BUKITTINGGI - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman menegaskan perlunya pendidikan kedokteran di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Menurutnya, pendidikan kedokteran di Bukittinggi sudah sangat mendesak mengingat rasio ketersediaan dokter dengan jumlah penduduk semakin tidak berimbang.
Irman mencontohkan rasio dokter dengan warga yang dilayani di Malaysia. Di negeri jiran itu, satu dokter melayani 700 warga. "Sementara di Indonesia satu dokter menangani sekitar 2.500 orang," kata Irman Gusman saat membuka Semiloka Pendirian Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) di Bukittinggi, Sabtu (14/4).
Jika upaya pendirian program pendidikan dokter tidak dimulai dari saat ini, lanjut Senator Sumatera Barat ini, maka ketertinggalan Indonesia dalam hal rasio perbandingan dokter dengan masyarakat bakal semakin jauh. Padahal, sejarah mencatat Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi penghasil sumberdaya manusia (SDM) di negeri ini.
"Banyak para tokoh penting berasal dari Sumatera Barat. Demikian juga halnya di sektor kedokteran, banyak para spesialis bidang kedokteran berasal dari Sumatera Barat. Bahkan Presiden Perhimpunan Dokter Ahli Jantung Dunia juga berasal dari Sumbar. Ini semuanya adalah aset yang hingga kini belum kita sinergikan untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan dokter," ungkapnya.
Menurutnya, di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta saja mayoritas dokter spesialis jantung berasal dari Sumbar. Tapi anehnya, pasien kelainan jantung di RS Harapan Kita sebagian besar juga berasal dari Sumbar.
Namun yang lebih disayangkan, banyak penderita penyakit jantung yang memilih berobat ke luar negeri seperti ke Singapore. "Sekitar 50 persen dari keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Singapore terdeteksi sebagai pasien yang membutuhkan layanan medis," imbuhnya.
Karenanya, ia mendorong agar ada program pendidikan kedokteran di Bukittinggi. "Bukittinggi sebagai kota yang sejuk dan juga memiliki Rumah Sakit Khusus Stroke bertaraf nasional, saya kira sudah saatnya diperkuat dengan pendidikan dokter disamping memenuhi kebutuhan tenaga dokter di Indonesia," ujar Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI itu.
Dalam kesempatan itu Irman juga mengkritisi minimnya dana di APBN untuk membenahi sektor kesehatan masyarakat. Hal ini, katanya, berdampak negatif terhadap indeks pembangunan manusia Indonesia.
"APBN-P 2012 kita lebih dari 1.300 triliun rupiah. Secara makro itu bagus tapi tidak mencerminkan kebaikan dari sisi mikro karena APBN-P itu memberikan porsi yang terlalu besar untuk belanja birokrasi hingga terjadi ketimpangan," tegas Irman Gusman. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi Kecam Aksi Koboy Polisi di Bima
Redaktur : Tim Redaksi