jpnn.com - PURBALINGGA - Ribuan warga desa yang berada di kaki Gunung Slamet sangat merasakan manfaat bantuan jaringan air bersih dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Berkat bantuan itu, sekitar 3.200 warga Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, tak lagi kesulitan mendapatkan air bersih, seperti dahulu.
BACA JUGA: Ratusan Driver Ojol Gelar Aksi âPutihkan Rambutâ, Bentuk Dukungan untuk Ganjar Pranowo
Ketersediaan air bersih juga menurunkan kasus stunting di Desa Kutabawa.
Menurut Kepala Desa Kutabawa Budiyono, pihaknya mendapatkan bantuan gubernur berupa pembangunan jaringan air bersih sepanjang 13 kilometer.
BACA JUGA: Heboh Jokowi Puji Ganjar Pas Rakernas III PDIP, Hasto: Semua Tepuk Tangan Meriah
Jaringan air bersih tersebut dipasang mulai dari Dusun Kalipagu, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, hingga ke Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
“Alhamdulilah, sebelum ada jaringan air bersih, angka stunting di Desa Kutabawa 200 orang dari 8.700 total penduduk. Jadi, alhamdulilah, sekarang tahun 2023 angka stunting di Desa Kutabawa cuma 20 orang,” kata Budiyono di Desa Kutabawa, Kamis (8/6).
BACA JUGA: Momen Gubernur Ganjar Menyapa Biksu Thudong di Musala
Budiyono bersama warganya sangat berterima kasih kepada Gubernur Ganjar.
Budiyono mengatakan sebelum ada bantuan jaringan air bersih, warga harus ke kampung tetangga.
Jaraknya sekitar tiga kilometer.
Terkadang, warga juga terpaksa membeli air bersih.
“Sebelum itu (ada bantuan), masyarakat kami mencari air, beli per jerikennya Rp 5ribu untuk 20 liter. Itu susah sekali. Itu tidak terjadi 10 tahun atau 20 tahun saja, tetapi sudah puluhan tahun,” katanya.
Dia mengakui persoalan air bersih di desanya baru dapat diselesaikan pada era Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Menurutnya, gubernur bergerak cepat setelah mendengar keluhan warga.
Oleh karena itu, saat ini warga di Desa Kutabawa, sudah bisa menikmati air bersih.
Meski demikian, masih ada wilayah di desanya yang belum bisa menikmati air bersih secara maksimal.
Hal itu disebabkan keterbatasan sling atau tali pengikat berbahan baja untuk menggantung pipa.
“Perlu ada sling dari gunung A ke gunung B. Penarikan sling itu dilakukan biar airnya lancar. Jadi, masih perlu sling dan bak penampungan lagi,” ungkapnya.
Kepala Dusun Bambangan Rohmat mengatakan sebelum ada bantuan, warga mengambil air bersih di Desa Serang atau terpaksa membeli air. Warga bahkan terpaksa mandi seminggu sekali, karena sulitnya mendapat air bersih.
“Alhamdulilah, sekarang sudah bermanfaat airnya dari sumbangan Pak Gubernur. Sangat bermanfaat, enggak beli lagi, bisa mandi. Dulu mandi jarang, untuk makan saja susah,“ kata Rohmat.
Kini, sekitar 1.200 warda Dusun Bambangan telah menikmati air bersih dari bantuan Pemprov Jateng.
Adanya jaringan air bersih juga membuat warga bisa berhemat lebih banyak.
Dahulu, saat belum ada jaringan air bersih, warga harus membeli air bersih setiap hari dengan harga Rp 5 ribu per 20 liter.
Setiap setengah bulan sekali harus membeli satu tangki ukuran 5 ribu liter air seharga Rp 300 ribu.
Setelah dibangunnya jaringan air bersih di desa, warga hanya cukup membayar air bersih sesuai penggunaanya.
Rata-rata Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per rumah setiap bulan, sebagai biaya ganti perawatan jaringan.
Warga pun bisa menghemat pengeluaran mereka setiap bulan.
“Uangnya bisa untuk yang lain,” ucapnya.
Seorang warga Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Dirah mengaku senang karena tak lagi kesulitan air bersih.
“Saat ini senang, air sudah sampai dusun. Dahulu ambil air di Desa Serang. Kadang beli, kadang ambil sendiri. Kula matur nuwun (saya ucapkan terima kasih) sama Pak Ganjar. Airnya sudah sampai dusun,” kata Dirah ditemui usai mencuci kentang di rumahnya.
Dirah mengenang sebelum ada bantuan jaringan air bersih, dia harus pergi ke Desa Serang yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya.
Saat itu, dia dan keluarga harus memikirkan cara untuk mendapatkan air bersih setiap hari.
Padahal, dia juga mempunyai kesibukan bekerja di ladang.
“Tiap hari mikir air terus. Pagi-pagi harus ambil air, baru ke ladang. Sekarang sudah enak. Dahulu kalau ada bantuan berupa tangki, berebut sama warga, saudara. Sekarang enggak,” kenangnya.
Sumarni, warga Dusun Bambangan lainnya mengatakan saat ini dia hanya fokus bekerja sebagai pedagang di warungnya dan tanpa khawatir tidak mendapat air bersih.
“Senang banget. Karena enggak beli lagi. Tinggal mencari uang untuk bayar setiap bulannya. Pemakaian air bersih di warung, kurang lebih saya bayar Rp 300ribu per bulan,” ujarnya.
Sementara, Fathurrohim mengaku tak khawatir tidak bisa mendapatkan air bersih meski sedang musim kemarau.
Dia juga tidak perlu lagi membawa jeriken ke desa tetangga untuk mendapatkan air bersih.
“Saat ini, walau musim kemarau tetap dapat air, tetapi bergilir. Jadi, harus punya tandonan. Sekarang, rata-rata rumah punya tandonan air,” ucapnya.
Begitu juga dengan Nur Rohman. Warga Dusun Bambangan ini mengaku senang bisa mendapatkan air bersih dengan mudah berkat bantuan Pemprov Jateng.
“Sekarang air sudah lancar, sangat membantu. Di musim kemarau tidak usah beli air lagi. Tidak beli pakai tangki, karena air sudah mencukupi. Terima kasih kepada Pak Ganjar Pranowo dengan bantuannya, sangat bermanfaat. Terima kasih, Pak Ganjar,” pungkasnya. (jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi