jpnn.com, HACHIOJI - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Soka, Tokyo, Jepang, Rabu (8/1). Ketua umum PDI Perjuangan itu berorasi ilmiah setelah menerima gelar doktor kehormatan atau honoris causa (Dr HC) dari salah satu perguruan tinggi bergengsi di Jepang tersebut.
Di hadapan akademisi Universitas Soka dan ratusan mahasiswa yang memadati salah satu ruang kuliah Global Square Building di Hachioji, sebelah barat Tokyo, Megawati menyampaikan orasi ilmiah berjudul Pancasila, Kemanusiaan dan Post-Thruth. Dalam orasi itu Megawati menguraikan satu per satu sila Pancasila.
BACA JUGA: Honoris Causa dan Aplaus untuk Megawati di Suhu Dingin Hachioji
“Pancasila bisa menjadi sebuah solusi atas fenomena baru yang membahayakan kemanusiaan di abad ke-21 ini, yaitu yang dikenal dengan istilah post-truth. post-truth adalah suatu kondisi di mana kebenaran sengaja ditutupi hingga tidak relevan lagi,” ujar Megawati.
Presiden RI 2001-2004 itu menambahkan, gejala post-truth dalam sosial dan politik ditandai dengan objektivitas serta rasionalitas semu. “Emosi dan hasrat menjadi prioritas, meski bertolak belakang dengan fakta dan mengabaikan kebenaran,” tuturnya.
BACA JUGA: Jelang Rakernas I PDIP, Megawati Keluarkan Instruksi Penting
Lebih lanjut Megawati mengatakan, ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya membawa pencerahan. Namun, dalam post-truth justru iptek menjadi alat untuk melakukan penindasan dan melumpuhkan rasionalitas.
“Kefasihan menggunakan bahasa akademik pun menjadi legitimasi tindak kekerasan, menjadi alat menyebarkan paham-paham yang berupaya menghapuskan kemanusiaan. Kemanusiaan akan hanya menjadi sebuah wacana belaka,” paparnya.
Menurut Megawati, kondisi itu akan melahirkan manusia banal yang tidak mampu lagi membedakan antara benar dan salah, baik dan jahat, serta indah dan buruk. Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menyebut manusia banal hanya mau benar sendiri.
“Manusia seperti ini tidak akan ragu untuk melakukan tindak kekerasan atas nama kebenaran. Kebenaran yang bersandar pada keyakinan pribadi atau kelompoknya saja,” tegasnya.(ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni