Secara medis, kondisi Ryan itu disebut ectopia cardis. Kasus tersebut hanya terjadi pada delapan di antara sejuta kelahiran bayi. Sekitar 90 persen dari janin atau bayi yang mengidap kelainan itu lahir tanpa nyawa atau meninggal dalam tiga hari. Tetapi, nasib Ryan berbeda. Putra ketiga pasangan Henry dan Leighann Marquiss itu selamat dan kini tumbuh sebagai balita yang sehat.
Keajaiban pada Ryan tak lepas dari keyakinan sang ibu. Perempuan 34 tahun itu mempertahankan bayi dalam kandungannya meski dokter menyarankan dia aborsi. Saat usia kehamilannya 12 pekan, dokter menemukan kelainan pada janin. "Kami memilih untuk menyerahkannya pada alam. Karena itu, kami menolak aborsi," tutur Leighann, seperti dikutip Daily Mail Senin(20/2).
Didukung suami, Leighann pun bertahan. Pada akhir Februari 2009, dia melahirkan Ryan lewat operasi caesar dengan bantuan 30 dokter di Children?s National Medical Centre, Washington, AS. Sesuai dengan diagnosis dokter, bayinya lahir dengan jantung di luar tubuh, tepatnya di atas dada. Hanya ada membran sangat tipis yang membungkus jantungnya.
Saat itu, dokter meramalkan bahwa bayi Leighann tak akan bertahan lama. Namun, Ryan mampu bertahan. Saat berusia dua pekan, dia menjalani operasi jantung pertama. Dokter memasang sudetan tepat di bagian tengah jantung untuk memastikan ada aliran darah ke organ vital itu.
"Meski dia lahir dengan selamat dan mampu bertahan, jantungnya akan sangat rentan terhadap infeksi. Kondisi itu cepat atau lambat akan merenggut nyawanya," ujar Mary Donofrio, dokter spesialis jantung anak sekaligus direktur program jantung anak pada Children?s National Medical Centre. Dia berpesan kepada Leighann dan Henry untuk siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Selain di luar tubuh, jantung Ryan belum berkembang sempurna saat dia lahir. Dia hanya punya separo jantung. Secara bertahap sampai usia dua tahun, Ryan menjalani belasan operasi. Salah satunya operasi penanaman jaringan kulit di sekitar jantung. Jadi, organ paling vital itu lebih tertutup dan terlindungi.
Ryan tumbuh sebagai bocah yang riang. Aktivitasnya tak berbeda dengan balita seusianya. Tapi, menurut dokter, saat menginjak remaja nanti, adik Natalie dan Ainsley itu akan butuh transplantasi jantung. "Kami sadar bahwa semua yang dia alami adalah keajaiban. Bukan kami yang berhak menentukan nasibnya," papar Leighann. (dailymail/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sacher, Si Cokelat Lembut dari Austria
Redaktur : Tim Redaksi