jpnn.com, JAKARTA - Di kawasan stasiun Sudirman Jakarta, saat ini terdapat kedai kopi unik. Kedai kopi bernama Difabis.
Kedai Kopi ini khusus mempekerjakan penyandang disabilitas sebagai karyawannya.
BACA JUGA: Soni Sumarsono Buka Peluang Penyandang Disabilitas Jadi Birokrat Andal
Difabis merupakan program Baznas Bazis DKI. BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta berkolaborasi dengan Dinas PPKUKM DKI Jakarta. Kedai Kopi berada tepat di bawah jembatan stasiun Sudirman.
Semua pekerja di Kopi Difabis adalah orang penyandang disabilitas, ada yang tunadaksa dan ada juga yang tunarungu.
BACA JUGA: Calon Kapolri Listyo Sigit Prabowo Buka Peluang Buat Penyandang Disabilitas
Para Difabel mereka terlihat bangga dan senang menjadi karyawan kedai kopi. Terlihat antusias dan bersemangat dalam bekerja dengan segala keterbatasannya.
Di kedai Kopi Difabis pembeli tidak perlu bingung. Difabis dilengkapi dengan cara-cara memesan menggunakan gaya bahasa isyarat.
BACA JUGA: Terungkap Jejak Munarman di Dalam Jaringan Teroris JAD, Petrus: Cekal dan Tangkap!
Jadi, mempermudah pegawai dan pengunjung untuk berkomunikasi. Meski dilayani oleh penyandang disabilitas, tetapi kedai Difabis ini selalu didampingi oleh perwakilan dari Baznaz setiap harinya.
Dipo Gustira dan Gigin, selaku perwakilan BAZNAS (BAZIS) mengatakan kepada awak media, Sabtu (7/2/2021) bahwa didirikannya Difabis ini adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan melatih kemandirian para penyandang disabilitas.
“Jadi di sini kita juga melatih kemandirian mereka. Kita harapannya Difabis ni sebagai sarana pelatihan saja. Pelatihan selama 3 bulan, 6 bulan atau setahun. Agar mereka bisa mandiri mengelola dengan baik,” ujar Gigin.
Sudah Dilatih
Lebih lanjut, Gigin juga menjelaskan kalau para penyandang disabilitas sudah terlatih, mereka akan mencari sponsor untuk mendanai pembuatan kedai-kedai serupa.
Nantinya akan dikelompokkan 3-4 orang dalam satu kedai.
Selain menawarkan minuman kopi dan non-kopi, kedai Difabis juga menawarkan berbagai camilan.
Mulai dari roti, kerupuk, kacang, keripik, kurma dan masih banyak lagi. Makanan tersebut merupakan produk dari pelaku UMKM.
“Kalau untuk produknya harapannya sih kita ada difabel yang buat sendiri. Beberapa produk juga sudah ada difabel yang buat. Nah, kebanyakan makanan yang masuk ini harus melewati kurasi dari dinas UMKM,” lanjut Gigin.
Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Difabis ini tergabung dalam komunitas KAPCI.
Namun, Dipo dan Gigin mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan mengajak difabel dari komunitas lainnya.
Meski masih terbilang baru, tetapi respons positif sudah mulai berdatangan. Dapat terlihat dari banyaknya pengunjung yang mampir ke kedai untuk sekadar membeli kopi atau camilan lainnya. Difabis ini buka setiap hari Senin - Sabtu.
Mulai dari pukul 10.00 hingga pukul 19.00. Dan, kini menyesuaikan dengan protokol PPKM yang diterapkan di Jakarta.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich