Wajah Islam di Kampung Minoritas

Jumat, 08 Juni 2018 – 16:13 WIB
Wajah Islam di Kampung Minoritas. Foto Indra Mufarendra/Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Musala Miftahul Jannah tak hanya sekadar memfasilitasi anak-anak di Dusun Kebon Kuto, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

TPQ yang eksis sejak 2014 ini juga menjadi wajah umat Islam di kawasan yang sebagian penduduknya nonmuslim itu.

BACA JUGA: Menjaga Aqidah tanpa Pamrih

===============================
Indra Mufarendra - Radar Malang
===============================

Menampilkan wajah Islam yang ramah, menjadi salah satu tujuan Fatkhur Rahman membuka TPQ di Musala Miftahul Jannah.

BACA JUGA: Musala di Perkampungan Warga Hindu

Amin–sapaan akrab Fatkhur Rahman–sadar bahwa dari sisi jumlah, umat muslim tergolong minoritas di Dusun Kebon Kuto.

”Pada 2012 lalu, di dusun ini hanya 25 persen penduduknya yang memeluk agama Islam,” kata Amin.

BACA JUGA: Pesantren di Kampung Minoritas: Syahadat Itu Apa

Karena itu, sejak awal, Amin dengan TPQ-nya tidak ingin sampai berkonflik dengan warga sekitar. Terutama yang nonmuslim. Sebaliknya, Amin justru ingin menggandeng warga nonmuslim.

Pria berusia 39 tahun ini menyatakan, setiap hari raya tiba, seperti Idul Adha misalnya, TPQ Musala Miftahul Jannah biasa mendapatkan donasi dari sejumlah lembaga.

”Di antaranya, kami pernah mendapat dari Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) dan Al Hayat,” ujar dia.

Nah, donasi itu kemudian dibagi-bagikan. Tak hanya kepada santri maupun warga yang beragama Islam. ”Tapi semuanya, termasuk mereka yang bukan orang Islam,” kata dia.

Kemudian, Amin bersama adiknya, Mansyur Arif, membentuk Kelompok Tani Rukun Amanah pada 2014. Kelompok ini tak hanya mengakomodasi warga Dusun Kebon Kuto, tapi juga warga lain di Desa Sukodadi. ”Awalnya, hanya ada 25 orang yang ikut,” kata dia.

Lewat kelompok tani itu, Amin mengupayakan program-program dari sejumlah instansi atau lembaga.

”Di antaranya, kami memfasilitasi petani dari desa ini supaya bisa mengakses kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI. Akses permodalan itu amat membantu,” jelas dia.

Karena itulah, tak heran jika jumlah anggota Kelompok Tani Rukun Amanah terus bertambah. Saat ini, kelompok itu telah memiliki sekitar 150 anggota.

”Tujuan saya membentuk kelompok ini adalah supaya antara warga muslim dengan warga nonmuslim bisa rukun,” ujar dia.

Lewat bakti sosial (baksos), anggota kelompok tani itu juga hampir setiap tahun selalu saja ada yang masuk Islam atau menjadi mualaf. ”Di Dusun Kebon Kuto misalnya, kalau dulu (2012) muslimnya hanya 25 persen, sekarang jadi 40 persen,” kata dia.

Padahal, Amin menyatakan, dia tidak pernah mengajak, apalagi memaksa orang lain untuk masuk Islam. Justru dengan menampilkan wajah Islam yang ramah, banyak orang yang tertarik.

”Sekali lagi, tujuan saya itu supaya warga di sini rukun. Perkara masuk Islam, itu urusan nanti,” ungkap dia.

Nah, kepada mualaf inilah, Amin memberikan ”fasilitas” lebih. Untuk memperkuat akidah para mualaf itu, Amin membuka ”kelas khusus” di TPQ Musala Miftahul Jannah.

”Setiap dua minggu sekali ada kajian mualaf. Biasanya malam Jumat (Kamis malam) mulai pukul 19.30–20.30,” ujar dia.

Pun demikian, ketika ada program donasi, maka selain duafa, para mualaf itu yang mendapatkan prioritas. Dia pun berharap, apa yang sudah berjalan bagus sejauh ini tetap berlanjut.

”Tantangan terbesar mengelola TPQ ini sebenarnya ya istikamah. Yang dibutuhkan adalah istikamah itu,” pungkas dia. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di KTP Beragama Islam Tetapi Jarang Salat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler