Beredar Isu Muslim Uighur Dilarang Puasa Ramadan, Ini Respons Tiongkok

Selasa, 09 Juni 2020 – 14:55 WIB
Muslim Uighur di Xinjiang. Foto: AFP

jpnn.com, XINJIANG - Isu tidak sedap soal diskriminasi terhadap muslim Uighur di Xinjiang, Tiongkok, kembali berembus. Kali ini pemerintah setempat disebut melarang umat Islam menjalankan ibadah puasa selama Ramadan lalu.

Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang menyebut larangan tersebut mengada-ada dan menyebutnya sebagai proyek fabrikasi oleh kelompok separatis Turkestan Timur.

BACA JUGA: Kecam Amerika, Politikus Uighur Beberkan Keberhasilan Program Tiongkok di Xinjiang

"Tuduhan larangan yang dibuat oleh oleh kelompok dari luar negeri sangat mustahil. Setiap bulan Ramadan, mereka biasa menyebarkan isu itu untuk menyerang Xinjiang secara membabi buta," kata juru bicara Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang Ilijan Anayt seperti dikutip media lokal.

Ilijan menegaskan bahwa tidak ada satu pun warganya yang didiskriminasi atau dizalimi karena memiliki keyakinan dalam beragama atau tidak di daerahnya.

BACA JUGA: Bantu Tiongkok Lawan Virus Corona, Penggembala Uighur Sumbang 11 Kuda

Semua kegiatan keagamaan, baik yang dilaksanakan di tempat ibadah atau di rumah, seperti shalat dan puasa, diatur oleh kelompok agama atau umat beragama itu sendiri dan dilindungi oleh hukum.

Terkait video yang mempertontonkan persekusi terhadap warga etnis Uighur, Ilijan menyatakan sebagai berita palsu yang bertujuan untuk mempertentangkan antarkelompok etnis, memutus hubungan antaretnis, dan membangkitkan amarah antaretnis di wilayah paling barat Tiongkok itu.

BACA JUGA: Kampung Halaman Muslim Uighur Jadi Produsen Kapas Terbesar di Tiongkok

"Niat mereka sangat licik. Tidak dapat dimungkiri, Xinjiang telah menikmati aktivitas keagamaan yang harmonis dan teratur selama bulan puasa," ujarnya.

Sementara itu, untuk menanggapi tuduhan bahwa kamp pelatihan vokasi sangat berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19, jubir mengatakannya sebagai tuduhan yang sangat tidak berdasar.

Menurut data pemerintah setempat, di Xinjiang terdapat 76 kasus positif COVID-19. Namun dalam 100 hari berturut-turut tidak ada kasus penambahan baru.

"Melalui kerja keras bersama yang dilakukan oleh semua kelompok etnis di Xinjiang, situasi pandemi di daerah ini tertanggulangi secara efektif," ujarnya menambahkan.

Pemerintah daerah setempat membangun kamp vokasi sesuai undang-undang yang berlaku untuk mendidik warga setempat untuk belajar bahasa Mandarin sebagai bahasa nasional Tiongkok, konstitusi, dan berlatih keterampilan serta program deradikalisasi.

Menurut pemerintah daerah setempat, semua peserta didik di kamp vokasi tersebut telah lulus pada Desember 2019. Etnis Uighur merupakan etnis terbesar di Xinjiang yang mayoritas beragama Islam. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler