jpnn.com, JAKARTA - Pembangunan proyek pipa minyak menuju wilayah kerja Rokan menjadi momentum bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk meningkatkan efisiensi di proyek-proyek infrastruktur lainnya.
Direktur Utama PGN Suko Hartono mengungkapan, biaya pembangunan proyek pipa minyak ke blok Rokan berhasil dipangkas dari semula USD450 juta menjadi USD300 juta.
BACA JUGA: Jika PGN Dipaksa Rugi, Infrastruktur Tidak Terbangun
Efisiensi biaya ini diperoleh dari optimasi dari tahapan penetapan Final Investment Decision (FID) dan proses procurement.
"Hal ini merupakan upaya bersama dewan pengawas dan manajemen PGN dalam mengawal proyek pipanisasi minyak Rokan Hulu dapat berjalan efektif dan efisien di tengah tantangan ekonomi global dan pandemi," ujar Suko.
BACA JUGA: Bagaimana Kondisi Zumi Zola? Sherrin Tharia Bilang Begini
Pada Rabu (9/9) pekan lalu, PT Pertagas, anak usaha PGN, telah memulai pembangunan pipa minyak sepanjang kurang lebih 360 kilometer dengan diameter 4-24 inch. Proyek yang ditargetkan rampung pada 2021 melalui lima Kabupaten di Riau yaitu Kabupaten Dumai, Bengkalis, Siak, Kampar dan Rokan Hilir.
Pengelolaan Pertamina di Blok Rokan tersebut juga menandai berakhirnya pengelolaan Chevron di Rokan selama lebih dari setengah abad.
BACA JUGA: 3 Direksi BTN Dinyatakan Lulus Fit and Proper Test Oleh OJK
Dalam proyek ini PGN juga bersinergi dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dalam pengadaan material Pipa Minyak Blok Rokan.
Hal ini merupakan manfaat nyata efisiensi penggunaan gas bumi bagi pemanfaatan produk TKDN yang bisa menghemat biaya pengadaan material sebesar 16 persen.
Upaya efisiensi dan kolaboratif lainnya dilakukan dengan menggandeng SDM lokal agar bisa menggerakkan potensi daerah dan menciptakan multiplier effect ekonomi bagi wilayah dan masyarakat sekitar.
"Transfer knowledge merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan SDM dan tentunya penguasaan aspek pemahaman teknologi maupun komersial dalam pembangunan proyek bagi anak bangsa, sehingga pelaksanaan proyek bisa berjalan intensif namun tetap efektif,” jelas Suko.
Analis Finvesol Consulting Indonesia Fendi Susiyanto mengatakan sebagai pionir pembangunan infrastruktur pipa, PGN bisa mengoptimalkan meningkatnya kebutuhan energi di masa depan dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang lebih efisien.
Apalagi sebagai bagian dari PT Pertamina, PGN memiliki potensi pasar yang riil dan besar.
"Sinergi dengan Pertamina seperti yang dilakukan dengan membangun pipa ke Rokan bukti adanya peluang itu. Jika efisiensi bisa dilakukan di proyek-proyek lain tentunya akan memberikan value besar bagi bisnis PGN di masa depan" jelas Fendi.
Keberhasilan PGN memangkas biaya proyek pipa Rokan hingga senilai USD150 juta atau sekitar Rp2,1 triliun dinilai sebagai bukti bahwa ruang efisiensi di proyek infrastruktur migas masih terbuka lebar.
"Kemampuan PGN untuk memangkas biaya pembangunan infrastruktur pipa ke blok Rokan adalah prestasi luar biasa dan bisa memperkuat bisnis perseroan. Selama ini kita belum pernah mendengar pembangunan infrastruktur pipa bisa dihemat hingga sebesar itu," serunya.
Saat ini PGN juga dalam proses pembangunan sejumlah proyek gasifikasi kilang Pertamina yang saat ini menggunakan BBM maupun LPG.
Proyek tersebut meliputi lima lokasi kilang, yaitu program RDMP Balongan, RDMP Balikpapan, RDMP Cilacap, Kilang TPPI dan GRR Tuban.
Diharapkan pembangunan proyek-proyek tersebut bisa dilakukan lebih efisien guna memperkuat fundamental bisnis PGN dalam jangka panjang.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy