Bersyahadat di Musala

Jumat, 22 Juni 2018 – 16:56 WIB
Ketua Takmir Musholla At Taubah Kholiq Eko bersama dengan jemaahnya. Foto Irham Thoriq/Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Musholla At Taubah berdiri di tengah kondisi masyarakat Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang majemuk.

Di dusun ini, jumlah penduduk muslimnya nyaris seimbang dengan jumlah penduduk nonmuslim.

BACA JUGA: Ambulans Masjid Dipinjam Warga Nasrani

===========================
Irham Thoriq - Radar Malang
===========================

Sore itu (3/6), Musholla At Taubah di Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, ini terlihat lebih ramai dari biasanya.

BACA JUGA: Masjid yang Bermanfaat Bagi Umat Lain

Sekitar 100 orang berkumpul di masjid yang memiliki ukuran luas sekitar 10×13 meter.

Di antara jamaah Musholla At Taubah itu, terselip 30-an orang mualaf atau orang yang baru memeluk agama Islam.

BACA JUGA: Masjid dan Gereja Berdempetan, Warga Saling Bantu

Mereka diundang secara khusus tidak hanya untuk mengikuti acara pengajian dan buka bersama. Tapi, mereka juga mendapatkan santunan.

Ketua Takmir Musholla At Taubah Kholiq Eko menyatakan, para mualaf itu seluruhnya merupakan warga Dusun Jamuran.

”Mereka baru memeluk Islam sekitar setahun ini. Sebagian berikrar syahadat di Musholla At Taubah. Ada pula di musala lain di Dusun Jamuran,” ujar Kholiq.

Pemberian santunan itu merupakan bentuk apresiasi dari warga, terutama pengurus Musholla At Taubah kepada para mualaf. Dengan cara itu, Kholiq berharap, para mualaf itu merasa diperhatikan dan bisa menjaga akidahnya.

Menjaga akidah memang menjadi salah satu visi dari Musholla At Taubah.

”Tujuan kami mendirikan musala ini, salah satunya untuk itu,” kata dia.

Sebab, di Dusun Jamuran, jumlah warga muslimnya nyaris setara dengan warga nonmuslim. Selama ini hubungan keduanya memang harmonis. Tapi, untuk urusan akidah, Kholiq khawatir lingkungan juga bisa berpengaruh.

”Karena itu, untuk membentengi umat Islam di sini dari pengaruh luar, kami dirikan musala ini,” ungkap dia.

Berawal dari tanah wakaf milik salah seorang warga, Musholla At Taubah itu kemudian dibangun.

”Kami memanfaatkan dana urunan dari warga, juga donatur. Termasuk dari beberapa lembaga,” ujar dia.

Setelah pembangunannya tuntas, sejak awal Ramadan tahun lalu, Musholla At Taubah menjadi salah satu pusat kegiatan umat muslim di Dusun Jamuran.

”Setiap Rabu malam, kami menggelar pengajian rutin di musala ini,” kata dia.

Selain itu, ada pula pengajian ”road show” yang digelar Gus Rizal. Tapi, waktunya bergantian dengan musala maupun masjid lain di Dusun Jamuran.

”Beliau menggelar pengajian setiap Minggu Wage,” ujar dia.

Lebih lanjut, Kholiq menyatakan, setelah rutin menggelar pengajian, pihaknya berencana membuka Taman Pendidikan Alquran (TPQ) di Musholla At Taubah.

”Selama ini, anak-anak di sekitar Musholla At Taubah, ngajinya di musala maupun masjid lain. Di antaranya, di Musholla Al Baraqah dan Masjid Sabilillah Sunanbonang. Nah, ke depan, kami juga ingin ada TPQ juga di sini,” kata dia.

Sekali lagi, dia menyatakan, dengan cara itulah, Musholla At Taubah bisa ikut berperan aktif menjaga akidah warga muslim di Dusun Jamuran. Tak hanya akidah, tapi juga ikut mencegah hal-hal negatif lainnya.

Itu sesuai dengan nama musala yang bermakna ”pengampunan” atau ”tobat” itu. ”Ada alasan kenapa kami menggunakan nama ini. Sebab, di dusun itu dulunya banyak warga yang suka berbuat maksiat. Misalnya berjudi,” pungkas dia. (c2/muf)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wajah Islam di Kampung Minoritas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler