Berimplikasi ke Dunia Usaha, Ekonom INDEF: Urusan Resuffle Jangan Dibuat Mengambang

Sabtu, 04 Juli 2020 – 17:20 WIB
Presiden Jokowi. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Ekomon dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudistira menunggu keseriusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan reshuffle. Sebab, narasi reshuffle tidak bisa dibuat mengambang seperti yang Jokowi lakukan saat ini.

"Saya mau melihat keseriusan Pak Jokowi. Kalau mau resuffle, ya, resuffle aja. Jangan kemudian buat mengambang seperti ini," kata Bhima dalam diskusi daring berjudul "Menanti Perombakan Kabinet", Minggu (4/7).

BACA JUGA: Mardani Nilai Marahnya Jokowi Bisa Menjadi Momen Perampingan Kabinet

Menurut dia, iklim usaha terdampak saat narasi resuffle dibuat mengambang. Investor bakal hitung ulang untuk menanamkan modal ke Indonesia.

"Jadi ini ada implikasi panjang. Bukan dari sisi politik, ya," ucap dia.

BACA JUGA: Mardani: Kalau Sepekan Tidak Ada Kabar, Berarti Jokowi Omdo

Investor, kata dia, akan menunggu resuffle sebelum menanamkan modal. Hal ini, berkaitan dengan berubahnya aturan main di dunia usaha ketika menteri berganti.

"Mereka (investor) akan wait and see. Mereka akan menunggu, karena apa? Ini, kan, terkait ganti menteri, ganti kebijakan. Kalau belum ada kejelasan seperti ini, masih gertak sambal begini, ini nanti ganggu realisasi investasi juga," beber Bhima.

BACA JUGA: Update Corona 4 Juli: Pertambahan Kasus Meningkat, Jawa Timur Tertinggi

Lebih lanjut, kata dia, Presiden Jokowi harus memikirkan sisi profesional di dalam kabietnya mendatang jika melakukan reshuffle.

Saat ini, kata dia, menteri sosok profesional sangat diperlukan Indonesia untuk keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19).

"Jadi, mungkin Pak Jokowi harus berani bilang ke partai koalisi, kalau anda tidak bisa menghadirkan sosok profesional, terutama tim ekonomi yang kemudian bisa serius mengatasi krisis seperti sekarang yang cenderung menuju depresi, ya, mohon maaf. Saya akan mencari sosok yang profesional. Apakah dia birokrat, dia profesional, dalam artian dari dunia usaha, yang bisa melakukan eksekusi segera," ungkap dia.

Menurut Bhima, sentimen dunia usaha akan negatif ketika Jokowi salah memilih menteri. Terlebih, menteri yang dicomot dalam resuffle lebih mengakomodir kepentingan partai semata.

"Nah, kalau resuffle tidak bisa mendapatkan sosok baik, dalam artian orang dari partai politik semakin besar, ini menjadi sentimen negatif juga bagi perekonomian. Kalau resuffle, ayo cepetan, tetapi nanti setelah resuffle itu yang lebih penting juga, karena itu ditunggu," pungkas dia. (mg10/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler