Bercinta dengan Robot Bakal Jadi Tren Masa Depan? Pakar Etika Ini Berharap Demikian

Selasa, 10 Mei 2022 – 21:36 WIB
Harmony RealDoll produksi Abyss Creations dipamerkan pada acara AVN Adult Entertainment di Las Vegas, Amerika Serikat pada 2020 lalu. Boneka bermesin itu adalah contoh teknologi terkini yang paling mendekati robot seks. Foto: Ethan Miller / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP

jpnn.com - Seiring kemajuan teknologi kecerdasan buatan alias AI, banyak yang mungkin bertanya-tanya tentang implikasi moral dari bercinta dengan robot, dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat.

Namun, seorang pakar etika berpandangan bahwa robot seks sebenarnya akan berdampak positif bagi masyarakat, mengingat kemajuan cenderung terjadi ketika manusia memiliki beragam pilihan.

BACA JUGA: Deretan Nama Beken Terseret Kasus Robot Trading DNA Pro, Siapa Saja?

Dalam sebuah artikel untuk majalah Men's Health, Direktur Pusat Etika Profesional dan Terapan di Universitas Manitoba Neil MacArthur menjelaskan bahwa robot akan membantu mengatasi masalah keintiman dan ketidaksetaraan seks.

MacArthur percaya robot seks akan membantu orang yang tidak memiliki akses ke pasangan seksual karena berbagai faktor seperti usia, kesehatan, atau "tingkat daya tarik konvensional".

BACA JUGA: Polri Periksa Agen Persija, PS Sleman dan MU Terkait Kasus Robot Trading

“Kita selalu membicarakan akses pendidikan. Kita sering mebahas tentang akses ke pelayanan kesehatan," kata MacArthyr kepada outlet tersebut.

"Mengapa kita peduli dengan hal-hal itu? Kesehatan adalah kebutuhan manusia, pendidikan adalah kebutuhan manusia, pengetahuan adalah kebutuhan manusia. Nah, seks dan keintiman. Itu juga kebutuhan manusia yang setara dengan semua tadi."

BACA JUGA: Penjelasan Kombes Mamun soal Kronologi Penangkapan Bos Robot Trading Fahrenheit

Penentang robot seks telah menyatakan keprihatinan bahwa teknologi ini akan melahirkan isolasi sosial, karena robot akan menjadi pilihan yang lebih mudah daripada manusia.

Tapi MacArthur tidak setuju dengan gagasan itu, dengan alasan bahwa manusia tidak selalu memilih opsi termudah.

"Manusia pada dasarnya menginginkan variasi, dan ini juga yang mendorong kemajuan dalam hidup dan karier kita - dengan memilih yang sulit daripada yang mudah," jelasnya.

Selain itu, kata MacArthur, manusia menginginkan hasratnya mendapat respons setimpal, sesuatu yang tampaknya sulit dilakukan robot secara meyakinkan.

Meski robot sudah menjadi kenyataan, belum ada teknologi untuk membuatnya jadi partner bercinta yang layak bagi manusia. Hal terdekat yang ada saat ini adalah semacam boneka seks

Bagi MacArthur, stigma tentang robot seks berbahaya karena menjadi penghambat penelitian.

"Saya pikir itu bisa menjadi masa depan yang sangat menarik. Kita juga bisa tidak membahasnya sama sekali, atau melakukan itu dengan pemikiran yang sangat sempit, maka hasilnya adalah kita akan terjebak dalam pergerakan yang sangat lambat dan masa depan yang sangat tidak menarik."

Realitanya, cukup banyak yang bisa menerima ide robot seks.

Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, dua dari lima orang mengatakan mereka terbuka untuk gagasan bercinta dengan robot.

Faktanya lebih banyak orang lebih memilih untuk berhubungan intim dengan bot seks (37,5 persen) daripada melakukan hubungan seks bebas dengan kekasih manusia (30,1 persen). (The Sun/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler