Berbagi Cerita di Noodle Market Festival 2018

Senin, 26 Februari 2018 – 23:05 WIB
Noodle Market Festival. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Sejak berdiri pada 2014 lalu, PT. Bungasari Flour Mills telah mendengar berbagai kisah menarik dari para pelanggannya yang menggunakan tepung terigu produknya.

Di antaranya dari para produsen dan pengusaha produk olahan mi.

BACA JUGA: Petani Keluhkan Harga Gabah, Di Mana Bulog?

Pada ajang "Noodle Market Festival 2018" selama empat hari, yakni pada 22–25 Februari 2018 di Terrace Walk Lippo Mall Puri, Jakarta, Bungasari berbagi rahasia seputar strategi bisnis mie yang jitu serta sekaligus mengapresiasi para pelanggan loyalnya.

Direktur Sales and Marketing PT Bungasari Flour Mills Indonesia Budianto Wijaya menyatakan, berdasarkan dari pengalaman menarik para pelanggan, peluang berbisnis produk olahan mi di Tanah Air masih sangat terbuka lebar.

BACA JUGA: Usai Blusukan di Tanah Abang, Bos IMF Puji Perekonomian RI

"Setidaknya kami menemukan delapan cara jitu untuk mengembangkan bisnis produk olahan mie di Indonesia, yang kami simpulkan berdasarkan cerita-cerita unik dari para pelanggan kami," tutur Budi.

Poin pertama dari strategi yang perlu dilakukan, #BeraniInovasi melakukan berbagai terobosan baru dengan ragam sajian.

BACA JUGA: Jokowi Lapor SPT via Online, Katanya Mudah Banget

Hal ini wajib dilakukan mengingat bisnis produk olahan mi sudah menjamur di Indonesia.

Di sisi lain, keberadaan mi sudah menjadi makanan pokok kedua di negeri ini.

Menggandeng Layanan pemesanan delivery online merupakan poin kedua, yang sudah terbukti mampu mendongkrak penjualan olahan mi milik para pelanggan Bungasari.

Budianto mengatakan, pemasaran makanan masa kini sudah lebih praktis dan tidak terbatas dengan jarak.

"Hingga kini, layanan pemesanan online sudah memiliki jutaan subscriber. Para pelaku bisnis tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menyewa outlet atau ruko atau mengandalkan orang yang datang. Dengan adanya layanan pemesanan delivery online, peluang promosi maupun jualan semakin besar," jelas Budianto.

Budianto menambahkan, meski menu yang ditawarkan relatif sama, semisal mi ayam--, tapi sudah cukup banyak sajian yang dijual di pasar dengan menggunakan nama-nama yang unik.

Penggunaan nama yang unik yang diyakini bisa mencuri perhatian pasar, merupakan poin ketiga dalam strategi yang diterapkan oleh para pelanggan Bungasari.

Sementara poin keempat, yakni merangkul berbagai komunitas dalam guna melakukan penetrasi pemasaran.

"Orang Indonesia biasanya sangat antusias melakukan aktivitas bersama dalam sebuah kelompok atau komunitas. Peluang ini sering kali dimanfaatkan dalam menawarkan atau menyebarkan informasi produk," tutur Budi.

Poin kelima yakni memanfaatkan penggunaan media sosial atau medsos yang telah menjadi tren pemasaran saat ini.

Tingginya ongkos untuk membayar iklan di sejumlah media konvensional menjadi salah satu alasan kuat.

Berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, maupun Twitter, terbukti telah dijadikan ruang dalam pengembangan peluang usaha.
"Tak sedikit dari para pengusaha, baik yang ada di pelosok desa, UKM, bahkan partai besar, mempromosikan produk atau layanan mereka dengan menggunakan medsos," kata Budi.

Namun di sisi lain, iklan yang merupakan poin keenam, juga menjadi penting dalam mempromosikan produk.

Berdasarkan catatan Bungasari, lanjut Budi, tampilan iklan yang unik mampu membuat orang berhenti untuk melihat iklan yang dihasilkan.
Iklan pun kian menarik perhatian jika ditampilkan dengan sosok figur publik atau seleb, yang kerap disebut endorser.

Sedangkan, poin ketujuh dalam strategi menjajakan mi dengan menggunakan endorser ini, diyakini mampu mengambil hati para pecinta produk olahan mi.

"Di medsos sudah banyak pelanggan kami yang melakukan hal ini, yakni dengan menjual atau mempromosikan produk dengan label nama sang endorser," ujarnya.

Poin terakhir atau kedelapan yang terpenting, "great food comes from great ingredients".

Dalam bisnis produk olahan mi “wajib hukumnya” untuk selalu menggunakan bahan-bahan baku terbaik yang mana hal ini sangat memengaruhi hasil akhir produk olahan yang dihasilkan.

Untuk itu Bungasari telah menghadirkan rangkaian produk Hikari, di antaranya Hikari Kuning yang merupakan tepung terigu terbaik untuk menghasilkan produk olahan mi lezat di Indonesia.

Mengenai produk Hikari Kuning, Marketing Manager PT Bungasari Flour Mills Rio Ferdian mengungkapkan, kelebihan utama dari tepung terigu ini adalah kandungan abu (ash content) yang rendah serta kandungan gluten dan protein yang tinggi.

Dengan tepung ini, mi yang dihasilkan memiliki warna yang lebih cerah dan tekstur yang lebih kenyal serta tidak mudah putus.

Takara Ramen, salah satu pelanggan setia Bungasari, menggunakan Hikari Kuning untuk menghasilkan aneka jenis mie ramen yang diproduksinya.

Rio menambahkan, Hikari Kuning hadir bersama puluhan pengusaha mi asal Indonesia di ajang "Noodle Market Festival 2018".

Takara Ramen bersama Hikari Kuning merupakan satu di antara banyak cerita sukses para pelanggan Bungasari yang disuguhkan pada festival tersebut.

Pada kesempatan itu diberikan pula sertifikat penghargaan kepada Takara Ramen sebagai pengguna setia produk tepung terigu Bungasari sejak awal Bungasari berdiri.

Dalam upaya mengedukasi serta berbagi strategi mengelola bisnis mi, pada ajang ini Bungasari juga menggelar dua program menarik lainnya, yakni "Making Ramen by Bungasari" dengan menghadirkan Takara Ramen dan Chef Latif. (rmo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Buru bersama Gempita Maluku Gelorakan Tanam Jagung


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler