jpnn.com, JAKARTA - Ketum Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Titi Purwaningsih mengatakan, rencana aksi unjuk rasa kali ini tidak main-main. Bukan sekadar gertak sambal.
Dia merasa, aksi unjuk rasa di tengah pandemi COVID-19 justru bisa menarik perhatian pemerintah.
BACA JUGA: Titi Honorer K2 Siap Pimpin Aksi Unjuk Rasa di Masa Pandemi COVID-19
"Kami tidak main-main lagi. Kalau hanya diam, sepertinya tidak ada pergerakan pemerintah untuk menyelesaikan masalah honorer K2," kata Titi kepada JPNN.com, Rabu (17/6).
Dia mencontohkan kesepakatan Panja Aparatur Sipil Negara (ASN) Komisi II DPR RI dengan pemerintah untuk pendataan kembali seluruh honorer terutama honorer K2 baik di pusat dan daerah, ternyata tidak jalan.
BACA JUGA: Adik-adik Harus Tahu, Gaji Honorer Lebih Kecil dari Nilai Ulangan Nobita
Hingga saat ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) belum mengeluarkan surat edaran kepada daerah untuk melakukan verifikasi validasi data honorer K2.
Padahal dalam kesepakatan tersebut pemerintah ditenggat sampai akhir Maret 2020.
BACA JUGA: Polisi Gerak Cepat dari Gresik, Sidoarjo, Madiun, Hasilnya Memuaskan
"Memang enggak niat menyelesaikan masalah honorer K2 kok. Daripada kami diam dan menunggu, lama-lama stres, ya sudah kami turun ke jalan lagi," ujarnya.
Titi menegaskan demo ini bukan untuk kepentingan PPPK (pegawal pemerintah dengan perjanjian kerja) hasil seleksi Februari 2019, tetapi untuk seluruh honorer K2.
Walaupun berstatus lulus PPPK, Titi menyatakan dia bersama 51 ribuan lainnya saat ini masih bekerja honorer K2. Belum resmi diangkat menjadi PPPK.
"Selama NIP dan SK belum di tangan, ya status 51 ribuan itu tetap honorer K2. Karena semuanya masih bekerja seperti biasa, digaji juga layaknya honorer," ucapnya.
Untuk kesuksesan aksi ini, Titi mengaku sudah menunjuk Koordinator Wilayah PHK2I Jawa Timur Eko Mardiono memimpin koordinasi seluruh honorer K2.
"Korwil PHK2I Jatim yang akan mematangkan rencana demo. Kalau semua oke, saya pastikan ini bukan demo main-main lagi," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad