Berita Duka, Sopir WHO Tewas Ditembak Saat Emban Tugas Terkait Wabah Virus Corona

Selasa, 21 April 2020 – 21:08 WIB
WHO kembali membela Tiongkok dari tuduhan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Reuters

jpnn.com, RAKHINE - Sebuah kendaraan milik WHO yang tengah mengangkut hasil swab (sampel lendir) untuk tes corona ditembaki di negara bagian Rakhine, Myanmar, Senin (20/4). Sopir mobil tersebut, warga lokal bernama Pyae Sone Win Maung, tewas dalam insiden itu.

"Pekerja WHO itu mengendarai kendaraan PBB dari Sittwe ke Yangon, mengangkut sampel pemeriksaan COVID-19 untuk mendukung Kementerian Kesehatan dan Olahraga setempat," tulis kantor PBB di Myanmar dalam unggahan di akun Facebook.

BACA JUGA: Donald Trump Curiga Virus Corona Lahir di Lab Wuhan, WHO Langsung Pasang Badan

Baik militer Myanmar dan Tentara Arakan menyangkal bertanggung jawab atas serangan itu dan saling menuduh.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian informasi Myanmar mengatakan mobil bertanda PBB itu mendapat tembakan dari gerilyawan saat membawa alat swab dari Rakhine ke Yangon. Tentara Arakan menyalahkan militer.

BACA JUGA: Selama Pandemi Corona, Polisi Ungkap 96 Kasus Hoaks

Pasukan pemerintah dan pemberontak dari Tentara Arakan telah terlibat dalam pertempuran sengit selama lebih dari setahun, tetapi bentrokan telah meningkat belakangan ini.

"Untuk apa militer menembak mereka?" jawab Mayor Jenderal Tun Tun Nyi, seorang juru bicara militer, ketika Reuters bertanya tentang insiden itu melalui telepon.

BACA JUGA: Pandemi Corona, Wanita di Serang Kelaparan 2 Hari, Hanya Minum Air, Akhirnya Meninggal

"Mereka bekerja untuk kami, untuk negara kami. Kami memiliki tanggung jawab untuk itu ... Setiap orang yang memiliki otak tahu itu. Jika kamu adalah warga negara Myanmar, kamu seharusnya tidak menanyakan itu," kata dia.

Petugas kesehatan lain yang terluka dalam serangan itu sedang dirawat di rumah sakit.

Ayah pengemudi, Htay Win Maung, mengatakan putranya yang berusia 28, telah bekerja untuk WHO di Sittwe selama tiga tahun. "Hati saya hancur untuknya," katanya kepada Reuters melalui telepon.

"Saya mencoba menenangkan diri dengan berpikir bahwa dia meninggal dunia saat menjalankan tugasnya di garis depan. Dia pergi ke sana di tengah pertempuran ketika banyak orang tidak berani pergi."

Inggris dan Amerika Serikat termasuk negara-negara yang menyerukan diakhirinya pertempuran di Rakhine, paling tidak untuk membantu melindungi masyarakat yang rentan terhadap pandemi.

Tentara Arakan telah mengumumkan gencatan senjata selama April, bersama dengan dua kelompok etnis bersenjata lain, dikarenakan pandemi itu.

Namun, militer Myanmar menolak permohonan itu. Juru bicara militer mengatakan gencatan senjata sebelumnya yang dinyatakan oleh pemerintah tidak diindahkan oleh pemberontak. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler