jpnn.com, JAKARTA - Deputi Direktur Riset ELSAM Wahyudi Djafar menilai pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tidak memiliki ruang yang besar untuk menyampaikan komitmennya tentang pemberantasan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Hal ini lantaran Prabowo pernah melakukan penculikan terhadap aktivis pada masa Orde Baru. Apalagi di deretan pendukung Prabowo ada Partai Berkarya yang mewarisi pemikiran-pemikiran Soeharto.
BACA JUGA: Prabowo Sebut TNI Krisis Amunisi, Mantan Panglima Tak Terima
"Soal Partai Berkarya kita tentu tidak semata-mata bicara tentang dugaan korupsi, tapi juga pelanggaran hak asasi manusia," kata Wahyudi dalam diskusi yang digelar Indonesia Political Review di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (16/1).
BACA: Kasus HAM Prabowo dan Korupsi PT DGI Jadi Amunisi Tim Jokowi
BACA JUGA: Ini Strategi Jokowi - Maruf Hadapi Debat Kandidat
Wahyudi menuturkan isu yang digunakan untuk menurunkan Soeharto dari posisinya sebagai presiden pada 1998 bukan hanya lewat isu korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dia menyebut, presiden kedua itu juga digulingkan lewat serentetan isu pelanggaran HAM berat yang terjadi selama berkuasa dari 1965 hingga 1998.
BACA JUGA: Provokasi di Pidato Prabowo Tak Mempan untuk Pemilih
"Itu yang menjadi perdebatan serius ketika mereka mengklaim 'enak zaman Soeharto'. Karena bagi para aktivis HAM tentu itu satu masa kelam di mana kebebasan itu diberangus, ditutup sedemikian rupa sehingga kontrol terhadap pemerintah tidak ada. Media dikontrol, informasi dibatasi dan seterusnya," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut Wahyudi, ada kejanggalan ketika Prabowo - Sandi menekankan misi HAM dan antikorupsi di visi-misi.
Sementara itu, Direktur IPR Ujang Komarudin mengatakan, keberadaan keluarga Cendana lewat Partai Berkarya di dalam Koalisi Adil Makmur merugikan Prabowo - Sandi. Sebab, publik hingga saat ini masih menilai Soaharto memliki rekam jejak yang buruk sebagai presiden.
"Masyarakat mengulik-ulik, mengusut-usut lagi pelanggaran hukum yang diperoleh Pak Soeharto maka ini yang merugikan Pak Prabowo," ujar Ujang.
Tak hanya itu, Ujang menilai Partai Berkarya yang dipimpian Tommy Soeharto masih kurang laku dalam kontestasi politik saat ini. Hal itu terlihat dari hasil sejumlah survei yang menyebut Partai Berkarya masih di bawah ambang batas parlemen.
"Jadi sesungguhnya rugi Prabowo ada Partai Berkarya di situ (koalisinya)," tandas Ujang. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istana Menjawab Kritik Prabowo dengan Data
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga