jpnn.com - JPNN.com - Novi Saseria lihai menangkap peluang bisnis. Lewat kepiawaian dan keuletannya, owner Randang Tigoka ini mampu memasarkan rendang ke lima benua.
Hijrah Adi Sukrial—Padang
BACA JUGA: Brutal dan Mencekam, Itulah yang Kami Hadapi
SEKILAS rendang produksi Novi sama dengan rendang produk lain. Bedanya, dia mengemasnya dengan apik, sehingga mampu melewati border internasional dan dibawa ke berbagai negara tanpa masalah.
Pertama kali Novi tertarik memasarkan rendang ke luar negeri, karena pernah mengalami pengalaman berkesan di bandara.
BACA JUGA: Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin
“Waktu itu, saya lihat orang Korea tasnya diendus sama anjing pelacak polisi Los Angeles USA. Setelah isi kopernya dibongkar, ternyata dia membawa roti isi daging. Pas giliran saya diendus, ternyata aman nggak kecium anjing pelacak itu,” jelas Novi.
Berawal dari situ, dia bersemangat mengemas produknya agar berstandar internasional. Dia pun mencari informasi bagaimana cara dan aturan main, serta sistem pembayarannya.
BACA JUGA: Desa di Sulawesi Mendadak jadi Kampung Orang Tiongkok
Begitu juga cara mengemas dengan bagus. “Kami belajar dan uji coba terus sampai kemasan sekarang. Sejauh ini belum ada komplain,” papar perempuan asal Agam ini.
Diakui Novi, usaha rendang rumahan berstandar internasional yang dikelolanya, disukai konsumen karena kemasannya bisa melewati berbagai aturan border berbagai negara, seperti USA, Eropa dan Australia.
“Padahal, Australia sangat ketat dalam perizinan makanan dalam kemasan ini,” ujar alumni Fakultas Hukum Unand ini.
Ada beberapa jenis rendang yang diproduksinya. Yakni, rendang daging dengan bumbu nenek moyang khas Minang. Tanpa bahan pengawet.
Kemudian, rendang cabiak yang proses memasaknya dengan menghancurkan daging menjadi kecil-kecil.
“Rendang ini cocok untuk anak-anak dan orangtua, karena lebih mudah menggigit dan mengunyahnya,” papar Novi.
Selain itu, ada rendang paru. Khusus rendang paru ini sedikit spesial. Rendang paru produksi Randang Tigoka ini dijuluki pelanggan “the black marshmallow”, karena teksturnya seperti marshmallow.
Lalu, randang badaruak berupa kerupuk ubi dengan bumbu rendang asli. Randang Tigoka juga memproduksi serundeng.
Menurut Novi, Randang Tigoka sudah pernah dibawa kelima benua dan sangat cocok untuk orang yang bepergian.
Kalangan selebritis pernah membawa randang ini ke Rusia. Untuk pengiriman keluar negeri, pihaknya menggunakan jasa Pos dengan layanan EMS.
Kendati belum berjalan dua tahun (mulai Maret 2015), Novi sudah rutin mengirim rendang ke luar negeri, seperti Pakistan dan Amerika.
Lalu Korea, Arab Saudi, Italia, Kanada, Jepang, Belanda, Bangkok, hingga Perancis dan lainnya.
Untuk memproduksi rendang, Novi didukung empat karyawan tetap. Jika pesanan banyak, maka ada tenaga tambahan.
“Kami menerapkan sistem “ramping”, yaitu karyawan dan cara kerja yang efektif dan efisien. Jam kerja karyawan tidak kaku, karyawan diminta memenuhi target produksi dengan dibuatkan panduan kerja yang efektif,” terang perempuan yang usahanya berada di Jalan Marsawa No 16 Lolong, Padang ini.
Novi termotivasi menjadi pengusaha karena ingin bebas berkreativitas tanpa aturan pihak lain. “Kalaupun ada, kita yang membuat aturan itu. Sejak awal pendirian usaha ini diarahkan pada kebaikan,” akunya.
Di tengah bisnisnya yang mulai berkembang, Novi tetap menempatkan urusan keluarga prioritas utama.
“Bila berbenturan, biasanya saya delegasikan pengerjaannya kepada orang lain, tentunya tetap di bawah pengawasan saya,” katanya.
Selama menjalani usaha ini, Novi merasakan suka dan duka yang dia share ke sosial media. “Dukanya, saya tidak mampu memenuhi permintaan orang lain. Sukanya, dapat testimoni positif dari pelanggan,” ujar dia. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sungguh Mulia, Hobi Mereka Membantu Orang Sakit
Redaktur : Tim Redaksi