BOGOR - Bentrokan berdarah antarwarga dan jemaat Ahmadiyah kembali pecah di Kampung Cisalada, Desa Ciampeaudik, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jumat (13/7). Perang perang batu dan senjata tajam pecah pukul 13:45, sesaat setelah warga melaksanakan inadaha salat Jumat. Akibatnya, empat orang menderita luka serius.
Keempat korban adalah Endang (40), Budi, Aji dan Zaenudin. Endang yang juga warga Kampung Pasarsalas RT 4/1 Desa Ciampeaudik mengalami luka parah pada bagian kaki kanan dan harus dirawat di Rumah Sakit Karya Bhakti. Sedangkan Budi, Aji dan Zaenudin mengalami luka memar pada bagian kepala karena terkena lemparan.
Ketiga korban ini merupakan jemaat Ahmadiyah. Selain itu, enam rumah milik Ahmadiyah juga rusak akibat terkena lemparan batu.
Informasi yang dihimpun dari lapangan menyebut tragedi berdarah itu dipicu kedatangan empat warga negara asing (WNA) asal Belanda yang mengaku sebagai wartawan. Keempatnya adalah Yulivia, Thimoty Michael Deagle, Michael Guilame M, Marolent dan Patrick. Mereka meliput kegiatan dan aktivitas sehari-hari jemaat Ahmadiyah di Kampung Cisalada yang dikenal sebagai kampung Ahmadiyah.
Rudi (25), salah seorang pemuda yang bukan jemaat Ahmadiyah mengatakan, warga curiga dan tidak suka dengan kedatangan sejumlah wartawan asing. Pasalnya, para jurnalis asing itu mengambil gambar di perkampungan warga usai melakukan peliputan di Kampung Ahmadiyah.
"Warga sempat negur, tapi wartawan asing itu bilang diperintahkan ustad berinisial B untuk ambil gambar," terang
Rudi yang juga merupakan warga Kampung Kebon Kopi.
Alasan tersebut, lanjut Rudy, memancing amarah warga karena wartawan asing ini belum melapor dan mendapatkan izin dari para tokoh masyarakat dan aparat kepolisian, TNI serta pemerintah Kecamatan dan Desa. Ia menjelaskan, peristiwa itu bermula sekitar pukul 10:00. Saat itu, empat warga negara Belanda dan satu warga Indonesia melakukan peliputan di perkampungan Cisalada yang merupakan basis jemaat Ahmadiyah.
Namun saat melakukan pengambilan gambar, sejumlah warga mempertanyakan izin pengambilan gambar. Lantaran dimintai perizinan, akhirnya salah seorang perwakilan warga asing didampingi warga Indonesia, mendatangi kantor kecamatan sekitar pukul 13:00. Namun pemerintah kecamatan tidak memberikan izin. Pihak kecamatan berdalih, yang dapat memberikan izin adalah Kesbangpol Kabupaten Bogor.
Perkampungan Ahmadiyah sangat rawan konflik, sehingga dipastikan perizinannya tidak akan dibisa dikeluarkan. "Saya juga tidak berwenang memberi izin, sehingga permintaan izin itu tidak saya penuhi," kata Camat Ciampea, Djuanda Dimansyah.
Lagipula, lanjut Djuanda, sebelum mereka meminta izin kepada pemerintah desa dan kecamatan, mereka sudah melakukan aktivitasnya. "Mereka sudah mengambil gambar sejak pagi dan meminta izin setelah situasi memanas, makanya tidak diberikan izin," jelasnya.
Karena tak diberi izin, akhirnya kedua orang itu kembali ke Kampung Cisalada. Selang beberapa menit setelah tiba di lokasi, puluhan warga dari beberapa kampung menyerang kampung Ahmadiyah.
Jemaat Ahmadiyah melakukan perlawanan. Mereka menghadang warga di depan SD Cisalada. Bentrokan fisik pun pecah meski tak berlangsung lama. Usai melempari rumah, warga kemudian meninggalkan Kampung Ahmadiyah.
Beberapa ibu rumah tangga yang ikut tersulut emosinya memblokir Jalan Siliwangi yang menjadi akses menuju Kampung Ahmadiyah. Mereka memblokir jalan dengan menggunakan batu, kayu serta ranting pohon. Sejam kemudian atau sekitar pukul 15:30, sejumlah warga dengan membawa senjata tajam kembali berusaha menyerang Kampung Ahmadiyah melalui jalan pintas atau pesawahan.
Aksi lempar batu pun kembali terjadi di ladang pesawahan antara jemaat Ahmadiyah dan non-Ahmadiah. Beberapa warga terlihat membawa golok, ketapel, tombak dan senjata angin (mimis). Beruntung aksi ini bisa dilerai polisi yang langsung menghadang di kedua belah pihak.
Petugas berhasil membubarkan kedua kelompok yang terlihat semakit tersulut emosinya itu. Sementara itu, ratusan petugas gabungan dari TNI-Polri disiagakan guna mengantisipasi terjadinya bentrokan susulan di sekitar lokasi.
Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Heri Santoso yang ditemui di lokasi kejadian menuturkan, pihaknya terus mencoba melerai aksi tawuran kedua kelompok. "Kami sudah membawa empat WNA asal Belanda yang mengaku sebagai jurnalis dan satu perempuan asal Indonesia. Mereka dibawa ke Mapolres Bogor untuk dimintai ketaranganya," tutur Heri.
Pihaknya juga mengungundang Imigrasi untuk melakukan pengecekan, baik paspor atau pun visa masuk terhadap keempat WNA Belanda ini. "Karena Imigrasi yang lebih tahu maslah ini, makanya kita hadirkan juga," tambahnya.
Heri mengakui, konflik di kampung Cisalada kembali memanas karena dipicu kedatangan empat warga saing yang meliput aktivitas warga Ahmadiyah tanpa izin dari pemerintah kecamatan dan tokoh masyarakat.
Untuk mengantisipasi bentrokan susulan, sebanyak 350 personil polri, dibantu polsek dan puluhan anggota TNI bersiaga di lokasi. "Setiap Jumat sebanyak 25 personil kepolisian disiagakan," terangnya. (sdk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 19 PNS Bekasi Kena Dirazia di Mal
Redaktur : Tim Redaksi