Idul Fitri 1432 H di Indonesia jatuh pada Minggu (19/8). Para awak KRI Dewaruci merayakannya pada hari yang sama saat kapal melintasi perairan timur laut perbatasan Libya-Mesir. Wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO ikut merasakan "nikmat"-nya berlebaran di tengah laut lepas.
= = = = = = =
SUARA takbir menggema di atas geladak KRI Dewaruci sejak Sabtu malam (18/8). Diiringi suara beduk dari drum yang dipukul bertalu-talu, seruan kebesaran asma Allah itu dikumandangkan belasan awak kapal yang duduk bersila di tengah geladak terbuka. Cuaca malam itu memang cerah. Kelap-kelip bintang bertaburan di angkasa. Angin dari haluan berembus sepoi-sepoi.
Memang, bulan tidak terlihat. Namun, berdasar hitungan navigasi ketika Dewaruci berada di titik koordinat garis bujur dan garis lintang, bulan baru sudah terbentuk. Penghitungan bulan Syawal pun sudah masuk. Begitu memasuki waktu subuh sekitar pukul 03.45 waktu kapal, takbiran dihentikan sejenak untuk salat Subuh.
Setelah itu, peserta majelis takbiran bertambah. Di dapur para juru masak kapal tak kalah sibuk. Mereka tengah menyiapkan sajian khusus untuk Lebaran sekaligus tasyakuran pelayaran Dewaruci yang genap tujuh bulan pada Rabu (15/8). "Perintah komandan, selamatan pelayaran digabung Lebaran supaya lebih meriah," ungkap Kepala Urusan Perbekalan Sertu Bek Aunu Rofik.
Selain nasi kuning yang dibuat tumpeng lengkap dengan sayur-mayur dan lauk-pauk, beberapa menu spesial Lebaran disiapkan. Di antaranya, lontong rendang daging dan telur, kari ayam, serta sambal goreng teri plus kerupuk udang. Mereka tidak sempat membuat ketupat karena sulit menemukan janur ketika berlabuh di Malta. Jadinya, mereka membuat lontong yang dibungkus plastik sebagai alternatif karena tidak ada daun pisang. "Rasanya memang beda. Tapi, keterbatasan dalam pelayaran membuat masakan terasa enak-enak saja," timpal Juru Masak Koptu Ttg Wakhidin.
Tentara berbadan subur itu memastikan tidak ada masakan yang hambar. Sebab, para juru masak mengolahnya setelah jam berbuka puasa sehingga bisa mencicipi rasa makanan yang diolah. "Pokoknya, masakan untuk Lebaran kami bikin spesial," lanjutnya.
Pukul 05.30 salat Id dimulai di geladak atas. Salat dipimpin imam merangkap khatib Bintara Rohani Pelda Bah Reza Nevyansyah. Kebanyakan para awak kapal muslim yang berjumlah 68 personel mengenakan baju takwa dengan bawahan sarung. Namun, ada pula yang mengenakan baju batik dipadu celana jins.
Beberapa awak yang piket di pos masing-masing pun melaksanakan tugas dengan dress code busana muslim. Misalnya, Juru Layar Kls Bah Unggah Kumara memegang double stir kapal dengan baju koko krem dan sarung kotak-kotak merah kombinasi biru. "Rasanya lebih isis," seloroh Unggah sembari tersenyum.
Di dalam anjungan, Juru Mudi Sertu Nav Cawang dan Serda Nav Saman juga kompak mengenakan sarung. "Kapan lagi bisa sarungan di tempat pusat kendali," kelakar Saman.
Saat pelaksanaan salat, para ABK muslim di anjungan dipersilakan menunaikan ibadah. Kendali anjungan dipegang Perwira Navigasi Lettu Laut (P) Mario Marco dari Papua. Sedangkan kemudi diserahkan ke sejumlah awak nonmuslim lainnya.
Dalam khotbahnya, Reza Nevyansyah berharap agar kebersamaan ibadah selama Ramadan dapat terjaga setelah bulan suci berlalu. "Perintah puasa seharusnya membuat kita lebih bertakwa," pesan Reza.
Suasana haru sekaligus bahagia terpancar sesaat setelah khotbah selesai dan dilanjutkan salam-salaman. Mereka saling berpelukan, bermaaf-maafan. Jauh dari anak-istri serta saudara membuat para awak Dewaruci sudah seperti keluarga sendiri. Apalagi, mereka merasakan suka dan duka dalam kapal yang sempit secara bersama-sama.
Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto tampak terharu. Dia menyalami seluruh awak kapal yang menjadi anak buahnya selama pelayaran keliling dunia itu. "Minal aidin wal faizin, mohon maaf atas semua kesalahan saya selama ini," tuturnya kepada awak kapal.
Setelah salam-salaman, karpet sajadah digulung. Tinggal karpet biru untuk menutupi lantai geladak. Di atasnya lalu disajikan berbagai masakan yang sudah disiapkan malam sebelumnya. Komandan kapal lalu membuka acara ramah tamah itu dengan mengumumkan bahwa keluarga besar KRI Dewaruci mendapat satu anggota lagi.
"Istri kawan kita, Juru Bahari Kopda Sarno, telah melahirkan anak ketiga di tanah air. Alhamdulillah, kita ketambahan satu anggota lagi," ucap Bima disambut tepuk tangan dan jabat tangan untuk Sarno yang sedang berbahagia. "Semoga menjadi berkah Ramadan," harap Bima.
Sarno lalu meminta komandannya itu untuk memberi nama anaknya. Setelah berpikir sejenak, Bima lalu mengusulkan nama bayi laki-laki Sarno itu Azarino Faahadihilah Ramadhan. "Artinya, hadiah indah yang diselimuti kemuliaan, keberanian, dan berpengetahuan luhur," ujar Bima.
Kebahagiaan ABK (anak buah kapal) pagi itu bertambah. Sebab, ada pengumuman lomba-lomba HUT Ke-67 Kemerdekaan RI yang diselenggarakan beberapa hari sebelumnya. Mereka gembira karena hadiahnya uang tunai dolar Amerika dan Euro. "Lumayan buat tambahan oleh-oleh untuk keluarga," tutur Serma Bah Rianta tanpa menyebut nominal yang dikantonginya.
Acara ramah-tamah diakhiri dengan makan bersama. Diiringi lagu-lagu bernuansa Lebaran yang diputar melalui speaker, para ABK menyantap makanan dengan lahap. Tampak beberapa kapal tanker ukuran besar mulai menyalip Dewaruci dari kiri maupun kanan. Dengan kecepatan jelajah 8 knot, kapal latih TNI-AL itu baru bisa sandar di Port Said, Mesir, Senin (20/8). (*/c10/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengalaman Salat Idul Fitri di Ulan Bator, Mongolia
Redaktur : Tim Redaksi