Berkah Digitalisasi, Bisnis Dupa Merta Pudak Wangi Tembus 2 Digit

Sabtu, 18 November 2023 – 12:01 WIB
Owner Dupa Merta Pudak Wangi, Ni Made Rini Wahyuni, menunjukkan hasil produksi dupanya yang dipasarkan via media sosial. Foto: Source for JPNN.

jpnn.com, BALI - Keputusan Ni Made Rini Wahyuni melepas pekerjaan sebagai perawat di rumah bukan hal mudah.

Dia pilih banting setir menggeluti usaha dupa yang kini mendatangkan pundi-pundi penghasilan.

BACA JUGA: Merta Pudak Wangi, Jenama Dupa Bali Tembus Pasar Luar Negeri

Pilihan Bu Ade-panggilan kesehariannya-ibarat dua sisi mata uang.

Di satu sisi sejak 2009, dia sudah menjadi perawat di rumah sakit internasional di Kuta, Bali.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Berkemah di IKN Nusantara, Ritual Adat, Kaltim pakai Dupa, Kembang, Telur

Bahkan kariernya saat sedang menanjak setelah diangkat sebagai kepala perawat di ruang ICU.

Gaji yang diterima sudah tembus dua digit.

BACA JUGA: Perhelatan BRI Liga 1 Dorong Kebangkitan UMKM Bali

Di sisi lain, perempuan 38 tahun ini dikaruniai tambahan buah hati setelah lahir anak ketiga, 2017.

"Anak tidak ada yang momong setelah mertua sakit-sakitan," ujarnya.

Menghadapi dilema, Bu Ade memilih berhenti setelah sekitar tujuh tahun bekerja.

Keputusan itu mendapat dukungan suaminya.

"Saya percaya anak akan membuka pintu rejeki," imbuh perempuan 38 tahun ini.

Ketiga anak Bu Ade kini telah beranjak besar. Si bungsu telah masuk jenjang pendidikan dasar.

"Saya tidak mau terus-terusan menggantungkan kebutuhan keluarga dari penghasilan suami," ujarnya.

Enam tahun berjualan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dupa Merta Pudak Wangi telah meraup penghasilan di atas Rp 30 juta, terutama dari penjualan online.

Untuk penjualan secara offline di wilayah Bali, Bu Ade telah memiliki distributor, reseller hingga sub-reseller dengan total pendapatan mencapai Rp 20 juta per bulan.

"Reseller cukup kencang (penjualannya)," imbuhnya.

Khusus di wilayah Bali, dupa yang dijual tidak hanya dalam kemasan plastik dan kardus, tapi juga dalam bentuk parcel.

"Untuk parcel dupa, biasa dipesan perorangan dan perusahaan saat Hari Raya (Galungan dan Kuningan)," ujarnya.

Dia mengakui penghasilan jualan dupa secara online lumayan turun akibat ditutupnya TikTok Shop awal Oktober lalu.

Di awal November ini, pendapatan usahanya masih di angka satu digit.

Untuk mempertahankan penjualan online, Bu Ade kembali mengencangkan promosi dupa Merta Pudak Wangi di berbagai e-commerce.

"Misalnya, Tiktok kita pakai promosi. Untuk transaksinya lewat Shopee," ujarnya.

Promosi online dibarengi dengan memasang iklan di e-commerce.

"Pertengahan bulan ini, kita juga luncurkan website toko dupa online," imbuh Bu Ade.

Sedangkan untuk penjualan offline, Bu Ade membuat perjanjian baru dengan distributor, reseller dan sub-reseller. Cara itu efektif mencegah penipuan yang beberapa kali menimpanya.

"Reseller datang bawa barang kita. Pada waktu jatuh tempo sesuai perjanjan, dia tidak datang membayar totalnya sampai puluhan juta. Ada juga yang mengirim bukti transfer palsu," ungkap Bu Ade.

"Dalam perjanjian yang baru, saya terapkan sistem beli putus kepada distributor. Untuk reseller dan sub-reseller dengan uang muka," tuturnya. (jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku UMKM Balikpapan Ingin Indonesia Dipimpin Airlangga


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler