jpnn.com, SURABAYA - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Desa Ploso, Kabupaten Kediri, Jatim, KH Fuad Mun'im Djazuli, meninggal dunia pada Sabtu (17/10) dini hari pukul 03.00 WIB di RS Darmo Surabaya.
KH Fuad Mun’im Djazuli merupakan adik kandung dari almarhum KH Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek.
BACA JUGA: Jogoboyo: Hati Arek-arek Suroboyo Menangis Melihat Aksi Bu Risma
KH Fuad dikenal sebagai pengampu sejumlah kitab rujukan di Pesantren Ploso.
"Beliau sudah sepuh dan mempunyai riwayat sakit, termasuk jantung," kata Agus H Kanzul Fickri, salah seorang keluarga di PP Al Falah, Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Sabtu.
BACA JUGA: Berita Duka: Lisda Meninggal Dunia, Kami Ikut Berbelasungkawa
Ia mengatakan keluarga saat ini sedang mengurus untuk kepulangan almarhum setelah sebelumnya dirawat di RS Darmo, Surabaya.
Sabtu pagi, rombongan yang menjemput almarhum sudah dalam perjalanan ke Kediri.
BACA JUGA: Penjelasan KemenPAN-RB soal Masa Kontrak PPPK, Jangan Kaget ya
"Ini sedang dalam perjalanan. Namun sampai jam berapa saya kurang tahu," ujar Gus Fcikri, sapaan akrabnya.
Untuk rencana pemakaman, Gus Fcikri mengatakan keluarga sudah menyiapkannya. Rencananya akan dimakamkan di sebelah masjid lokasi pondok.
Keluarga dari Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah berharap agar seluruh alumni, simpatisan, muhibbin untuk tidak takziah ke Pondok Al Falah, Ploso, Kabupaten Kediri.
"Kami berterima kasih kepada semua alumni, simpatisan dan muhibbin untuk tidak takziah ke Ploso dan mendoakan almaghfurllah Romo Yai Fuad Mun'im Djazuli dari kediaman masing-masing," ujar Gus Fickri.
Sementara itu, M Irfan Ilmie, salah seorang alumni santri PP Al Falah, Desa Ploso, Kabupaten Kediri mengaku sedih dengan wafatnya KH Fuad Mun'im Djazuli.
Lebih lanjut, ia mengatakan KH Fuad Mun'im Djazuli merupakan guru sekaligus panutan yang tidak pernah lelah mentasarruf ilmu-ilmunya untuk para santrinya hingga akhir hayatnya.
Ia juga sempat bertemu almarhum pada 19 Agustus 2018 saat mengaji Kitab Al Hikam di PP Al Falah di sela cuti dari pekerjaannya. Irfan Ilmie juga cukup dekat dengan almarhum.
"Saya tahu beliau begitu masyghul mendapati profesi yang saya geluti sekarang, sampai-sampai beberapa kali beliau mendekatkan telinga ke mulut saya. Memang saya tidak seperti kebanyakan mutakhorijin lainnya. Beliau langsung berdoa karena bagi beliau di mana saja santri boleh berkhidmah asalkan demi kemaslahatan dan tidak harus di pondok pesantren atau madrasah," katanya mengenang pertemuan dengan almarhum.
Irfan juga bersaksi bahwa almarhum adalah guru yang sangat baik.
Namun, karena masa pandemi COVID-19, membuatnya tidak bisa langsung mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.
"Saya sangat sedih mendengar berita kepergian beliau. Uzur yang sangat syar’i memaksa saya tidak bisa mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhir. Teriring doa dari santri yang sangat 'mbalelo' ini," kata Irfan. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo