Beri Kuliah Umum, Hasto Dorong Mahasiswa Aceh Kembangkan Sabang dan Kuliner Lokal

Jumat, 23 September 2022 – 17:38 WIB
Doktor Ilmu Pertahanan Hasto dalam Silaturahmi Nasional dan Kuliah Umum bertema “Api Islam, Nasionalisme dan Pancasila dalam Pemikiran Bung Karno” yang digelar di Aula Kampus UIN Ar Raniry Banda Aceh, Jumat (23/9). Foto: Tim Dokumentasi Hasto

jpnn.com, ACEH - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto mendorong mahasiswa UIN Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh menjadi motor kemajuan bagi Indonesia.

Menurut Hasto, peran UIN Ar Raniry penting untuk melahirkan calon pemimpin bangsa yang mampu membawa Indonesia disegani di antara bangsa-bangsa di dunia.

BACA JUGA: Hasto Kristiyanto: Tidak Ada yang Namanya Dewan Kolonel

“Di UIN ini saya percaya bahwa mahasiswa adalah masa depan. Di UIN, mahasiswa akan digembleng, bagaimana agama dan intelektualitas bersenyawa,” kata Hasto dalam Silaturahmi Nasional dan Kuliah Umum bertema “Api Islam, Nasionalisme dan Pancasila dalam Pemikiran Bung Karno” yang digelar di Aula Kampus UIN Ar Raniry Banda Aceh, Jumat (23/9).

Selain itu, kampus juga harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasto memberi contoh bagaimana kuliner Aceh luar biasa. Dengan sentuhan teknologi dan hasil riset dari kampus-kampus di Aceh, kuliner di Serambi Mekkah itu seharusnya bisa bersaing di level nasional maupun dunia.

BACA JUGA: Muncul Isu Dewan Kolonel, Hasto Langsung Berkoordinasi dengan Utut dan Pacul

Selain itu, kampus di Aceh harus memikirkan juga pengembangan daerah dengan karakter geopolitiknya, khususnya terkait wilayah maritimnya. Hasto memberi contoh mengenai potensi Sabang. Jika Terusan Kra di Thailand jadi dibuka, maka Sabang akan menjadi primadona.

“Ada pihak yang berusaha melakukan lobi politik agar terusan itu tak dibangun. Padahal kalau dibangun, akan terbuka pengembangan di wilayah Sabang. Di Sabanglah titik nol Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” kata Hasto.

BACA JUGA: Puan Sebut Capres PDIP Adalah Sosok Yang Sudah Berdarah Buat Partai 

Hasto juga mengatakan sejarah tentang bagaimana api keislaman Proklamator RI Ir. Soekarno berusaha dihilangkan.

Menurut Hasto, Bung Karno sangat mengagumi Aceh karena semangat patriotismenya dan tak mudah menyerah. Namun, kedekatan itu berusaha diputus melalui isu-isu terkait agama.

“Pada 1965, Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Kenapa tak ada di dokumen sejarah kita?” kata Hasto.

Sekjen DPP DPIP itu menerangkan hal tersebut membuatnya melakukan penelitian soal geopolitik Soekarno lewat disertasinya di Universitas Pertahanan RI. Dengan itu, Hasto ingin menunjukkan soal dasar Indonesia merdeka dan bagaimana seharusnya warga bangsa bergerak ke luar (outward looking).

“Bahwa kompetitor kita adalah bangsa luar yang melakukan kolonialisme dan imperialisme, bukan melawan anak bangsa sendiri,” imbuhnya.

Hasto menjelaskan bagaimana Bung Karno berguru tentang Islam pada sejumlah tokoh bangsa seperti Tuan Hasan dari Persis dan HOS Cokroaminoto. Soekarno adalah seorang santri. Namun, Orde Baru mengaitkannya dengan 1965 dan komunisme.

“Itu tak benar. Sejarah menunjukkan bagaimana Soekarno menolak menemui pemimpin Soviet Kruschev jika tak bisa menemukan makam Imam Al Buchori. Jadi kalau ada yang isukan Bung Karno tak dekat dengan orang Islam, itu salah besar,” tegasnya.

Pria kelahiran Yogyakarta itu menjelaskan Bung Karno membuktikan Pancasila adalah ideologi politik dunia, lewat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Konferensi ini mengawali gerakan yang memerdekakan negara-negara seperti Aljazair, Maroko, dan Pakistan.

“Belajar sejarah ini kita belajar api semangat para pendiri bangsa, sehingga kita di masa kini bisa berdiri kokoh mencari penyelesaian atas masalah yang kita hadapi di masa kini dan merangkai masa depan,” kata Hasto.

Tak lupa Hasto mendorong Menteri BUMN Erick Thohir untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Di sini ada misalnya PT Pupuk Iskandar Muda. Kami berharap Menteri BUMN Pak Erick Thohir untuk mendorong BUMN bekerja sama dengan perguruan tinggi sehingga menjadi pusat pengembangan iptek dan pusat penggemblengan mahasiswa jadi calon pemimpin bangsa,” kata Hasto.

Rektor UIN Ar Raniry Prof. Mujiburrahman menjelaskan pihaknya memiliki visi menjadi kampus energik kebangsaan yang bersinergi membangun negeri. Kampus tersebut merupakan perguruan tinggi Islam negeri ketiga di Indonesia.

Dia melanjutkan kedatangan Hasto merupakan pertanda baik bagi pihaknya, khususnya menyangkut perhatian pusat terhadap pengembangan pembangunan infrastruktur kampus UIN.

“Ketika hilal sudah muncul yakinlah purnama akan datang. Kehadiran beliau ke kampus akan memberi arah baru pengembangan infrastruktur termasuk pengembangan kampus II UIn Ar Raniry akan terwujud. Kami ucapkan terima kasih atas kehadirannya,” kata Mujiburrahman.

Hadir di acara itu ratusan mahasiswa dan civitas academica UIN sebagai peserta acara. Hasto hadir bersama Anggota DPR Fraksi PDIP yang juga Ketua Umum Pagar Nusa Gus Nabil Haroen, Fungsionaris PDIP Pulung Agustanto, dan Kepala Sekretariat PDIP Yoseph Aryo Adhie Dharmo.

Jajaran PDIP Aceh dipimpin oleh Ketua DPD PDIP Aceh Muslahuddin Daud. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 54 Kampus di China Buka Pintu untuk Mahasiswa Indonesia


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler