Berkat Pertanian, Gung Wedha Sukses Jadi Eksportir, Nilai Ekspornya Pernah Hampir Rp 100 Miliar

Minggu, 15 Agustus 2021 – 16:53 WIB
AA Gede Agung Wedhatama sukses jadi eksportir produk pertanian dengan mendirikan PT. Bali Organik Subak (BOS). Foto: humas BPPSDMP Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Keberhasilan Kementerian Pertanian (kementan) mencetak banyak petani milenial kembali dibuktikan melalui kiprah AA Gede Agung Wedhatama. Berkat pertanian, pria ini mampu menjelma menjadi seorang eksportir sukses.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), era industri 4.0 yang identik dengan teknologi dan digitalisasi sangat lekat dengan generasi milenial.

BACA JUGA: Ulus Pirmawan, DPA Asal Bandung Barat yang Mendukung Program Ekspor Kementan, Sebegini Omzetnya

Untuk itu, dia mengajak petani muda bergiat menerapkan teknologi smart farming dalam pengembangan budi daya pertanian.

"Pasalnya, pertanian berbasis teknologi memudahkan petani dalam budi daya yang lebih efisien sekaligus modern dalam upaya akselerasi produksi petani," katanya.

BACA JUGA: Pimpin PHK2I, Cecep Kurniadi Targetkan Status PNS untuk Seluruh Honorer K2, PPPK?

Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembagnan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi. Dia menyebut Petani muda adalah profesi yang menjanjikan dan menghasilkan pendapatan yang menggiurkan.

"Untuk itu Kementan akan terus mendorong minat generasi muda untuk menekuni sektor pertanian. Kita ubah stereotipe menjadi petani tidak akan kaya. AA Gede Agung Wedhatama telah membuktikan bahwa melalui pertanian dia menjadi sukses dan memiliki penghasilan cukup besar," ujar Dedi.

BACA JUGA: Gegara Ini, Seorang IRT Berinisial MH Terancam Hukuman Mati

Dirjen Dedi pun berharap, Agung Wedha sebagai Duta Petani Milenial dapat menjadi role model yang mampu menginspirasi, memotivasi serta dapat menjadi mitra petani lainnya.

"Tak hanya bagi petani di Bali, tetapi juga petani di daerah lainnya untuk meningkatkan produktivitas, kualitas hingga mampu menembus pasar ekspor,” pesan Dedi.

Sosok AA Gede Agung Wedhatama ialah pendiri komunitas Petani Muda Keren (PMK), PT. Bos (Bali Organik Subak) serta BosFresh Apps in Bali. Melihat besarnya peluang  di industri pertanian di Indonesia, khususnya di Bali yang tidak disertai dengan tingginya keterlibatan generasi muda menjadi tantangan tersendiri baginya.

Tidak ingin membuang waktu lama, pemuda 36 tahun yang akrab disapa Gung Wedha itu mendirikan PMK yang merupakan komunitas petani muda di Bali yang secara resmi baru berdiri sejak tahun 2019. Petani Muda Keren telah memiliki 2000 member yang tersebar di seluruh Bali.

Keunggulan organisasi ini adalah memiliki  klaster- klaster produk, seperti, hortikultura, cengkeh, dan lainnya. PMK juga bekerja dari hulu, yaitu petani hingga ke hilir alias pembeli terakhir, yakni konsumen dengan penerapan teknologi informasi tentunya.

"Saya kumpulkan petani agar mereka memiliki kebanggaan bahwa bertani itu cool, dan menjembatani pertanian dari hulu ke hilir. Dari menanam hingga menjual eceran dan mengekspor," ucap Gung Wedha.

Melalui komunitas itu, mereka bersama-sama memproduksi sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan dengan kualitas terbaik menggunakan metode pertanian alam, sehingga dihasilkan produk pertanian yang sehat dan bertanggung jawab.

Duta Petani Milenial asal Bali ini menambahkan, dalam melakukan usaha dia  menerapkan kendali mutu (quality control) ketat terhadap produk-produk yang dijual melalui BOS Fresh. Salah satu contoh syarat wajibnya, produk itu harus dibudidayakan secara alami (nature farming), seperti menggunakan pupuk dan pestisida alami.

Melalui PT. Bali Organik Subak (BOS), Gung Wedha telah mengekspor berbagai produk pertanian sejak 2018 dan menjadi yang terbesar di Bali untuk volume.

Sebelum pandemi, mereka dapat melakukan ekspor 5-10 ton buah segar seperti manggis, buah naga, manga, alpukat, vanili serta beberapa produk olahan seperti dried fruit, bubuk jahe, pasta vanilla dengan nilai ekspornya hampir Rp 100 miliar.

"Ceko, Rusia, dan China serta Kamboja adalah negara tujuan ekspor kami," ucap Wedha.

Menurut dia, adanya pandemi memberi dampak yang cukup besar bagi usahanya, terutama dalam pengiriman buah segar. Ditutupnya akses penerbangan menyebabkan buah segar sulit untuk diekspor.

"Sejak itu, secara bisnis kami memutuskan PT. BOS mengirimkan produk olahan saja untuk mengurangi risiko dengan kapasitas 3 sampai 5 ton per minggu dengan omzet di kisaran Rp 500 juta rupiah," tutur Wedha.

Tak berhenti di ekspor, sebagai milenial Gung Wedha pun membuat aplikasi BosFresh Apps in Bali, yang dimanfaatkan oleh para petani anggota PMK dan menjadi bagian hulu dalam rantai nilai pertanian.

Dalam aplikasi itu, petani dapat mengisi keterangan tentang komoditas yang ditanam, jadwal tanam, umur tanaman, luas lahan, dan jumlah tanaman. Dengan algoritma yang dikembangkan sendiri oleh Gung Wedha dan timnya, petani kemudian mendapatkan informasi kapan panen, perkiraan jumlah panen, waktu pemupukan, dan lain-lain.

"Petani kami paksa untuk menggunakan teknologi dan mekanisasi, misalnya traktor, irigasi tetes, dan aplikasi. Melalui aplikasi BOSFresh kita melakukan penjualan langsung ke konsumen dengan fair trade," ucap Gung Wedha.

Melalui aplikasi itu, lanjutnya, petani tahu berapa harga produknya dijual karena mereka bisa mengecek secara langsung. Produk-produk BOSFresh juga memiliki standar baku mutu ketat.

"Dengan begitu, produk petani Bali akan berkualitas dan sehat. Jangan hanya terlihat bagus, tetapi beracun karena pakai kimia. Itu kan ngeri sekali," ujar dia.

Keberhasilannya ini yang mengantarkan langkahnya turut berpartisipasi dalam kemeriahan Merdeka Ekspor yang dicanangkan Mentan SYL, dan dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu (14/08/2021). (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler