita ketika berkemas hendak pulang usai pemasangan patok, secara tiba-tiba mereka diserang warga Lewobunga yang bersenjatakan parang, busur-panah, tombak dan senjata api rakitan. Karena tidak mempersenjatai diri, 18 orang menjadi korban. Satu diantaranya meninggal dunia.
Informasi yang dihimpun dari lapangan menyebut, aparat keamanan dari Brimob dan Polres tidak dapat berbuat banyak. Meski bersenjata lengkap, sejumlah anggota Polisi bahkan lari meninggalkan lokasi bentrok.
Bentrok semakin menjadi karena warga Lewonara lain yang masih berada di desanya datang ke lokasi bentrok dengan senjata tajam dan senjata api rakitan setelah mendengar kejadian tersebut. Mereka berniat untuk membantu saudara-saudaranya yang diserang.
Bentrok baru bisa reda sekira pukul 11.45 Wita setelah warga dua desa menarik diri menuju desa masing-masing. 9 korban luka berat dirujuk ke RSUD Larantuka. Mereka menderita luka akibat panah, tombak, parang dan senjata api rakitan.
Di RSUD Larantuka, kedatangan para korban menjadi tontonan ratusan warga. Warga yang memadati halaman parkir menyayangkan konflik yang tidak kunjung usai dan merugikan daerah itu. Mereka juga mempertanyakan kinerja aparat keamanan yang tidak mengindahkan perintah Kapolda NTT untuk melucuti senjata warga. "Aparat jaga dimana" Kenapa 400 orang bersenjata lengkap tapi bisa dijebol" Ada apa ini" Jangan sampai ada perintah yang tidak kita dengar," ujar salah seorang warga di depan pintu UGD RSUD Larantuka.
Kapolres Flores Timur, AKBP Wahyu Prihatmaka ketika dihubungi ke telepon selular tidak menjawab. Sementara Kasubag Humas, Ipda Nyoman enggan memberi penjelasan karena belum menerima informasi pasti dari tempat kejadian. "Belum tahu. Kelihatannya korban di rumah sakit ada 12 orang," katanya. Terpisah, Dandim 1624/Larantuka melalui Kasi Intel Lettu Zainudin menyebut, pihaknya telah menyiapkan anggotanya di Adonara untuk mengamankan warga dan meredam bentrok. Akan tetapi, menurutnya, karena belum mendapat permintaan dari polisi sehingga pihaknya hanya bisa memantau perkembangan dan situasi di lapangan. "Anggota kita siap bantu, tapi kita hormati prosedur. Beberapa saja yang di lapangan untuk pantau," katanya.
Sebelumnya, Kapolda NTT, Brigjen Rocky Sitohang ketika mengunjungi Desa Lewobunga meminta agar warga bisa menahan diri dan tidak terprovokasi. Di hadapan warga, ia berjanji akan menindak tegas para pelaku sesuai hukum yang berlaku. Ia juga memerintahkan Kapolres Flores Timur untuk melucuti semua senjata warga. Meski baru berumur satu hari, perintah jenderal bintang satu itu tidak berjalan baik di lapangan. (krf-2/vit)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Nelayan Meledak, Dua Tewas
Redaktur : Tim Redaksi