Namun apabila hasilnya jeblok, Brasil akan mengalami tekanan berlipat. Tim Samba memenangi Piala Konfederasi dua kali pada 2005 dan 2009. Jadi, tidak salah bila ekspektasi membumbung tinggi. Publik Brasil ingin melihat tim nasionalnya sekali lagi mengangkat trofi.
"Ya, banyak sekali tanggung jawab di pundak kami. Namun bagi saya, ikut dalam ajang ini seperti mimpi yang jadi kenyataan," jelas Neymar, striker Brasil kepada Associated Press.
"Kami terus menekankan kepada diri kami sendiri bahwa memakai jersey kuning itu (warna kesebelasan timnas Brasil) adalah beban yang berat. Kami harus tetap gembira," bilang pemain yang musim depan bermain untuk Barcelona itu.
Sekarang publik Brasil berharap pada ketajaman taktik sang pelatih Luiz Felipe Scolari. Dalam banyak uji coba terakhir, Big Phil, sapaan Scolari, kerap menerapkan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Dia meninggalkan pola 3-5-2 yang dia usung saat Brasil menjadi juara dunia 2002.
Sayangnya tahun ini, Scolari panggilannya mengalami reduksi habis-habisan dalam kualitas penyerangan timnya. Tidak ada nama yang sebanding Rivaldo, Ronaldo, dan Ronaldinho sebagai trisula maut yang membawa Brasil Juara Dunia 2002.
Brasil tahun ini adalah Brasil yang aneh. Sebab, jantung kekuatan tim justru ada di sektor pertahanan. Sedangkan sisi penyerangan tidak seimbang dan relatif kurang kreatif membuka tirai pertahanan lawan.
Jika Brasil mampu menemukan keseimbangan lini depan seperti halnya di belakang, Thiago Silva dkk akan sangat berbahaya. (nur/ham)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terobati Anak, Janjikan Liburan Keluarga
Redaktur : Tim Redaksi