Beras Merangkak, Inflasi Melonjak

Rabu, 03 Juli 2013 – 09:21 WIB
BOGOR - Lonjakan inflasi benar-benar terjadi. Masuk ke Juli, warga Kota Bogor dihadapkan dengan angka inflasi yang meroket hingga 16 kali lipat. Diprediksikan, bulan ini inflasi akan memuncak hingga 2,5 persen akibat dari naiknya harga beras dan tarif transportasi.

Dari data yang dihimpun Radar Bogor (Grup JPNN), harga beras yang banyak dikonsumsi masyarakat yakni jenis IR64, naik 20 persen dari Rp7.500 menjadi Rp9.000 per kilogram. Sedangkan tarif angkutan kota (angkot) naik 25 persen dari Rp2.000 menjadi Rp2.500, dan untuk pelajar naik 100 persen dari Rp1.000 menjadi Rp2.000.

Sementara ini, hasil survei BPS Kota Bogor menyebutkan, inflasi Juni 2013 melonjak naik sebesar 1,6 persen. Padahal, bulan sebelumnya hanya 0,01 persen. Kontribusi kenaikan itu memang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen dan kelompok transportasi sebesar 0,57 persen. Imbasnya, indeks harga konsumen (IHK) pada Mei-Juni 2013 meningkat dari 138,61 menjadi  140,83.

“Selain tarif angkot, ada lima komoditas bahan makanan yang memengaruhi inflasi bulan lalu, yakni bawang putih, bawang merah, ikan keranjang, daging ayam ras, dan cabai rawit,” kata Kepala BPS Kota Bogor, Ahmad Fauzie kemarin.

Menurut Fauzie, inflasi bisa bergerak lebih dinamis pada semester dua, dari Juni-Desember. “Untuk inflasi Kota Bogor sudah lampu kuning, harus hati-hati. Apalagi, bulan ini sudah Ramadan dan bulan depan Lebaran,” terangnya.

Yang mencemaskan, dengan besaran inflasi year on year (Juni 2013 terhadap Juni 2012) pada 7,76 persen dan inflasi year to date (Juni 2013 terhadap Desember 2012) pada 4,2 persen, maka penutupan inflasi tahun ini pada Desember 2013 bisa menembus dua digit atau diatas 10 persen.

Lantas bagaimana dampak tingginya inflasi terhadap publik" “Daya beli menurun, terutama bagi karyawan berpenghasilan tetap, buruh berpenghasilan rendah, dan pekerja dari sektor informal. Sudah terjadi kenaikan harga, itu terlihat dari indeks harga konsumen (IHK),” jawab Fauzi.

Pengamat ekonomi Bogor, Nusa Muktiaji mengatakan, kenaikan harga beras akan berpengaruh langsung terhadap tingginya biaya hidup. Sementara daya beli bisa anjlok. “Harga bawang naik saja, inflasi sudah melonjak. Apa jadinya, bila harga beras terus naik,” terangnya.

Saat ditanya pengaruh Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), lanjut Nusa, secara individu mungkin terasa positif bagi penerima. Tapi, secara sistem ekonomi, meningkatnya perputaran uang karena pencairan dana triliunan rupiah itu akan mengakibatkan inflasi Juli 2013 semakin terpuruk.

“Belum lagi, tingkat konsumsi publik tengah memuncak selama dua bulan ke depan. Kemudian efeknya terhadap kurs mata uang dan suku bunga cenderung negatif. Dampaknya di pasaran, daya beli konsumen menurun dan omzet pedagang dan distributor berkurang” jelas dosen STIE Kesatuan Bogor itu.

Agen beras di kawasan Bojonggede, Teguh (38) mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga 30 persen. ”Biasanya perhari Rp10 juta, sejak naik dua minggu lalu jadi Rp7 juta,“ ujarnya.

Pedagang besar lainnya di Pasar Bogor, Suherman mengaku mengalami penurunan omzet secara signifikan. “Bulan lalu saja omset saya turun 50 persen. Alasannya, karena harga berasnya naik kata pembeli," ucapnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdaganmgan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bogor, Mangahit Sinaga mengatakan, pengendalian harga beras akan dilakukan dengan menggelar operasi pasar. “Kami siap lakukan operasi pasar. Ini sudah dijadwalkan dalam minggu ini. Soal stok, hingga lebaran nanti sudah aman,” tandasnya. (cr17/ram/cr18/cr16/d)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Iskan : Pengguna Monorel Pertama Bukan di Jakarta

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler