Bermusik Tak Bisa Pakai Rumus

Minggu, 16 Januari 2011 – 21:44 WIB
JAKARTA - Masih ingat judul lagu-lagu ini? Sampai Nanti Sampai Mati; Ruang Rindu; Sandaran Hati; Truth, Cry, and Lie; Sebelum Cahaya; dan Permintaan HatiLagu-lagu tersebut menjadi hit dan melambungkan sebuah band asal Jogjakarta yang bernama Letto

BACA JUGA: Zaskia dan Irwansyah Resmi Menikah

Musiknya variatif dan lirik-liriknya sarat makna
Meski yang dibahas masalah cinta, Letto bisa memunculkan lirik yang tidak pasaran.

Dua tahun belakangan band yang beranggota Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe (vokal), Dedi Riyono atau Dhedot (drum), Agus Riyono atau Patub (gitar), dan Ari Prastowo atau Arian (bas) itu seperti menghilang

BACA JUGA: Letto: Berat jadi Idola

Berita tentang Letto jarang terdengar dari televisi maupun media cetak
Setelah mengeluarkan album kedua yang berjudul Don't Make Me Sad (2007) dan ketiga Lethologica (2009), mereka belum mengeluarkan album baru lagi hingga sekarang

BACA JUGA: Kandidat Pemenang Oscar Mulai Bertebaran

Padahal, karya-karya Letto cukup digemari.

Rabu (12/1) mereka tampil lagi di Hard Rock Cafe Jakarta dengan membawa kabar terbaruLetto siap memunculkan karya mereka yang teranyarSingle yang berjudul Dalam Duka dinyanyikan NoeRencananya, single yang masuk album Cinta.Bersabarlah itu, akan rilis Februari mendatang.

Ketika ditanya tentang kabar, Noe yang mewakili teman-temannya menyatakan bahwa mereka selama ini tidak pergi ke mana-manaMereka tinggal di Jogjakarta, kampung halaman"Di Jogja sajaTapi, sekarang personelnya berstatus baruSudah tiga orang yang menikahTinggal Dedi yang belum," tutur putra budayawan Emha Ainun Najib tersebut.

Pada saat banyak band bermunculan sekarang ini, Letto justru jarang terlihat"Bikin musik kan ada titik jenuhnyaMasa ya bikin musik terusPadahal, kami juga butuh nggambarButuh jadi bapakButuh nggendong anak," tutur Noe dengan aksen Jawa yang menghiasi ucapan bahasa Indonesia-nya.

Kalau dibilang vakum dari media cetak atau televisi, mereka membenarkanTapi, sebenarnya di rumah pun mereka bermusikMereka secara kontinu berkarya.

"Kalau berkarya, alhamdulillah, kontinuHanya, kami mencoba tidak menyambungkan karya dengan harus mengeluarkan albumBerkarya ya berkarya sajaKalau ada kesempatan mengeluarkan album, ya bikinKalaupun tidak, karya tersebut bisa diperdengarkan ke anak cucu, buat warisanYang penting kan tetap bathi (untung, Red)," jelas lulusan Universitas Alberta, Kanada, jurusan fisika dan matematika, itu.

Salah satu kegiatan Letto selama tiga tahun itu adalah membuat acara yang bertema pertanian dan pendidikanSebagai anak muda, mereka menyatakan harus tetap concern pada hal lain selain musik.

Band yang terbentuk pada 2004 itu juga tidak takut dengan persaingan di dunia musikSebab, mereka memiliki tolok ukur tersendiri dalam bermusik.

"Kalau ngomong persaingan, memang kami harus menentukan tolok ukurnya yaMau jadi terkenal atau mau laku paling banyak, kan begituKalau kami tidak di situ tolok ukurnyaBisa stres kalau hanya memikirkan hal itu," tegas Noe yang diamini personel lain.

Tolok ukur Letto adalah terus berkaryaKalau sampai mereka berhenti berkarya, kata Noe, hukumnya haramAdalah sebuah kekalahan jika hal itu sampai terjadiMeski karya-karya tersebut tidak selalu harus dikeluarkan dalam bentuk album.

"Masalah dikeluarkan (jadi album) atau tidak, itu nomor ke 9,3Mengenai banyaknya band baru saat ini, itu justru bagusArtinya, musik Indonesia semakin berkembang," lanjut dia.

Mereka percaya bahwa musik adalah seniKalau kemudian seni itu diperlakukan bak rumus, maka semuanya akan statisKetika rutin bermusik dan terus berjalan seperti itu, bagi mereka, justru tidak akan ada perkembangan.

"Rutinitas itu harus kita pecah supaya menemukan metode baru yang freshKami tidak mau akhirnya seperti pabrik, seperti mesinKalau hanya mau jadi robot, ya bukan berkarya namanyaMencetak saja," tandas Noe(jan/c13/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dandani Istri, Kiat Mesra Sting


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler