Berharap MPLS Tanpa Bentakan, tak Ada Kecemasan

Senin, 15 Juli 2019 – 07:57 WIB
Siswa SMA di Papua. Foto: DPR for JPNN.com

jpnn.com - Mulai hari ini (15/7), Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah alias MPLS kembali menyapa para calon peserta didik baru yang telah dinyatakan diterima pada sekolah masing-masing pada tahun pelajaran 2019–2020 ini.

Oleh: Masbahur Roziqi

BACA JUGA: Please, Siswa Baru Jangan Diplonco Lagi

Setiap MPLS yang selalu dicari adalah MPLS anti-perundungan. MPLS yang berlangsung secara humanis. Kegiatan berisi banyak hal positif dan membangkitkan minat peserta didik baru untuk aktif. Baik aktif menyampaikan pendapat, menyalurkan aksi bakatnya, maupun berkolaborasi bersama teman-teman baru serta kakak kelasnya. Keseruan berkolaborasi dan aktif ini yang sejatinya harus hadir pada tiap MPLS.

Sekolah memang sudah selayaknya menjadi tempat humanis dan menyenangkan bagi para peserta didik. Termasuk pada peserta didik baru. Sejak awal mereka masuk, sekolah harus membangun iklim bahwa peserta didik aman dan nyaman berada di sekolah. Bentakan, ancaman, intimidasi, kekerasan fisik, psikis sudah tidak seharusnya mendapat tempat di sekolah. Jangan berikan toleransi pada adanya segala bentuk kekerasan di dalam sekolah.

Jamak diketahui bahwa selama ini MPLS yang sebelumnya bernama MOS, menjadi ajang balas dendam kakak kelas (senior) kepada peserta didik baru (junior). Senior yang sebelumnya menjadi junior mengalami perundungan/perpeloncoan sehingga ”wajib” menurunkannya pada adik kelas berikutnya. Ketika itu terus dilakukan, maka rantai kebencian dan perundungan pasti tidak akan terputus. Di sinilah perlunya sekolah hadir memastikan rantai perundungan antargenerasi tidak lagi bersambung.

Tendangan, pukulan, bentakan, (mudah-mudahan tidak ada) tidak akan memberikan efek positif bagi perkembangan peserta didik baru. Justru mereka akan berada dalam iklim penuh kecemasan. Kecemasan yang berpotensi membuat peserta didik baru tidak terbuka. Baik tidak terbuka terkait masalah pribadi, sosial, belajar maupun karir.

BACA JUGA: Kritik Pedas Pak Gubernur terhadap PPDB Sistem Zonasi

Padahal keterbukaan merupakan bagian penting memahami karakteristik tiap peserta didik. Sehingga sekolah mengetahui gaya belajar, cara bersosialisasi, hingga berkomunikasi peserta didik. Dengan mengalami kekerasan, mereka akan menekan agar keterbukaan itu tidak muncul. Ujungnya, sekolah kesulitan memahami peserta didik.

Program MPLS Anti-Perundungan sudah seharusnya mendesak terus konsisten dilakukan pihak sekolah. Baik SD, SMP, maupun SMA/SMK. Bisa sekolah awali dengan membuat papan penyambutan/papan kegiatan MPLS dengan tema yang memberi rasa aman.

Dengan kata-kata meneduhkan, menggembirakan, besar harapan peserta didik baru merasa akan dibawa pada suasana menyenangkan selama MPLS oleh sekolah. Mengenali sekolah baru dengan penuh rasa nyaman dan penuh gelak tawa.

Kedua, memastikan bapak ibu guru pendamping selalu hadir pada setiap kegiatan MPLS. Nantinya setiap hari, para gurulah yang akan banyak mendampingi para peserta didik di sekolah. Sehingga kehadiran guru pada setiap sesi kegiatan akan menghadirkan kesan bahwa murid terlindungi. Dengan catatan, bapak ibu guru tidak menjadi bagian dari pelaku perundungan. Ini yang harus menjadi catatan besar.

Ketiga, sekolah selalu memastikan koordinasi dengan berbagai pihak pendamping (kakak kelas panitia OSIS) dan pemateri bahwa kegiatan berjalan humanis (nonkekerasan), aktif, dan menyenangkan. Ini penting agar semua kegiatan berjalan sesuai prinsip menjunjung tinggi hak asasi manusia para peserta didik baru.

Dengan adanya koordinasi yang kuat, menjadi bukti bahwa sekolah serius dalam menjalankan misi pendidikan yang humanis dan egaliter (setara) untuk semua peserta didik.

BACA JUGA: Gegara PPDB Sistem Zonasi, 100 Anak Tidak Bisa Lanjut ke Sekolah Negeri

Terakhir, sekolah selalu menyediakan diri menerima berbagai pengaduan terkait MPLS dan memastikan melakukan tindak lanjut atas berbagai aduan tersebut. Ini sebagai bentuk check and balances bagi pelaksanaan MPLS pada tataran sekolah. Tentunya penyelesaiannya perlu dilakukan dengan musyawarah mufakat. Menjadikan mekanisme pengambilan keputusan khas bangsa Indonesia ini sebagai wujud implementasi kepedulian sekolah.

Akhirnya, semoga MPLS tahun pelajaran 2019/2020 berjalan lancar dan humanis. Selamat datang peserta didik baru, bersama wujudkan taman pendidikan humanis, aktif, dan menyenangkan. (RM)

 


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler