Beraksi Ngeri di Langit Jogja demi Pujaan Hati

Selasa, 11 April 2017 – 11:22 WIB
Muhammad Gangsar Fitranto sebelum terbang dengan pesawat ringan trike bersama Jogja Flying Club di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, Sabtu (8/4). Foto: Erwan Widyarto/JPG

jpnn.com - Rasa cinta kepada pacar bisa membuat orang nekat melakukan hal-hal tak terduga. Hanya demi mengucapkan ulang tahun ke pacar, Muhammad Gangsar Fitranto melakukan aksi tak lazim di langit Yogyakarta.

Erwan Widyarto, Jogja

BACA JUGA: Kembangkan Pariwisata DIY, AP I Bangun Bandara ini

SABTU pagi (8/4) itu hujan ringan sempat mengguyur landasan pacu Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta. Aspal tergenang air, sedangkan angin pun berembus kencang.

Bagi pesawat berbadan besar, kondisi itu bukan penghalang. Namun bagi pesawat ringan bermesin kecil atau trike, kondisi itu masalah besar.

BACA JUGA: Citilink Batalkan Sejumlah Penerbangan ke Yogyakarta

Jadwal terbang yang sudah dibuat oleh Tim Jogja Flying Club (JFC) pun harus mundur menunggu hujan reda. Hari itu, JFC punya hajatan istimewa.

"Arep nerbangke wong edan (mau menerbangkan orang gila, red)," seloroh Fashlan Hafisha, anggota JFC yang punya jadwal terbang hari itu.

BACA JUGA: Maaf..Bandara Adi Sutjipto Ditutup Sementara Waktu

Wong edan ternyata istilah itu untuk menggambarkan kegilaan ide Muhammad Gangsar Fitranto yang minta diterbangkan dengan pesawat trike di atas langit Jogja. Pemuda asal Semarang itu ngebet membuat kejutan untuk pacarnya, Wita Aprillia Kuntari yang juga seorang pramugari.

Kebetulan, Kuntari berulang tahun pada 11 April. Sedangkan pada Sabtu lalu (8/4), pramugari di sebuah maskapai BUMN itu sedang ada jadwal terbang (on duty). Di sisi lain, Gangsar juga ada jadwal ujian di S2 Notariat Universitas Diponegoro.

Lantaran tak bisa bertemu muka pada hari itu, maka Gangsar tanpa sepengetahuan sang pacar membuat ucapan selamat yang kekinian banget. Dia memanfaatkan peralatan khas Generasi Z dan mengunggahnya ke media sosial.

Gangsar ingin membuat video ucapan ulang tahun yang beda dengan orang lain. "Alternatif surprise yang simpel. Tapi tidak semua orang bisa melakukan," ujar laki-laki 26 tahun itu sebelum terbang.

Ada semacam "story board" yang dirancang untuk membuat video ucapan selamat ulang tahun itu. Gangsar mengudara dengan trike membawa kertas bertulisan yang akan ditunjukkan ke arah kamera yang dipasang di tiang sayap trike.

Ada tiga lembar kertas ukuran A4 yang dibawa Gangsar. Kertas itu sudah dilaminasi.

Untuk kertas lembar pertama bertuliskan Hai, Wita Aprillia Kuntari. Sedangkan kertas lembar kedua bertuliskan aku terbang setinggi ini. Adapun kertas terakhir bertuliskan cuma mau bilang.

Ternyata, kalimat terakhir yang mau dibilang Gangsar ditulis di sebuah spanduk yang dibawa trike lainnya. Spanduk itu bertuliskan Dirgahayu Wita Aprillia Kuntari.

Rangkaian gambar-gambar itulah yang kemudian diedit menjadi sebuah video ucapan ulang tahun buat sang kekasih. "Àkan kami edit dengan durasi sekitar satu menit karena akan diunggah ke akun Instagram dia," ujar Alan, panggilan akrab Fashlan Hafisha yang menjadi penghubung awal terlaksananya ide ini.

Dari manakah asal ide gila itu? "Masukan dari dia," ujar Gangsar sembari menunjuk laki-laki yang mirip dengan dirinya.

"Kembaran saya. Dia yang pernah terbang dengan pesawat seperti ini, yang punya ide ini. Saya pikir cocok dengan situasi, ya oke saja saya eksekusi," tutur Gangsar.

Demi membuat video itu, Gangsar berangkat pagi-pagi dari Semarang bersama kembarannya, Muhammad Akbar Fitriawan. "Saya pamit ke dia (pacar, red) ada kerjaan di Jogja," kata warga Perumahan Bukit Agung, Semarang itu.

Membuat video dengan memegang kertas di ketinggian 3.000 kaki di tengah terpaan angin yang kencang tentu memerlukan persiapan matang. Paling tidak, jangan sampai ketika sudah di atas langit justru kertas yang dipegang malah terlepas.

