Berita Duka: Drs H Suwandi Meninggal Dunia

Rabu, 18 Agustus 2021 – 23:15 WIB
Sejarawan sekaligus budayawan Sumatera Selatan, Drs H Suwandi Sam bin Ilyas meninggal dunia. Foto : Khalid Sumeks.co

jpnn.com, LUBUKLINGGAU - Kabar duka datang dari Sumatera Selatan. Sejarawan sekaligus budayawan Sumsel, Drs H Suwandi Sam bin Ilyas, telah meninggal dunia, Selasa (17/8) sekitar pukul 19.23 WIB.

Suwandi meninggal di RS Ar Bunda Lubuklinggau pada usia 77 tahun. Dia lahir setahun sebelum Indonesia merdeka yakni 1944, di Bengkulu.

BACA JUGA: Uang Mahar Dibawa Kabur Calon Pengantin Wanita, MZ Gagal Menikah

Semasa hidup almarhum dikenal pekerja keras, aktif sebagai dosen di STKIP dan di STAI Bumi Silampari.

Dia juga aktif sebagai pengurus lembaga adat, dewan kesebian, dewan pendikan Kota Lubuklinggau, dan pengelola Museum Perjungan Subkoss Garuda Sriwijaya.

BACA JUGA: Tim Resmob Bergerak, 3 Pengancam Polisi Disergap, Letusan Tembakan Terdengar 2 Kali

Menantu almarhum, H Kustoni, menjelaskan mertuanya Senin 2 Agustus 2021 pagi, mengambil gaji pensiun di BRI Cabang Lubuklinggau. “Dia pergi jalan kaki, maksudnya sambil olahraga,” jelasnya saat ditemui di sela-sela prosesi pemakaman, Rabu (18/8).

Lokasi rumahnya di Jl Puskesmas Taba RT 2 Kelurahan Cereme Taba, Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau. Jarak rumah ke BRI Lubuklinggau lumayan jauh. Pulang dari bank Suwandi mulai demam.

BACA JUGA: Suami Temukan Istri dan Anaknya Tewas Bersimbah Darah di Bagasi Mobil, Ngeri

Sejak demam, almarhum dirawat di rumah dan mengalami gejala sesak napas. Sehingga disiapkan empat tabung oksigen ukuran besar.

“Pada Kamis (12/8) kondisi almarhum makin menurun. Bahkan diperiksa oleh cucu menantunya yang dokter, saturasi oksigen 55 persen,” tutur Kustoni.

Lantaran saturasinya (kadar ogsigen,red) tidak naik-naik, sempat dibawa ke RS dr Sobirin. Karena butuh ruang ICU, maka Senin (16/8) dibawa ke RS AR Bunda Lubuklinggau.

“Kemudian masuk ICU dan pakai ventilator, hingga meninggal dunia di sana,” jelasnya.

Kustoni juga belum memastikan apakah mertuanya terpapar Covid-19 atau tidak. Karena pihaknya belum menerima hasil Swab PCR. Namun saat swab antigen memang reaktif.

“Bapak ini meninggalkan seorang istri, yakni Hj Samiknah, 71, delapan orang anak, 21 cucu dan tiga orang cicit,” tambahnya.

Diakuinnya, di mata keluarga almarhum adalah panutan. Seorang pekerja keras. Dia juga penulis buku, banyak judul buku yang sudah diterbitkan.

“Ada salah satu cita-citanya adalah menjadikan penulisan huruf kagana aksara menjadi pelajaran muatan lokal di Sumsel, ataupun di Bumi Silampari,” katanya.

Ketua STIKP Lubuklinggau, Rudi Erwandi mengaku keluarga besar STKIP sangat kehilangan. Sebab almarhum adalah pekerja keras, tokoh Bumi Silampari, yang juga salah satu pendiri STKIP Lubuklinggau.

“Banyak ilmu sejarah yang dia ajarkan. Bahkan banyak orang dari mana-mana datang bertemu dengan beliau. Menanyakan sejarah, budaya dan pendidikan,” kata Rudi, di rumah duka.

Menurutnya, sosok Suwandi adalah orang kreatif, masih aktif di dewan kesenian dan pendidikan. “Terakhir beliau telah menyelesaikan sebuah buku, tentang STKIP Lubuklinggau. Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima,” katanya.

Meninggalnya Suwandi, juga menjadi duka mendalam bagi keluarga besar Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari. Hal itu diungkakan Ketua STAI Bumi Silampari, Ngimadudin.

“Beliau sangat luar biasa, kami sangat kehilangan,” kata Ngimadudin.

BACA JUGA: Mbak Farida Setiap Hari Buka Warung Sayur, Ternyata Cuma Kedok Belaka

Suwandi sangat aktif jadi dosen di STAI Bumi Silampari dengan mengajar mata kuliah Budaya Daerah dan Kearifan Lokal. “Kami belum tahun siapa yang bisa menggantikan beliau,” ungkapnya.(cj17/sumeks.co)


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler