Ulus Pirmawan, DPA Asal Bandung Barat yang Mendukung Program Ekspor Kementan, Sebegini Omzetnya

Minggu, 15 Agustus 2021 – 10:23 WIB
Ulus Pirnawan, eksportir sayur-mayur asal Bandung Barat yang mendukung kegiatan ekspor sektor pertanian yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL). Foto: humas BPPSDMP Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) menghadirkan banyak petani milenial mulai membuahkan hasil. Hal ini terlihat dari kontribusi Ulus Pirnawan.

Ulus merupakan seorang petani milenial yang mendukung peningkatan ekspor sektor pertanian. Eksportir asal Desa Suntenjaya, Bandung Barat itu memilih baby buncis sebagai lahan bisnis masa depan.

BACA JUGA: Kementan Beber Data Ekspor Porang 2020 Capai Rp 923,6 Miliar, Sejumlah Negara Ini Jadi Langganan

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian merupakan solusi pasti dalam meningkatkan ekonomi rakyat.  

"Saat ini sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tetap berjalan, bahkan mengalami peningkatan produksi secara signifikan. Pertanian selama ini adalah sektor yang paling tangguh," ucap Mentan Syahrul.

BACA JUGA: Gegara Ini, Seorang IRT Berinisial MH Terancam Hukuman Mati

"Pada tahun 2020, pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,75 persen, sedangkan pada triwulan pertama tahun 2021, sektor pertanian juga tumbuh positif, yakni sebesar 2,95 persen," lanjutnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor sektor pertanian pada periode Januari-Februari 2021 mengalami pertumbuhan positif, yakni sebesar 8,81 persen secara tahunan. Untuk bulan Februari 2021 sendiri, ekspor pertanian tumbuh di angka 3,16 persen.

BACA JUGA: Kritik Saleh untuk BPIP: Islam Tidak Mempermasalahkan Hormat Bendera dan Lagu Kebangsaan

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyebut salah satu upaya lembaganya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan mengembangkan 2,5 juta petani milenial di seluruh Indonesia.

"Mereka tergolong unggul, rata-rata berusia di bawah 40 tahun sebagai tumpuan masa depan pertanian Indonesia. Melalui petani milenial kita akan tingkatkan produktivitas pertanian, kita tingkatkan kualitas produk pertanian kita sehingga pada akhirnya kita (banjiri) pasar luar negeri dengan produk pertanian kita,” tutur Dedi.

Sementara itu, Ulus Pirnawan memilih berbisnis produk hortikultura yang biasa dimasak sebagai olahan tumis dan sayur, karena memiliki nilai jual yang tinggi dan potensi pasar internasional yang cukup luas.

“Alhamdulillah, berjalanya waktu, baby buncis saya sudah mampu ekspor ke Singapura. Bahkan, baby buncis super saya menembus market negara-negara di Asia,” ujar Ulus.

Salah seorang Duta Petani Andalan (DPA) Kementan yang juga ketua Gapoktan Wargi Panggupay itu mengungkapkan bahwa dia dan rekan-rekan anggota kelompoknya tetap berproduksi di tengah-tengah hiruk pikuk pandemi Covid-19.

"Kami tetap menanam dan memanen sayur-mayur seperti buncis, selada, cabai, tomat, timun, sawi, bayam jepang, brokoli, dan lainnya. Bahkan, saat ini produksi kami meningkat sekitar 30 persen. Hal ini dikarenakan permintaan akan kebutuhan pangan khususnya sayuran meningkat," tuturnya.

BACA JUGA: Fahri Hamzah: Saya Alergi Kalau Ada Lembaga yang Melebihi Presiden

Untuk memenuhi kebutuhan sayuran, setiap hari Ulus rutin mengirim produknya untuk memenuhi Toko Tani Indonesia (TTI) selain memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Lembang.

"Insyaallah kami tetap akan berjuang membantu masyarakat, karena kami petani kami akan memproduksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat," ucapnya.

Selain sayuran, Ulus dan kelompoknya juga memproduksi tahu. Saat ini dia bahkan bisa memproduksi dua kali lipat dan selalu habis dalam sehari.

"Tentunya kami tidak mengambil peluang keuntungan lebih dengan menaikan harga pada kondisi saat ini, harga yang kami berikan pastinya harga petani yang sangat bersahabat," ungkap Ulus.

Khusus untuk ekspor baby buncis dan buncis super, kata Ulus, saat ini memang sedang ada penurunan dalam segi jumlah, biasanya dalam satu hari dia bisa mengekspor dua ton, sedangkan saat ini hanya satu ton.

Hal itu terjadi karena adanya kebijakan dari negara tujuan untuk komoditi ekspor seperti Malaysia.

Saat ini Ulus dan Gapoktan Wargi Panggupay masih mengekspor baby buncis ke Singapura, tetapi jumlahnya berkurang karena jadwal pengiriman oleh pihak ekspedisi yang tadinya sehari dua kali saat ini hanya satu kali.

"Saat ini kami mampu mengekspor 1-1,5 ton buncis kenya dan buncis super ke Singapura, per harinya dengan omset Rp 4,2 juta untuk sekali pengiriman. Selain itu kami juga mengekspor selada air dan pokcoy," jelasnya.

Ulus mengatakan, bisnisnya semakin maju karena setiap hari dia mampu memenuhi kebutuhan buncis super ke berbagai pasar di dalam dan luar negeri dengan omzet per bulan mencapai Rp 400 juta.

Sebagai pelecut bisnisnya agar tumbuh kembang, Ulus dan sejumlah pengusaha muda di Jawa Barat mengaku mendukung gerakan ekspor pertanian yang digagas Mentan SYL.

"Saya sangat setuju dengan program ekspor karena sebenarnya kita punya peluang untuk memasarkan produk kita ke luar negeri. Walaupun ada wabah penyakit virus corona, produk pertanian kita sampai hari ini tetap dibutuhkan banyak orang,” pungkas Ulus. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler