Berapa Persen THR yang Pantas Dibelanjakan? Ini Saran Pakar Pengelola Keuangan

Minggu, 07 Juni 2015 – 13:10 WIB
Ilustrasi (Dok Jawa Pos)

jpnn.com - HARAP diingat, Ramadan sampai Hari Raya Idul Fitri tahun ini sangat berdekatan dengan tahun ajaran baru pendidikan anak-anak. Cerdaslah dalam mengatur keuangan yang ada. Terlebih, kondisi perekonomian negara kita sedang melambat. Jangan terjebak pada euforia yang membuat kondisi semakin sulit.

Presiden Direktur One Shildt Financial Planning M. Andoko mengatakan, Ramadan dan Lebaran tahun ini akan dirasakan sedikit berbeda bila dibandingkan dengan tahun lalu, khususnya dari sisi keuangan.

BACA JUGA: Ladies, Gaya Hidup Vicky Burki Kayaknya Layak Ditiru deh...

”Bagi yang gajian, apalagi yang tidak gajian, bisa terasa lebih sulit. Kita dihadapkan pada kenaikan harga yang terjadi, terutama sejak kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak). Sedangkan gaji tidak begitu naik atau bahkan tidak naik karena tidak ada adjustment (penyesuaian) dari company (perusahaan),” ungkapnya kepada Jawa Pos (induk JPNN) kemarin.

Untuk menyiasatinya, Andoko menyarankan masyarakat lebih bijak dan proporsional sepanjang bulan puasa. Porsi makan yang hanya saat malam semestinya membuat pengeluaran dari pos kebutuhan perut lebih irit ketimbang hari biasa. ”Tapi, bisa saja sebaliknya, malah lebih boros. Sebabnya, terlalu menuruti keinginan ketimbang kebutuhan,” ucapnya.

BACA JUGA: Batu Akik Panca Warna Ditawar Sampai Rp 40 Juta

Dengan demikian, harus disadari perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Bagaimana mengetahuinya? Catat anggaran kebutuhan (budgeting). Kelemahan masyarakat Indonesia umumnya yang tinggal di perkotaan, kata Andoko, hanya mengetahui catatan atau nominal gaji yang masuk setiap bulan, tetapi tidak pernah tahu pengeluarannya seperti apa.

”Artinya, lemah di dokumentasi. Bagaimana perusahaan besar bisa tahu dia dapat keuntungan bersih berapa? Dia sewa akuntan untuk catat pengeluarannya. Sebab, itu penting. Kalau kita tidak tahu pengeluaran, tidak akan tahu mana kebutuhan dan mana keinginan,” tegasnya.

BACA JUGA: Sehat Menyambut Ramadan, Pengobatan Gratis Warga Gunung Sahari

Dengan memahami pola pengeluaran, menurut dia, seseorang atau keluarga akan mudah dalam mengatur kondisi keuangan. Termasuk menggunakan secara bijak uang tunjangan hari raya (THR) yang semestinya diterima pada pekan kedua di bulan Ramadan.

THR juga perlu disiasati. Selain menghadapi harga barang yang melambung saat kondisi ekonomi sedang sulit, tidak lama setelah momen Lebaran masyarakat sudah harus dihadapkan pada kebutuhan pokok lain, yaitu biaya pendidikan. ”Harus disadari, momen Lebaran dengan tahun ajaran baru sangat berdekatan. Dan ini momennya sekarang lebih berat dibandingkan tahun lalu. Saya sering diundang perusahaan yang sedang mem-PHK (pemutusan hubungan kerja) karyawannya. Sebab, ya industri sedang merasakan sulitnya ekonomi kita,” ulasnya.

Cara menyiasati THR, menurut Andoko, secara sederhana hanya dua. Bagi yang single income alias hanya suaminya yang bekerja atau istrinya yang bekerja dalam satu keluarga, THR menjadi sangat penting agar uang bisa disisihkan saat Lebaran sudah berlalu.

”Dibagi dua saja, dari dana THR maksimal 50 persen untuk bulan puasa dan Lebaran. Sisanya untuk biaya pendidikan. Memang semestinya biaya pendidikan itu sudah disiapkan jauh hari karena itu sudah terprediksi. Tapi, kelemahan di kita, itu jarang terjadi. Maka, sebaiknya maksimalkan uang THR tersebut,” sarannya.

Sementara itu, yang double income, meski bisa lebih leluasa menggunakan uang THR, disarankan tetap bijak.

”Ya, batas toleransinya sampai 75 persen dari total THR dari satu pihak digunakan untuk Lebaran. Sebab, kan memang ada kebutuhan untuk pulang kampung. Tapi, intinya tetap harus dipikirkan dana untuk pendidikan,” imbuhnya. (dim/gun/owi/wir/gen/c10/ang)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Bola Bumi di Atas Tubuh Wanita Cantik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler