AMBON- Sakralnya Peringatan HUT Pattimura dinodai bentrok warga. Bentrok pecah ketika arak-arakan obor memasuki Jalan Tulukabessy, antara Desa Batumerah dan Kelurahan Rijali, Selasa pukul 05:15 Wit, kemarin. Diperkirakan puluhan orang luka, tiga rumah dan enam kendaraan bermotor hangus dibakar. Sebuah ledakan besar terjadi. Diduga bom rakitan.
Tidak ada korban jiwa. Namun saat bentrok mulai pecah aparat keamanan hanya segelintir, padahal jumlah massa begitu besar. Letupan tembakan ke atas berkali-kali, namun kedua kelompok tetap merangsek maju. Hujan batu antara kedua kelompok tak terhindarkan.
Informasi yang dihimpun api obor yang dinyalakan di gunung Saniri pulau Saparua, tidak terselamatkan. Akibat bentrok pemuda Batumerah dan salah satu kelompok pemuda lainnya di seputaran Karpan dan belakang Soya itu, ritual adat sekali setahun untuk memperingati semangat juang Kapitan Pattimura itu jadi kacau balau. Api unggun di Pattimura Park khabarnya dibakar tidak menggunakan obor dari gunung Saniri di Negeri Tuhaha itu.
Pantauan Ambon Ekspres (Grup JPNN), suasana semula aman ketika obor Pattimura diiringi para pemuda Batumerah yang hampir mencapai 100 orang itu. Setelah obor diserahkan oleh Upulatu Hative Kecil di depan tanjung Tantui, bahkan pasukan cakalele tidak pulang ke Hative, tetapi menjadi pasukan cakalele yang mengantar pemuda Batumerah masuk ke Kota menuju Pattimura Park.
Tetapi tidak tahu siapa yang memulai, situasi yang hikmat seperti itu berobah 180 derajat ketika sampai di Tulukabessy. Terlihat obor-obor melayang di udara. Ada yang jatuh dekat penonton ada pula yang "berlari" mengejar warga lainnya.
Saling lempar obor menjadi tak terelakkan. Kejar-kejaran terjadi. Pemuda Batumerah mengejar kelompok pemuda lain ke arah tanjakan Karpan maupun belakang Soya. Mereka sangat marah, setelah pelemparan obor itu. Baku lempar batu kemudian terjadi. Dua kelompok massa sambil menahan serangan, berusaha merangsek maju.
Aparat keamanan tak berdaya. Hanya melepaskan tembakan ke atas. Jumlah mereka masih tampak lebih sedikit dari jumlah massa kedua kelompok yang bertikai.
Massa Desa Batumerah mundur perlahan sambil menahan serangan massa dari tanjakan Karpan. Akhirnya sebuah rumah di jalan Mutiara tak jauh dari Desa Batumerah jadi sasaran bakar-bakar. Perabot rumah milik keluarga Picauli ini ikut ludes. Satu kendaraan roda dua di jalan tersebut yang ditinggal lari pemiliknya, dibalik di atas aspal lalu dibakar.
Salah satu pemuda Desa Batumerah Ari menuturkan, lemparan obor yang tampaknya dikira jadi pemicu bentrok, menurut dia karena batu lebih dahulu dilemparkan ke arah rombongan pembawa obor. Dan sebelum ini terjadi, kelompok pemuda lain terlihat ingin mengambil obor Pattimura, tetapi tidak diberikan. "Dorang lalu masuk katong barisan, sambil cakalele, seret-seret parang di aspal tetapi katong seng pusing, lalu tiba-tiba ada batu jatuh," ungkapnya.
Lemparan batu pun berbalas obor "terbang". Penonton di sisi-sisi jalan bahkan tak luput dari sasaran. Barisan pembawa obor dan kelompok pemuda "penyusup" yang bercakalele maupun penonton, semua lari lintang pukang. Situasi menjadi tak terkendali.
Mengetahui kejadian tersebut, massa lain dari dua kelompok terus berdatangan. Kosentrasi massa terus meningkat. Hujan batu kembali terjadi, beberapa orang luka-luka terkena lemparan batu. Bahkan satu anak panah terlihat menancap di dada kiri salah pemuda kelompok Batumerah. Dia jatuh dan dipapah beberapa rekannya.
Sekira pukul 06:15 WIT, sepasukan BKO TNI-AD Yonif 131 Bukit Barisan memasuki medan. Juga sebuah panser kavaleri dan sebuah mobil water canon, saling serang akhirnya terhenti. Namun massa kedua kelompok masih terkonsentrasi. Aparat dengan pengeras suara meminta warga secara persuasif tenang dan kembali ke rumah masing-masing.
Namun warga Batumerah sempat dibuat emosi, oleh sepasukan aparat Brimobda Maluku datang dengan tameng anti huru hara. Warga pun memprotes. Tak lama mereka ditarik, berganti aparat TNI yang melakukan penyekatan setapak demi setapak. Hingga seluruh warga pulang ke rumah masing-masing sekira pukul 07:30 wit.
Akibat bentrok yang terjadi jalan-jalan sepi lengang. Terminal Mardika dan pasarnya biasa ramai penumpang dan berjubel pembeli kini terbalik. Satu-satunya jalan masuk atau keluar kota Ambon di Desa Batumerah sempat tak dilalui kendaraan. Warga hanya berjaga-jaga kalau-kalau muncul bentrok susulan.
Sementara itu salah satu warga yang mendiami kawasan perbatasan, mengaku sedih dan serba salah. "Katong ini serba salah, sama saja warga kelas dua, tidak ada jaminan keamanan untuk kami," ujar seorang bapak yang rumah saudari perempuannya dibakar massa di Jalan Mutiara. Padahal ungkap dia, rumah tersebut baru saja selesai dibangun, terbakar akibat bentrok 11 September 2012 lalu. "Biar saja pemerintah bayar kembali," katanya.
Udin (30) warga Lorong Tahu heran atas kinerja aparat keaamanan, khususnya inteljen. "Di Maluku ini mungkin tidak ada inteljen kapa ya?, sama saja buang-buang biaya mereka disekolahkan, tetapi datang tugas di Ambon, konflik warga masih saja terjadi," sesal dia sekaligus sinis.(CR7)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SPPD Fiktif Kian Marak di Lingkup Birokrasi
Redaktur : Tim Redaksi