Keluh kesah Bepe tersebut dituangkan dalam tulisan berjudul "Sebuah Bangsa Yang Terpecah Dari Dalam, Tidak Akan Pernah Tegak Berdiri" yang ia publish melalui situs pribadinya. Bepe mengatakan, jika pertandingan tersebut benar-benar terealisasi, maka hanya akan "Pertumpahan Darah" bukan pertandingan sepakbola.
"Ini mengenai harga diri dan ego. Harga diri dan ego siapa? Mereka-mereka yang duduk di atas sana. Sedangkan pemain? Hanya menjadi tumbal keserakahan dari para pemimpin persepakbolaan negeri ini," kata Bepe seperti dikutip JPNN dari situs resminya, Minggu (7/10).
Pemain berumur 32 tahun itu menyatakan, pemain sama sekali tidak menginginkan pertandingan tersebut. Saat ini, kata Bepe, pemain sangat berharap konflik selesai agar hak dan kewajiban pemain terpenuhi.
"Saat para pemain sebangsa dan senegara saling cabik di lapangan, bagai ayam aduan. Bapak-bapak yang duduk diatas tribune VVIP tersebut, akan menyaksikan pertandingan sambil harap-harap cemas menunggu siapa yang akhirnya akan tersungkur. Setelah itu mereka yang menang akan membusungkan dada dan bertepuk tangan dengan puas," ungkap Bepe.
Bepe kemudian mengingatkan falsafah: "Mereka yang hanya bergantung pada pedang mungkin kuat dalam persenjataan, akan tetapi lemah dalam pikiran". Falsafah ini pernah diungkapkan seorang kaisar Jepang pada abad ke-16 bernama Toyotomi Hideyoshi.
"Sekali lagi, menghadapkan pemain dengan pemain untuk menentukan tim mana yang berhak mewakili Indonesia di AFF Cup 2012, adalah pemikiran yang jauh dari kata cerdas dan bijaksana. Karena hal tersebut akan semakin memecah belah dan menghancurkan kekuatan kita sendiri," tegasnya. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buang Status Pecundang
Redaktur : Tim Redaksi