Maka Gangsar pun diingatkan soal itu saat briefing sebelum terbang. "Kami harus pegang kuat-kuat. Lalu hadapkan ke kamera ini. Tegak lurus kamera agar terbaca jelas," ujar Martin Handoko yang bertindak menjadi pilot pesawat trike yang ditumpangi Gangsar.

Martin mengatakan hal itu sembari mempraktikkannya. Dia memegang kertas berlaminasi itu yang dimajukan ke dekat kamera.

Selanjutnya, Gangsar diminta mempraktikkannya, sedangkan Martin merekamnya dengan telepon pintar berbasis Android. Hasilnya lalu mereka bahas untuk mendapatkan gambar yang terbaik dan posisi yang pas.

Saat briefing, Martin sempat menggoda Gangsar. Apalagi saat itu adalah kesempatan pertama Gangsar naik pesawat ringan.

"Nggak usah pucat gitu. Santai saja. Paling kalau takut kebelet pipis doang," ujar anggota JFC dengan call sign J-FOX 29 itu sembari bercanda.

Usai briefing, Gangsar dan Martin pun menandatangani surat pernyataan. Isi surat pernyataan menegaskan bahwa Gangsar terbang dengan pesawat trike atas dasar keinginannya sendiri.

“Jika terjadi insiden atau accident tidak akan menuntut apa pun kepada pihak mana pun,” demikian tertulis di surat pernyataan yang ditandatangani Gangsar dan sepengetahuan Kepala Seksi Binportdirga Iwan Setiawan S, AP itu.


Begitu urusan administrasi terbang beres, Gangsar dan Martin pun naik ke pesawat bernomor PK-S 189. Mereka lantas mengantre untuk tinggal landas di landasan pacu Bandara Internasional Adisucipto.

Setelah menunggu pesawat Garuda mengudara dan pesawat ringan CT (fixed wings) yang dibawa anggota JFC lainnya terbang, pesawat Gangsar dan Martin pun melesat membelah udara. Terbang mengarah ke timur lalu berbelok ke selatan.

Pesawat yang ditumpangi Gangsar lantas mengarah ke Pantai Depok di kawasan pantai selatan Jawa. Di kawasan yang berdekatan dengan Pantai Parangtritis, Bantul itu memang ada landasan untuk pesawat ringan.

Oh iya, sebelum Gangsar dan Martin terbang, Alan dan Anas sudah terlebih dahulu mengudara. Alan dan Anas bertugas mengambil gambar pesawat Gangsar dan Martin serta membawa spanduk ucapan selamat ulang tahun untuk Kuntari.

Sekitar 1,5 jam kemudian, pesawat keduanya kembali ke hanggar tempat semula parkir. Gangsar turun dari pesawat dengan senyum mengembang dan disambut Akbar Fitriawan. "Alhamdulillah selesai," ungkapnya.

Martin pun terlihat puas. Pengalaman terbang hari itu sungguh luar biasa.

"Baru kali ini, sejak terbang beberapa ribu jam, ditemani pelangi yang indah. Sepertinya kamu sangat beruntung, kawan," canda Martin sambil menunjukkan foto pesawat yang mereka tumpangi berlatar belakang pelangi melengkung.

Kenapa harus di Jogja? Menurut Gangsar, di Semarang tidak ada "layanan" seperti yang diberikan oleh JFC ini.

Selain itu, kembarannya sebelumnya memiliki pengalaman terbang dengan JFC juga. Akbar terbang ke arah Borobudur menikmati keindahan alam peninggalan Wangsa Syailendra itu dari atas.

Berapa duit untuk menikmati layanan itu? Karena JFC harus mengerahkan dua pesawat, Gangsar diminta sharing cost di kisaran Rp 800-an ribu.

Ketua JFC Tjandra Agus mengatakan, layanan untuk Gangsar bukanlah sesuatu yang komersial. Sebab, JFC memang bukan lembaga bisnis.

"Kalau komersial jatuhnya bisa sangat mahal. Tapi, untuk semacam ini, dengan tujuan mengenalkan olahraga dirgantara, kami hanya meminta sharing cost. Kita paparkan kebutuhan bahan bakar, lalu silakan ikut menanggungnya," tegas Tjandra Agus.

Jogja Flying Club (JFC) merupakan klub bagi para penggemar olahraga dirgantara di Jogja dan sekitarnya. Mereka di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anggota JFC rata-rata memiliki pesawat ringan seperti trike, glider, gantole, dan jenis fixed wings. Sejumlah tokoh dan pengusaha menjadi anggota JFC. Mereka memarkir pesawatnya di hanggar FASI yang ada di Komplek Akademi Angkatan Udara (AAU). Salah satunya adalah sosiolog UGM Prof Dr Heru Nugroho.

JFC pun telah memfasilitasi Gangsar mewujudkan ide gilanya. Perwujudan ide gila itu karena di JFC juga ada anak-anak muda semacam Alan, Martin, Aqsa maupun Nova.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesawat Garuda Indonesia Keluar Landasan


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler