Bentrok di Ilaga, Tewas di Timika

Rabu, 25 Januari 2012 – 05:57 WIB

TIMIKA – Satu orang korban bentrok di Ilaga, Kabupaten Puncak, meninggal dunia di Timika. Torinus K (16 tahun), siswa kelas 3 SMP, meninggal dunia akibat menderita luka panah pada saat bentrok di Kali Gobe, Distrik Ilaga, beberapa waktu lalu.

Data yang dihimpun Radar Timika di lapangan, menyebutkan korban Torinus kemudian dikirim ke Timika. Tapi Senin (23/1) pukul 17.00 WIT, korban Torinus menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke RSMM. Jenazah Torinus dimakamkan secara tradisional dengan cara dibakar di Kampung Karang Senang (SP 3), Selasa (24/1).

Sebelum meninggal dunia, korban Torinus sempat menjalani rawat jalan di RSMM. Setelah diterima keluarga dari Distrik Ilaga tanggal 7 Januari lalu, korban tinggal  bersama pamannya, Ayub Waker di Kompleks Kebun Sirih. Selama dua minggu korban ke rumah sakit untuk mengambil obat dan mengganti perban lukanya. Sesuai rencana, korban  akan menjalani operasi hari Jumat mendatang. Korban terkena panah pada bagian pinggul sebelah kanan. Luka tersebut harus menjalani operasi karena sebagian panah masih tertinggal di dalam luka korban.

Setelah meninggal dunia, jenazah korban kemudian dibawa ke rumah pamannya di Kebun Sirih. Pihak keluarga melakukan koordinasi pada malam itu. Keputusannya korban disemayamkan di Timika. Sesuai adat, karena korban meninggal dalam perang, sehingga jasadnya harus dibakar. Sehingga Selasa (24/1) kemarin, pukul 08.00 WIT jenazah korban dibawa ke SP 3 di Jalan Cenderawasih, rumah Donates Alom, untuk disemayamkan, Kemudian jenazah dimakamkan sesuai ritual adat.

Keluarga korban yang datang dari SP dan seputar Kota Timika, nampak terharu. Warga kedua pihak yang bertikai di Ilaga, bersama-sama bahu membahu mengikuti upacara pemakaman dan melupakan bentrok yang terjadi di Ilaga.

“Di Timika ini tidak ada perbedaan, semua sama. Datang di sini untuk mencari kerja hidup damai, bukan perang,” ujar Kepala Suku Dani dalam sambutannya sebelum pemakaman.
Setelah mendengarkan sambutan dan arahan, para pria melakukan ritual dengan membuang panah ke arah  hutan. Ritual tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan perbuatan jahat yang mengakibatkan korban meninggal dunia kepada oknum yang membuat itu.

Kata dia, karena korban tidak bisa dibawa ke Ilaga untuk dimakamkan, akhirnya korban dimakamkan secara adat tradisional suku setempat dengan cara dibakar di Timika. “Karena pihak yang bertikai tidak bisa bertangung jawab terhadap korban. Korban terkena luka panah di bagian pinggang, hampir dua minggu di Charitas. Dari Ilaga masih ada sisa panah di dalam bekas luka korban tidak bisa operasi lagi, sampai di rumah sakit sudah meninggal, langsung kita bawa kembali ke rumah lagi,” papar  Kepala Suku Dani, Eksa Kogoya kepada sejumlah wartawan di kediaman Donatus Alom di Jalan Cenderawasih, SP 3,  Selasa (24/1). (rex)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gatot Anggap Ribut Lahan PTPN II Kasus Lama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler