jpnn.com, XINJIANG - Mutanlip Khasem, anggota Majelis Permusyawaratan Politik Tiongkok (lembaga legislatif setingkat MPR), mencatat tidak ada insiden terorisme di Daerah Otonomi Xinjiang dalam kurun 3,5 tahun terakhir. Kasus kejahatan umum di wilayah itu juga menurun signifikan.
Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok (NPC) Xinjiang itu mengaku masih ingat serangan terorisme yang terjadi di dekat rumahnya.
BACA JUGA: Dituduh Anti-Islam Lagi, Tiongkok Bandingkan Jumlah Masjid di Amerika dengan Xinjiang
"Saya masih belum bisa melupakan peristiwa mengerikan yang saya lihat pada bulan Mei 2014. Para perusuh meledakkan bom di pasar pagi yang menyebabkan 39 orang tewas dan 94 lainnya terluka. Setelah peristiwa itu, semua orang takut keluar," katanya di sela-sela Sidang Komite Nasional CPPCC di Beijing, Selasa (26/5).
"Setelah Kongres Nasional Ke-18 Partai Komunis Tiongkok (pada tahun 2012), wilayah kami menekan kelompok separatisme, ekstremisme, dan terorisme, serta secara efektif mencegah penyebaran terorisme di Xinjiang," kata Mutanlip dikutip media lokal.
BACA JUGA: Konon Dunia Bakal Makin Ketergantungan kepada Tiongkok Pascapandemi Corona
Ia mengecam sikap DPR Amerika Serikat yang meloloskan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Hak Etnis Uighur yang mendiami wilayah Xinjiang.
Mutanlip menganggap langkah tersebut bertujuan untuk menanam bibit pertikaian antarkelompok etnis di Tiongkok.
BACA JUGA: Taiwan Borong Senjata Amerika, Tiongkok Siap Kerahkan Tentara Pembebasan Rakyat
"Mereka yang anti-Tiongkok itu sengaja menjelek-jelekkan Tiongkok dan mendiskreditkan upaya Xinjiang dalam menghadapi terorisme dan deradikalisasi dengan teori-teori palsu, bias, dan mengabaikan fakta," kata politikus beretnis Uighur itu.
"Tidak ada yang bisa menghentikan rakyat Xinjiang yang sedang menatap masa depan menuju persatuan dan kemakmuran," kata Mutanlip menambahkan. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil